Mari mulai dari Noken. Noken itu tas. Tas multifungsi. Sebelumnya hanya dibuat dengan tali yang berasal dari kulit pohon, terutama kulit Pohon Ganemo (Melinjo). Tapi saat ini, noken banyak dibuat dengan memakai benang sintetis atau katun. Multifungsi, karena noken digunakan untuk banyak keperluan. Mulai dari aksesoris untuk pesta dan pertemuan raya, sebagai wadah untuk membawa hasil kebun sampai menjadi buaian yang hangat untuk bayi.
Noken identik dengan Papua. Unik dan khas. Noken itu narasi tentang ibu, mama, khas Papua, yang melindungi anaknya. Noken itu bicara jalinan yang berasal dari benang tunggal. Noken juga elastis. Elastisitas ini tidak datang dari materi yang digunakan untuk membuat noken, tapi karena teknik jalinan itu sendiri.
Mengidentifikasi noken dengan ibu dan buaian anak, salah satunya sebagai narasi tentang perlindungan yang melekat pada ibu, begitu juga dengan inisiatif BANGGA Papua. BANGGA Papua adalah inisiatif perlindungan sosial untuk setiap anak asli Papua berusia 4 tahun ke bawah. Perlindungan sosial ini dikerjakan Pemerintah Provinsi Papua dengan cara memberikan subsidi kepada ibu atau wali yang sah dari anak. Tujuan pemberian subsidi itu, supaya ibu atau wali yang sah mempunyai kemampuan tambahan memberi makanan bergizi kepada anaknya atau hal-hal lain terkait pemenuhan kebutuhan anak untuk tumbuh kembang yang prima, termasuk mempunyai kemampuan tambahan untuk mengakses layanan kesehatan bagi anaknya, mengingat fakta mahalnya biaya keterpencilan kampung di Papua.
Mengidentifikasi noken pada BANGGA Papua selain sebagai gagasan pemeliharaan ibu pada anaknya, pemerintah pada rakyatnya, noken juga adalah narasi tentang kerjasama yang berkembang, meluas berdasarkan tujuan yang sama. Seperti noken dijalin dari benang tunggal, sama dengan tujuan dari perlindungan sosial BANGGA Papua ini. Satu saja: membangun Generasi Emas untuk Papua yang mandiri, sejahtera dan berkeadilan di masa depan. Dengan satu tujuan itu, seperti jalinan tali pada noken, setiap pihak dalam Visi Generasi Emas Papua terjalin, terlibat.
Dari “Sosialisasi” ke “Pahami-sasi”
Peningkatan kapasitas komunikasi merupakan salah satu dari beberapa elemen penting pembelajaran dari proses implementasi BANGGA Papua di tiga kabupaten pelaksana saat ini, yaitu Kabupaten Lanny Jaya, Paniai dan Asmat. Merujuk pada pembelajaran itu, sebuah ToT (Training of Trainers) kembali dilaksanakan di Jayapura pada awal Mei 2019. Jika sebelumnya peningkatan kapasitas komunikasi ini diberikan pada anggota Sekber BANGGA Papua provinsi dan kabupaten pelaksana, kali ini ToT Komunikasi menjadi cara memfasilitasi peningkatan kapasitas bagi pemangku kepentingan BANGGA Papua di tingkat provinsi.
Kegiatan dua hari (2-3 Mei) yang diampu oleh Feby Siahaan, diikuti oleh 26 peserta. Para peserta ToT, mewakili lembaga-lembaga yang belum terlibat dalam struktur formal dan elemen fungsional Sekber BANGGA Papua: TP-PKK, Biro Humas Setda Provinsi Papua, Diskominfo dan Bank Papua.
Dalam prosesnya, peserta ToT diberi ruang untuk merespon informasi mengenai mengapa BANGGA Papua bukan sekedar inisiatif inovatif pemanfaatan Dana Otonomi Khusus (Otsus) Papua. Informasi itu antara lain tentang potensi kekayaan sumber daya alam Papua yang telah dan akan memotivasi banyak pihak menengok ke Tanah Papua.
Fakta “surga kecil yang jatuh ke bumi” bersanding dengan fakta kematian anak baik karena HIV maupun kekurangan gizi, serta ketidakmampuan mengakses layanan publik seperti Puskesmas dan sekolah karena tingginya biaya keterpencilan. Tambahan pula ancaman stunting (kekerdilan, gangguan pertumbuhan karena kekurangan gizi yang kronis). Dengan demikian, bahaya laten terhadap visi Generasi Emas Papua dikhawatirkan sumber daya manusia tidak mampu berkompetisi dalam persaingan global karena kekurangan gizi.
Bagaimana sebaiknya menyikapi fakta-fakta tersebut ?
Ruang untuk merespon fakta-fakta itulah yang menjadi keunikan ToT Komunikasi ini. Dalam proses merespon fakta-fakta tersebut, peserta dibekali dengan keterampilan bagaimana mengomunikasikan sebuah gagasan secara efektif sehingga mampu meyakinkan orang atau pihak lain untuk mengambil sikap dan bertindak, berpartisipasi secara sinergis dalam upaya mewujudkan gagasan itu. “Komunikasi yang efektif, memersuasi pihak lain,” telah menjadi tag-line ToT Komunikasi sejak awal.
