Residential Learning INSPIRASI Cohort 2024

Kami 10 orang peserta INSPIRASI cohort 2024 akhirnya bertemu secara langsung setelah beberapa pertemuan daring untuk mengikuti Residential learning selama 10 hari pada tanggal 4-14 Juni 2024 di kota Kupang. Ada saya dari Makassar, Ikram dari Wanci, Riris dari Bulukumba, Alfian dari Bombana, Adel dari Lombok, Monica dari Larantuka, Yakob dari Kupang, Rudolf dari Asmat, Sabina dari Merauke dan Ela dari Jayapura. selama dua pekan di ibu kota Nusa Tenggara Timur ini kami mendapatkan pengayaan dan materi-materi pengantar mengenai konsep Pembangunan Berkelanjutan dan Praktik Partisipasi, serta menyimak secara aktif berbagai praktik pembangunan dari perspektif lokal.

Residential Learning merupakan salah satu bagian penting dari Sustainable Development Course Part-1 Program INSPIRASI (Indonesia Young Leaders Programme) yang dilaksanakan di Indonesia secara tatap muka. Tujuan Residential ini agar para peserta bertemu secara tatap muka sehingga tidak hanya membangun ikatan emosional antar peserta tetapi diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar langsung yang lebih maksimal. INSPIRASI adalah program kepemimpinan yang didukung oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia dan dikelola oleh UnionAID dengan dukungan dana dari New Zealand Ministry of Foreign Affairs and Trade (MFAT). Dalam mengelola program ini, UnionAID bekerja sama dengan Yayasan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI) sebagai mitra lokal di Indonesia dan Auckland University of Technology (AUT) di New Zealand.

Selama sesi seminggu pertama Residential Learning, saya berada pada pikiran-pikiran dan pencarian, menarik lagi ingatan saya terbang ke kampung saya di Wotu, Luwu Timur dan kampung kedua saya di Makassar. Mengingat ingat lagi segala hal yang sudah saya lakukan selama delapan tahun bekerja dan belajar di komunitas. Selama sepekan berada di kelas dengan percakapan dan sesi yang berlangsung dengan Bahasa Inggris, berhasil memicu kecakapan broken english kami terpakai. 

Pada pekan pertama kami berfokus untuk menyusun kesepahaman bersama mengenai metode dan cara yang sesuai dan nyaman untuk masing-masing orang, mendengarkan ekspektasi satu sama lain yang ingin dicapai selama Residential Learning. Kami belajar mengenai konsep pembangunan berkelanjutan melalui konteks lokal isu yang kami hadapi masing-masing di komunitas dan mengenai agency dan empowerment, dua kata kunci yang dibutuhkan dalam kerja-kerja kita bersama subjek/kelompok yang kita intervensi. Kata kuncinya adalah betapa penting untuk kita memahami relasi kuasa yang sifatnya tidak hanya padat tapi juga cair dalam kerja-kerja kita. 

Pada hari ketiga, kami belajar mengidentifikasi dan memetakan aktor-aktor di tingkat lokal, nasional, dan internasional yang berkaitan dengan program/isu yang kita kerjakan. Kami belajar juga untuk melihat bahwa isu yang kita kerjakan akan terhubung dengan isu, aktor, dan situasi lain yang mungkin kita anggap tidak berhubungan. Betapa penting untuk memiliki pandangan yang komprehensif di dalam menyusun program yang akan kita kerjakan. 

Pada hari keempat, kami belajar metodologi penelitian partisipatif, suatu materi pengantar yang sangat menarik dan mendasar dalam kerja riset kami masing-masing. Kami diperkenalkan dengan ragam bias-bias umum yang sering hadir, seperti bias gender dan umur.  

Setelah mempelajari metode riset partisipatif, kami masuk ke salah satu sesi yang paling berkesan bagi saya yaitu Self-Exercise. Pada sesi ini kami pelan-pelan berusaha sadar dan ingat lagi bahwa, di antara segala hal yang kita lakukan di dalam organisasi atau komunitas kita, hal terpenting yang perlu kita ingat adalah menyediakan waktu untuk mengenali, memahami dan memberi waktu untuk diri sendiri. 

Kerja-kerja sosial yang seringkali adalah menyerahkan diri kita berada di tengah-tengah persoalan orang lain adalah proses penuh lika-liku dan luka-luka. Apalagi jika kita sadar bahwa kita setiap orang berangkat dari situasi personal, mungkin di sana ada trauma dan kondisi yang tidak ideal. Sehingga penting untuk kita memberi spasi untuk diri sendiri bisa beristirahat dan mengumpulkan energi-energi untuk melanjutkan pekerjaan. 

Memasuki pekan kedua Residential Learning, kami duduk dan belajar bersama dan semua sesi berlangsung secara daring dan luring. Materi pertama yang kami dapatkan seputar perencanaan pembangunan ekonomi lokal dimana kami belajar mengenai jalur administratif dalam proses merancang dan mengawal program yang hendak melibatkan partisipasi pemerintah tingkat lokal maupun nasional. 

Hal menarik yang kami terima dari sesi kedua ini adalah keterhubungan geografis kami sebagai orang-orang muda yang tinggal di gugusan pulau-pulau seantero Indonesia Timur dengan keterbatasan akses dan infrastruktur dengan orang-orang di Pulau Jawa yang notabenenya dengan dekat akses dan pemerintahan pusat. Keterbatasan ini memang bisa jadi kendala terhadap kesempatan kami pada banyak hal, tetapi keterbatasan menstimulasi kami memiliki daya lenting dan kreativitas dan mengupayakan hidup kami, dan komunitas kami. 

