Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Stunting memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak. Anak stunting juga memiliki risiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di masa dewasanya. Bahkan, stunting dan malnutrisi diperkirakan berkontribusi pada berkurangnya 2 hingga 3 persen Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya.
Prevalensi stunting selama 10 tahun terakhir menunjukkan tidak adanya perubahan yang signifikan dan ini menunjukkan bahwa masalah stunting perlu ditangani segera. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan 30,8 persen atau sekitar 7 juta balita menderita stunting. Masalah gizi lain terkait dengan stunting yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah anemia pada ibu hamil (48,9%), Berat Bayi Lahir Rendah atau BBLR (6,2%), balita kurus atau wasting (10,2%) dan anemia pada balita.
Penurunan stunting memerlukan intervensi yang terpadu, mencakup intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif. Sejalan dengan inisiatif Percepatan Penurunan Stunting, pemerintah meluncurkan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi (Gernas PPG) yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang Gernas PPG dalam kerangka 1.000 HPK. Selain itu, indikator dan target penurunan stunting telah dimasukkan sebagai sasaran pembangunan nasional dan tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan Rencana Aksi Nasional Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) 2017-2019.
Kabupaten Kubu Raya merupakan salah satu daerah di Provinsi Kalimantan Barat yang memiliki angka stunting tergolong tinggi, walaupun bukan tertinggi di provinsi ini, namun angka stuntingnya fluktuatif dari tahun ke tahun. Menurut hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat pada tiga tahun terakhir Prevalensi Balita Stunting atau perbandingan antara Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), posisi Kabupaten Kubu Raya sangat memprihatinkan, pada tahun 2015 adalah 19,1 persen, pada tahun 2016 terjadi peningkatan menjadi 29,3 persen dan pada tahun 2017 terus meningkat menjadi 34,8 persen. Sebagai data pembanding Pemerintah Kabupaten Kubu Raya telah melakukan Pemantauan Status Gizi (PSG) Balita pada level kecamatan tahun 2017, angka stuntingnya tercatat 30,6 persen dan pada tahun 2018 kembali melakukan sensus Status Gizi Balita, angka stuntingnya diketahui sebesar 25,6 persen.
Penyebab langsung masalah gizi pada anak termasuk stunting adalah rendahnya asupan gizi dan status kesehatan. Penurunan stunting menitikberatkan pada penanganan penyebab masalah gizi, yaitu faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan khususnya akses terhadap makanan bergizi, lingkungan sosial yang terkait dengan praktik pemberian makanan bayi dan anak (pengasuhan), akses terhadap pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan, serta kesehatan lingkungan yang meliputi tersedianya sarana air bersih dan sanitasi lingkungan. Keempat faktor tersebut memengaruhi asupan gizi dan status kesehatan ibu dan anak. Intervensi terhadap keempat faktor tersebut diharapkan dapat mencegah masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi.
Untuk melihat penyebab stunting lebih jauh, Dinas Kesehatan Kabupaten Kubu Raya bekerjasama dengan program MELAYANI telah melakukan analisis situasi berdasarkan data konvergensi untuk melihat penyebab stunting secara lebih mendalam. Analisa ini dilakukan dengan menggunakan tools sederhana yang dikembangkan oleh Tim TA-Pool Dirjen Bina Bangda Kemendagri.
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah melakukan analisis data konvergensi stunting Kabupaten Kubu Raya agar mengetahui secara mendetail penyebab terjadinya stunting, menjadikan hasil analisis sebagai referensi dalam menyusun program pencegahan dan penanganan stunting di masa depan, meningkatnya pemahaman stakeholders dalam melakukan analisa situasi, sehingga dalam menyusun perencanaan dan penganggaran ke depan mampu menjawab permasalahan yang menjadi fokus daerah.
Proses Diskusi
Pada awalnya peserta diperkenalkan tools sederhana analisis situasi yang dikembangkan oleh Tim TA-Pool Dirjen Bina Bangda Kemendagri, sesi ini difasilitasi oleh coach MELAYANI Kubu Raya. Setelah semua peserta telah memahami tools tersebut, peserta dari 7 Puskesmas diminta untuk memasukkan data ke dalam tools tersebut, di mana setiap peserta dari Puskesmas telah menyiapkan data sesuai dengan tools yang tersedia.
Ada hal menarik saat selesai input data oleh peserta, kemudian fasilitator mentracking tools, mengurutkan angka stunting dari terendah ke yang tertinggi, di sini kelihatan bahwa ada yang intervensinya sudah cukup baik namun angka stuntingnya masih saja tinggi, begitu juga sebaliknya.
Dari hasil tracking ini dapat disimpulkan bahwa masih ada program/intervensi yang dilaksanakan oleh Puskesmas/Dinas Kesehatan ataupun dinas lainnya belum berjalan maksimal di lapangan. Dan hal ini diakui oleh petugas dari Puskesmas. Petugas Puskesmas menyadari bahwa masih banyak program yang berjalan sesuai harapan dan target capaian, kendati secara distribusi atau serapan anggaran sudah sangat maksimal. Situasi ini menjadi menarik ketika petugas sendiri mengakui hal itu.
Kegiatan ini telah menganalisa data sensus dari sebanyak 36 desa dan 7 Puskesmas. Dari hasil diskusi kelompok tentang penyebab masalah stunting diketahui pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil telah tersalurkan namun tidak sepenuhnya dikonsumsi dengan baik. Selain masih rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif, minimnya pengetahuan ibu tentang pola asuh anak dan pemberian makanan bergizi juga memengaruhi terjadinya stunting. Pengetahuan dan keterampilan petugas dan kader kesehatan masih belum cukup dan ini memengaruhi valid tidaknya pengukuran tumbuh kembang yang dilakukan kepada balita yang diperiksa di Puskesmas atau Posyandu.
Dari permasalahan di atas perlu adanya perbaikan layanan yang harus segera dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kubu Raya dan Puskesmas terutama dalam hal memantau Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang telah didistribusikan kepada ibu-ibu hamil dan balita serta meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dan kader Posyandu dalam melaksanakan pengukuran panjang dan tinggi badan balita. Dinas Kesehatan dan Puskesmas Kubu Raya juga perlu memastikan pencatatan data hasil penimbangan berat badan balita di Posyandu yang terintegrasi untuk meningkatkan keakuratan data.
Di sisi lain, pengetahuan ibu hamil tentang stunting juga perlu ditingkatkan disamping mendorong pemberian ASI eksklusif dengan membentuk kelompok pendukung ASI. Untuk melengkapi analisis situasi stunting Kabupaten Kubu Raya, peserta pertemuan telah menyepakati bahwa Dinas Kesehatan melalui Seksi Gizi akan menginput kembali data dari 13 Puskesmas dan 82 desa yang belum terinput pada aplikasi ini baik melalui pertemuan lanjutan seperti telah dilaksanakan maupun memanggil satu per satu Puskesmas untuk menginput data capaian dan data stunting.