Dalam ToT ini, peserta bukan hanya diberi pengetahuan, tapi juga berkesempatan mengujicoba teori di dalam praktik dan latihan. Peserta ditantang untuk menemukan tujuan dan peran yang dapat dimainkan untuk mendukung pencapaian tujuan bersama itu. Peserta diajak untuk berpikir keluar dari cara-cara sosialisasi yang baku dan normatif. Sebagai konsekuensinya, peserta sendiri harus paham betul tentang BANGGA Papua dan meyakini benar-benar, bahwa program ini memang mampu memajukan orang asli Papua.
Proses di dalam ToT ini melampaui sekedar belajar bersama. Dalam prosesnya, lahir kesepakatan informal untuk melakukan kerja komunikasi yang lebih dari sekedar sosialisasi. Peserta bersepakat untuk bertransformasi dari kerja komunikasi yang hanya sekedar memberi informasi dan centang daftar tugas: 'Ok, sosialisasi selesai dilakukan,' menuju pada tingkat yang lebih tinggi yaitu 'pahami-sasi.' Pada tingkat 'pahami-sasi' ini, peserta harus mampu mengomunikasikan suatu gagasan secara jelas, hingga dapat memengaruhi pihak lain untuk ikut bertindak dan mengeksplorasi, apa peran yang dapat mereka lakukan untuk ikut mewujudkan gagasan tersebut.
Menemukan Tujuan Bersama
Karena ToT ini dihadirkan sebagai afirmasi kepada hasil pembelajaran sepanjang implementasi BANGGA Papua, ToT ini juga menghasilkan pembelajarannya sendiri. Peserta pelatihan memetakan potensi kontribusi untuk ikut menyukseskan sosialisasi (baca:pahamisasi) BANGGA Papua. Tentu, peta peran dan aktivitas ini disesuaikan dengan tupoksi masing-masing peserta.
Cukup banyak potensi kolaborasi yang dapat dilakukan. TP-PKK, misalnya, berjanji untuk bicara tentang BANGGA Papua dalam rapat koordinasi (rakor) mereka yang berlangsung di Wamena. Selain itu, TP-PKK akan menyertakan substansi BANGGA Papua dalam beberapa kegiatan rutin mereka. Humas menyerukan kerjasama melalui media cetak, media elektronik dan media sosial yang mereka kelola. Sementara Diskominfo menyampaikan peluang untuk memanfaatkan laman situs web yang telah tersedia, untuk menyampaikan perkembangan pelaksanaan program BANGGA Papua. Bank Papua pun tidak mau ketinggalan. Selain akan memastikan bahwa stafnya paham tentang BANGGA Papua melalui in-house training, Bank Papua menyepakati bahwa penting untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya menabung dan menggunakan jasa perbankan. Terutama karena elemen transfer dan pembukaan rekening atas nama ibu lewat Bank Papua adalah elemen baru dalam program bantuan tunai di Provinsi Papua. Selain BANGGA Papua, tidak ada inisiatif pemerintah lainnya yang menggunakan mekanisme perbankan ini.
Keterkaitan Noken dengan Seluruh Proses
Begini, kulit kayu yang digunakan untuk membuat noken, harus digiling, untuk bisa menjadi tali. Seperti kumpulan kapas dipintal menjadi seuntai benang. Proses identifikasi peran seperti yang terjadi dalam ToT Komunikasi ini, seumpama proses menggiling serat kulit pohon menjadi benang pada proses pembuatan noken. Seperti noken dijalin, dalam prosesnya ToT ini telah mencairkan keberagaman tupoksi setiap lembaga. ToT ini bukan saja membuat perbedaan lembaga 'digiling' dalam tujuan yang sama, tapi juga telah membangun cara pandang bersama terhadap pentingnya kehadiran dan menghadirkan BANGGA Papua untuk pencapaian visi Generasi Emas Papua ke tengah-tengah masyarakat.
Setiap pihak berbagi fasilitas dan keunggulan platform yang selama ini telah dimiliki. Berbagi kekuatan yang potensial dijalin dalam kerjasama mempersiapkan dan meraih visi Generasi Emas Papua. Noken kemitraan belum selesai. Bahkan mungkin baru pada tahap mulai giling. Seperti noken elastis, demikian juga sifat kemitraan ini. Setiap kait, setiap jalin akan membangun kaitan dan jalinan kerjasama yang lain. Terus meluas, tidak kaku, secara formal mau pun informal, melibatkan setiap orang, memanfaatkan semua peluang, sampai Papua menimang generasi emasnya.
BANGGA Papua adalah program yang diinisiasi oleh Pemerintah Provinsi Papua yang bertujuan untuk meningkatkan gizi dan kesehatan anak orang asli Papua, dengan memanfaatkan dana Otonomi Khusus (Otsus). Melalui BANGGA Papua, Pemprov Papua sedang membangun generasi emas Papua. BANGGA Papua menyediakan dana bagi anak orang asli Papua yang berusia di bawah 4 tahun, untuk digunakan membeli atau menyediakan kebutuhan gizi dan kesehatan anak. Dana diberikan langsung kepada ibu dan ditransfer melalui rekening miliknya. BaKTI menerima mandat untuk mendukung komunikasi strategis BANGGA Papua, khususnya meningkatkan kapasitas komunikasi pelaksana program di provinsi dan kabupaten.