Kepala Distrik Teluk Kimi memiliki tekad kuat mewujudkan terbangunnya Sistem Administrasi dan Informasi Distrik (SAID). Tapi syaratnya cukup berat, 5 kampung di Distrik Teluk Kimi harus menyelesaikan terlebih dulu Sistem Administrasi dan Informasi Kampung (SAIK) mereka. Dokumen-dokumen perencanaan, pelaporan, dan SOP Puskesmas juga harus lengkap. Demikian juga dokumen-dokumen sekolah harus lengkap. Karena SAID itu menjadi rumah integrasi kampung, sekolah, dan Puskesmas di tingkat distrik. Ini salah satu tanggung-jawab kepala distrik. Sebagai kepala distrik, beliau harus bertindak sebagai manajer wilayah yang mengintegrasikan layanan dasar di Distrik Teluk Kimi.
Kepala distrik berinisiatif mengundang kader-kader dan kepala kampung dari 5 kampung untuk bertemu. Ia ingin supaya para kader kampung bahu-membahu menyelesaikan SAIK di kampungnya masing-masing. Selama ini, memang ada berbagai macam alasan yang menyebabkan kader tidak dapat menyelesaikan SAIK di kampungnya dengan cepat. Misalnya, kader tidak mendapat dukungan kuat dari kepala kampung. Contohnya di Kampung Air Mandidi, hanya ada satu laptop, yakni laptop operasional Sekretaris kampung (Sekkam). Jika kader meminjamnya dan sedang menginput data, bisa tiba-tiba datang Sekkam memintanya untuk keperluan lain.
Bu Anike berpikir keras. Harus ada jalan keluar, batinnya. “Kita kerjakan secara keroyokan,” katanya kepada Yuni, Koordinator Distrik Teluk Kimi dan para kader kampung. Jadi, para kader di lima kampung bekerjasama mengisi kekurangan. Para ketua RT dikerahkan membantu. Donny, Kader dari kampung Waharia yang sudah lebih dulu merampungkan SAIK Waharia turut mendukung. Ia siap mengambil alih proses inputnya.
Setelah menunggu sekian hari, lewat satu bulan, cara itu tidak berjalan. Proses pendataan tetap mandek. Bu Anike nyaris putus asa. Dia bahkan bilang ke Yuni, untuk mengambil alih proses pendataan rumah tangga. Bu Anike meminta Yuni mengajarkan bagaimana mengisi form pertanyaan. Tentu saja itu hanya ide spontan yang tak mungkin bisa dijalankan.
Masalah sesungguhnya adalah pada pola sebaran penduduk yang tidak merata. Tidak seperti di Distrik Uwapa, daerah transmigran di mana permukiman memusat di satu tempat. Di Teluk Kimi, permukiman kampung tidak terkonsentrasi di satu tempat. Rumah-rumah berjauhan. Belum lagi kalau rumah yang jauh itu bisa dikunjungi tapi ternyata pemiliknya tidak ada, ke kebun atau ke kandang babi milik keluarga.
Bu Anike gregetan. Menurutnya, jumlah rumah tangga di setiap kampung di Teluk Kimi belum seberapa. Hanya 300-an saja. Bandingkan dengan desa-desa di Sulawesi Selatan berkisar 600 KK, atau Jawa Timur yang bisa mencapai 5 - 7 ribu rumah tangga perdesa. Lagi pula, dia merasa dirinya sebagai kepala distrik sudah berusaha keras.
Sungguh, Bu Anike sebagai kepala distrik sangat berharap bisa berbuat yang lebih untuk kelima kampung ini. Sebelum ia menjabat sebagai kepala distrik pada 2017, ia menjadi sekretaris distrik. Ia lebih banyak berada di dalam kantor. Meski mempunyai banyak gagasan untuk pembangunan distriknya, dia tidak bisa leluasa bergerak. Ia nyaris tidak memainkan peran penting untuk distriknya. Sekarang saatnya bagi Anike untuk berbuat yang terbaik.
Bu Anike belum menyerah. Ia masih punya peluang. Tahun lalu, saat ia masih menjabat sebagai sekretaris distrik, Tim KOMPAK-LANDASAN II melaksanakan pelatihan Pendamping Teknis Pemerintahan Kampung. Salah satu output dari pelatihan itu adalah terbentuknya Tim Pembina Teknik Pemerintah Desa (PTPD) Distrik Teluk Kimi. Tim ini belum pernah difungsikan. Maka Ibu Anike pun menghidupkan tim ini dan memberi tugas mendorong dan memonitoring pendataan dan penginputan data SAIK.
Pada 18 Mei 2018, Tim PTPD dipimpin Bu Anike mendatangi pemerintah Kampung Air Mandidi dan Kampung Kimi. Lalu pada 22 Mei 2018, tim mendatangi Kampung Lani dan kemudian ke Kampung Samabusa. Bagi Bu Anike, tim ini akan jadi strategis dalam membantu memperbaiki kinerja pemerintah kampung.
Sejauh ini hasilnya menggembirakan. Pada bulan Agustus 2019, empat kampung di Distrik Teluk Kimi telah menyelesaikan input data SAIK yaitu Kampung Teluk Kimi, Kampung Waharia, Kampung Lani dan Kampung Air Mendidih. Sedangkan Kampung Samabusa masih dalam proses penginputan 90%. Seluruh kampung direncanakan selesai sebelum akhir tahun 2019.
Anike berencana mengoptimalkan peran PTPD, dan ia berencana dari 5 anggota tim PTPD ini masing-masing akan ditempatkan sebagai koordinator di setiap kampung untuk membantu pemerintah kampung dalam perencanaan, monitoring, dan pembangunan kampung.
Anike pun sudah boleh tersenyum bangga melihat perkembangan yang terjadi di Distrik Teluk Kimi. Sekolah-sekolah mulai bergairah meningkatkan mutu layanan, Puskesmas juga semakin dekat dengan masyarakat, dan kampung sudah berusaha mandiri dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Dalam waktu dekat SAID sudah jadi, dan Anike pun bisa menjalankan peran sebagai manajer wilayah yang mengoptimalkan sinergi antara semua unit layanan dan kampung dengan lebih efektif, efisien, dan berkualitas.