Pengetahuan lokal adalah pengetahuan yang digunakan oleh suatu komunitas, tujuannya untuk bertahan hidup dalam suatu lingkungan tertentu di mana pengetahuan dibangun oleh kelompok komunitas, diwarisi secara turun menurun, dan memiliki hubungan dekat dengan alam atau sumber daya alam. Sebuah komunitas anak muda di Labuan Bajo NTT, sejak tahun 2019 giat mengumpulkan, mendokumentasikan dan menyebarluaskan pengetahuan lokal untuk tetap menjaga keberlangsungannya.
Adalah Videoge sebuah perkumpulan atau kolektif pertemanan yang menginisiasi kerja-kerja pendokumentasian pengalaman dan pengetahuan warga dengan mengutamakan proses artistik beserta pencatatannya melalui bentuk diskusi, kerja audiovisual, pameran, seni performans, pemutaran film, rilisan webzine (maigezine.net), katalog dan lain sebagainya. Videoge hadir merekam dinamika pengetahuan warga Labuan Bajo.
Videoge adalah kelompok belajar warga muda yang di awal lebih banyak pendekatannya pada kerja-kerja multimedia. Multimedia sendiri kemudian tidak berhenti sebagai alat kerja tapi sebagai praktik lintas disiplin dan sebagai ruang belajar bersama dengan pendekatan-pendekatan disiplin teman-teman muda.
Diceritakan oleh Aden Firman -salah satu founder kolektif Videoge, di awal terbentuknya komunitas ini didorong atas kesadaran pada kondisi kampungnya Labuan Bajo, di mana ia dan kawan-kawan sesama anak muda Labuan Bajo tidak pernah membayangkan Labuan Bajo akan seperti saat ini. Mereka awalnya adalah sekelompok pemuda yang bersama sejak SD, SMP, dan SMA dalam bingkai kegiatan kesenian. Beberapa dari mereka kemudian memutuskan kuliah dan merantau keluar Labuan Bajo, di saat yang sama tidak banyak anak muda yang dapat bersekolah di luar.
Gagasan tentang sebuah komunitas berbasis warga akhirnya terwujud di tahun 2019 sepulang Aden belajar di rantau. Videoge mulanya sebagai kanal distribusi pendokumentasian kampung dalam bentuk video. Dalam setiap karya yang dibuat menghadirkan pertanyaan-pertanyaan reflektif, seperti bagaimana kalau produksi karya seni yang dihasilkan didasari pada apa yang ada di sekitar kita, apa yang kita punya di sekeliling kita. Dari pertanyaan reflektif ini kemudian menimbulkan kesadaran untuk memproduksi pengetahuan yang saat ini disebut pengarsipan pengetahuan lokal. Pengetahuan lokal ini bersumber dari lintas media/forum seperti pengetahuan dari teman-teman yang berlatar belakang pemandu wisata, pendokumentasian wisata, juru masak bahkan yang berlatar belakang nelayan juga ikut bergabung.
Kecenderungan ini akhirnya tidak hanya sekedar menyalurkan hobi atau kesenangan tapi justru berdampak pada lingkungan, paling tidak lingkungan di kampung. Seni yang di awal mempersatukan mereka kemudian dipandang sebagai pintu masuk untuk mengeksplor kondisi-kondisi di kampung, dengan menggali kemampuan-kemampuan lokal dengan pendekatan seni.
Dalam kerja-kerjanya, komunitas ini mengusung konsep praktik kerja kolektif. Aden memaknai kerja kolektif tak terbatas pada teknis mengerjakan sesuatu bersama-sama tetapi dalam kerangka kolaborasi sebagai media pertemuan gagasan.
Videoge hadir dari inisiatif warga, Videoge adalah warga yang buat sesuatu di mana warga lain di Labuan Bajo belum melakukannya. Jadi ini adalah komunitas warga dan inisiatif warga. Hal ini juga yang akhirnya menyatukan semua unsur dalam komunitas, diantaranya warga yang bekerja di sektor wisata, seperti pemandu wisata, tour guide dengan pendokumentasian wisata, kemudian ada ibu rumah tangga, juru masak, bahkan ada juga nelayan. Videoge juga merangkul pengusaha di Labuan Bajo yang tidak hanya memikirkan bisnisnya tapi pengusaha yang memikirkan juga kondisi Labuan Bajo. Selain itu Videoge juga membuka diri untuk berkolaborasi dengan pemerintah.
Selain menjalin kerja sama dengan dinas-dinas, tidak kalah pentingnya Videoge juga berkolaborasi dengan pemerintah di tingkat paling bawah dan terdekat dengan warga yakni RT/RW di kampung. Bentuk kegiatan yang dilaksanakan yakni bekerjasama dengan RT/RW untuk mendorong tumbuhnya rukun tetangga dan keluarga agar kemudian bisa ngobrol seputar kehidupan kampung, dan belajar tentang pengetahuan-pengetahuan lokal yang ada di kampung.