Sesi ini begitu menggugah, apalagi setelah hadir istilah kedaulatan pengetahuan, yaitu kesadaran bahwa kita memiliki kekuasaan dan kekuatan untuk hidup dengan pengetahuan-pengetahuan yang ada di sekitar dan melingkupi diri kita. Pengetahuan yang membantu kita untuk mengetahui konteks, memahami akar persoalan, melakukan tindakan dan upaya yang tepat, dan mengusahakan sesuatu yang kita anggap baik dan ideal. Meskipun tentu medan dan jalurnya penuh batu karang seperti bentangan Kota Kupang. 

Seorang alumni INSPIRASI dari angkatan tahun 2018 bernama Ester Elizabeth Umbu Tara yang kerap dipanggil Kak Ete, berbagai project kerennya yang bernama Bapalok. Bapalok adalah inisiatif di bidang pangan untuk  mendokumentasikan dan mengarsipkan pengetahuan pangan lokal melalui teks dan audio-visual. Bapalok adalah Action Project Kak Ete yang masih terus berkembang sampai sekarang. Begitu menarik melihat cerita pangan yang diceritakan oleh Kak Ete dan mendengarkan cerita konkret salah satu projek INSPIRASI yang masih terus berkembang sampai sekarang. 

Selama dua pekan, Saya berkenalan dengan banyak terminologi dan konsep yang membuka pandangan saya terhadap praktik yang selama ini saya lakukan dan kerjakan. Hari-hari rasanya penuh refleksi, penuh mencerna, dan belajar mendengar. Rasanya  menyenangkan juga melihat kawan-kawan membicarakan diri mereka dan isu yang mereka kerjakan di wilayah masing-masing setelah menerima materi-materi yang diberikan di kelas. 

Selama Residential Learning ini juga, saya belajar untuk mengartikulasikan aneka program, isu dan praktik yang saya kerjakan bersama komunitas saya di Makassar. Begitu pula, saya belajar dari isu dan program yang dilakukan oleh kawan-kawan saya yang lain. Di samping itu, kami melalui hari-hari dengan keberanian untuk menceritakan kerentanan-kerentanan dan harapan-harapan kami. 

Saya bersyukur mendapati bahwa kami sama-sama berupaya menghadirkan ruang aman dan nyaman untuk sama lain. Belajar untuk mengatakan tidak untuk hal yang membuat kami tidak nyaman, mengatakan dukungan untuk hal yang baik untuk dilakukan, dan berusaha untuk menghargai batasan masing-masing. Meskipun tentu saja, ini baru permulaan untuk bisa mengenali satu sama lain dengan lebih baik. Hubungan dan kepribadian setiap orang adalah lapisan bawang merah yang butuh waktu untuk dikuliti dan kadang mengulitinya membuat mata kita memerah dan menangis, tapi itu yang harus kita jalani untuk bisa menemukan lapisan bawang yang kita anggap sudah tepat untuk ditumis. 

Terkadang pula saya berpikir bahwa ada semacam perasaan keterikatan dan keakraban ke kawan-kawan ini, barangkali hal yang membuat kami bisa cepat terhubung adalah keberanian untuk menceritakan kerentanan-kerentanan paling spesifik, perasaan duka dan luka, perasaan amis dan manis yang kami punya ke kawan lain. Karena bukankah yang paling sulit untuk kita lakukan adalah menceritakan kerentanan dan kelemahan kita pada orang lain? Beberapa di antara kami mengatakan bahwa kami adalah  keluarga, kata klise yang saya belum memahami betul artinya apa, tapi rasanya itu sesuatu yang saya juga butuhkan dan inginkan. 

Dua pekan ini barulah pengantar untuk banyaknya ilmu dan pengetahuan baru yang akan kami perdalam di kelas belajar online dan di New Zealand mendatang. Semoga Tuhan memberikan kami kesehatan dan umur panjang.

Submission Agreement

Terimakasih atas  ketertarikan Anda untuk mengirimkan artikel ke BaKTINews. Dengan menyetujui pernyataan ini, Anda memberikan izin kepada BaKTINews untuk mengedit dan mempublikasikan artikel Anda di situs web dan situs afiliasinya, dan dalam bentuk publikasi lainnya.
Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.  Redaksi akan mempromosikan artikel Anda melalui situs kami dan saluran media sosial kami.
Dengan mengirimkan artikel Anda ke BaKTINews dan menandatangani kesepakatan ini, Anda menegaskan bahwa artikel Anda adalah asli hasil karya Anda, bahwa Anda memiliki hak cipta atas artikel ini, bahwa tidak ada orang lain yang memiliki hak untuk ini, dan bahwa konten Artikel Anda tidak mencemarkan nama baik atau melanggar hak, hak cipta, merek dagang, privasi, atau reputasi pihak ketiga mana pun.

Anda menegaskan bahwa Anda setidaknya berusia 18 tahun dan kemampuan untuk masuk ke dalam kesepakatan ini, atau bahwa Anda adalah orang tua atau wali sah dari anak di bawah umur yang menyerahkan artikel.
 
Satu file saja.
batasnya 24 MB.
Jenis yang diizinkan: txt, rtf, pdf, doc, docx, odt, ppt, pptx, odp, xls, xlsx, ods.