Untuk mencapai tujuan Videoge, kolaborasi dijalin bersama komunitas-komunitas yang memiliki perspektif dan pendekatan yang sama baik di dalam maupun di luar Labuan Bajo. Videoge terhubung dengan mereka karena adanya praktik yang sama, misalnya kita sebagai warga melakukan sesuatu karena kondisi masing-masing sebagai praktik seni, kewargaan dan reproduksi pengetahuan lokal yang dilakukan warga sendiri sesuai dengan konteks masing-masing. Kolaborasi yang dikembangkan berangkat dari keserupaan bekerja, tapi tetap dengan keunikan dan konteks lokal masing-masing.
Produksi pengetahuan Videoge menggunakan pendekatan eventual, dengan membuat event-event. Pendekatan-pendekatan eventual dibuat dalam bentuk-bentuk beragam. Beberapa contoh kegiatannya adalah seperti kegiatan bertajuk Sapa Tetangga. Pada kegiatan ini, kolektif Videoge menyelenggarakan penggalian keanekaragaman cerita warga dengan model silaturahim. Bentuk kegiatannya adalah bertamu dan mendengarkan cerita warga yang diselenggarakan setiap hari dalam jangka waktu yang tidak ditentukan ke tiap-tiap rumah yang berada di kampung terdekat.
Pengetahun yang dikumpulkan Videoge disebarkan dengan menggunakan media online maupun offline. Untuk offline, pendokumentasian kegiatan dibuat dalam bentuk tertulis yakni seperti menerbitkan majalah yang disebut Magazine. Majalah ini menyalin dan membuat kembali narasi dalam video yang didokumentasikan dalam sebuah event. Sebelumnya, telah diterbitkan pula buku kumpulan resep masakan warga pesisir Labuan Bajo yang diberi judul Resep Tetangga. Pendokumentasian dengan menyusun buku diikuti dengan kegiatan diskusi dalam bentuk bincang-bincang, yang disertai dengan pemutaran video. Kegiatan ini dibuat sebagai Bioskop Alternatif, yang dinamai Buka Layar. “Kegiatan ini sebagai saluran offline tatap muka untuk nonton. “itu cara-cara kerja yang kami pakai buat membicarakan apa yang kami kerjakan soal pengetahuan” ujar Aden. Ada banyak lagi kegiatan-kegiatan kolektif berbasis warga yang dikerjakan Videoge guna menghimpun pengarsipan pengetahuan lokal.
Meski belum punya alat ukur jelas untuk melihat sejauh mana giat mereka berdampak, namun ia dapat menerjemahkan efektivitas kerja-kerja media digital Videoge. Di awal mereka rutin mengupload konten-konten, membuat sendiri majalah mini dengan menggunakan printer komunitas, paling tidak dapat dilihat dan dibaca oleh teman sendiri dulu. “Dalam kerja publisitas ada dua hal dalam konteks Labuan Bajo, pertama bagaimana publisitas itu sebagai cara kita memberi pilihan lain yang mungkin di Labuan Bajo belum ada atau justru belum banyak orang lakukan, yang kedua bagaimana publikasi itu melayani kebutuhan pengetahuan orang lain” ungkap Aden.
Perubahan-perubahan positif terjadi pada komunitas dan lingkungan sekitar, yang bisa diceritakan Aden dan sangat signifikan diantaranya adalah selama mereka giat bekerja melalui praktik-praktik kolektif di komunitas, daya adaptasi sebagai warga muda menghadapi pertumbuhan di Labuan Bajo semakin adaptif, pun dengan warga setempat. Misalnya berkali-kali Labuan Bajo mengalami fase pertumbuhan dari daerah pesisir pada umumnya hingga saat ini berlabel destinasi wisata premium, justru mereka masih bisa bersiasat dengan keadaan. Seperti diketahui Labuan Bajo terdiri dari berbagai rumpun, ada Bugis, Bajo, Bima, terutama Manggarai, lalu datang teman-teman dari Jawa tapi semua bisa beradaptasi, muncul daya adaptif yang sangat besar.
Videoge berharap praktik komunitas dapat merata ke teman-teman mereka di kampung. Lintas komunitas yang ada bisa saling terhubung, tidak hanya bekerja bersama agar terlihat banyak namun adanya kesadaran yang mulai tumbuh, pemahaman tentang kampung yang semakin bertambah. Setelah merampungkan penulisan buku resep, harapannya mereka dapat melahirkan karya berupa buku lagi yang merangkum cerita tentang kekeluargaan dimana lebih banyak lagi warga yang bisa urun menulis tentang kampung.
Saat ini Videoge sedang bersiap-siap menuju festival Pesta Kampung 2023, di mana harapan kolaborasi lebih solid terjadi nantinya. “Kami berharap Videoge ini makin terus bertumbuh dan belajar, bisa punya ruang kolaborasi tidak hanya sebagai ruang fisik media tapi juga menjadi ruang menentukan sikap, menemukan identitas” ungkap Aden. Kerja kolektif diharapkan bukan hanya secara fisik tapi juga secara kesadaran gagasan, kolaborasi bukan hanya berkumpul tapi pertemuan kebutuhan individu maupun komunitas. Bagaimana kerja-kerja bersama dirayakan banyak pihak dan bagaimana kolektivitas bisa diterjemahkan dengan banyak pengertian.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai inisiatif ini dapat menghubungi:
Aden Firman – Kolektif Founder Videoge
Email: adenafirman@gmail.com