Hari yang cerah di Desa Pandua Tana ketika beberapa orang tampak sibuk menyiapkan papan kayu dan menyusunnya menjadi sebuah rumah sederhana. Di rumah itulah Kelompok Pandai Besi Desa Pandua Tana mengembangkan usaha pandai besi untuk menambah pendapatan keluarga.
Banyak pekerjaan yang terhitung langka di zaman serba modern ini. Salah satunya pandai besi yang digeluti oleh Martinus Bili Malo, warga Desa Pandua Tana, Kecamatan Wewewa Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya. Martinus adalah seorang disabilitas fisik. Ia bekerja sebagai pandai besi selama kurang lebih 10 tahun hingga sekarang. Keterampilan pandai besi itu diperolehnya secara otodidak. Hari itu Martinus bersama anggota masyarakat lainnya sedang sibuk membangun rumah pandai besi agar usahanya bisa lebih maju.
Martinus terlibat aktif dalam kegiatan perencanaan pengembangan penghidupan bersama masyarakat Desa Pandua Tana lainnya. Desa Pandua Tana merupakan salah satu desa dampingan program Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan Desa di Kawasan Timur Indonesia (BangKIT). Dari kegiatan musyawarah perencanaan tersebut, muncul inisiatif untuk mengembangkan usaha pandai besi yang dimotori oleh Martinus. Pandai besi merupakan usaha yang menjanjikan karena banyak dibutuhkan oleh warga desa seperti pacul, cangkul, terali, alat kawin mawin seperti parang, dan lain-lain.
Bukan sekadar alat, produk pandai besi adalah karya seni yang memiliki nilai tersendiri. Di pasaran, satu produk dapat dijual dengan harga berkisar antara 100 hingga 150 ribu rupiah. Namun bagi mereka yang memesan secara khusus, harga bisa meningkat 200 hingga 300 ribu rupiah, tergantung bahan dan material apa yang digunakan.
Selama ini, usaha pandai besi telah menjadi mata pencaharian alternatif yang dapat menambah pendapatan keluarga terutama di saat rentan. Namun sayang, beberapa bulan terakhir usaha Martinus tidak berjalan lancar karena terkendala kurangnya modal untuk membeli bahan dan beberapa peralatan rusak.
Program BangKIT memberikan dukungan kepada masyarakat desa untuk mengembangkan penghidupan berdasarkan potensinya. Program juga bersifat inklusif yang mengutamakan kelompok-kelompok dengan keterbatasan sumber penghidupan, seperti keluarga miskin, kepala rumah tangga perempuan, disabilitas, dan kelompok rentan lainnya. Sebagai disabilitas, kehidupan Martinus selama ini sangat tergantung dari usaha pandai besi. Desa Pandua Tana atau kebanyakan desa lainnya di Kabupaten Sumba Barat Daya sebagian besar penghidupannya ada di bidang pertanian. Peluang ini juga ditangkap oleh Martinus sebagai perajin besi untuk menyediakan beragam peralatan untuk bertani.
Sebenarnya Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Barat Daya juga memiliki program khusus untuk mendukung kelompok pandai besi. Namun, sepertinya Martinus harus bersabar untuk mendapatkan bantuan. “Selama ini kami perajin pandai besi belum banyak mendapat perhatian dari pemerintah, dengan adanya Program BangKIT ini kami merasa sangat tersentuh dan merasa diperhatikan apa yang menjadi kebutuhan kami,” ujar Martinus.
Foto: Martinus Bili Malo
Paket stimulan menjadi modal awal
Paket Stimulan BangKIT adalah paket dukungan usaha dalam skala kecil yang disediakan untuk membantu menstimulasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan tertentu dari rencana pengembangan penghidupan yang dihasilkan kelompok kerja pengembangan penghidupan desa. Paket Stimulan BangKIT ini ditujukan untuk memberikan dorongan bagi kelompok masyarakat dalam memulai inisiatif yang mungkin menghadapi kesulitan untuk diluncurkan sendiri oleh masyarakat/kelompok masyarakat.
Martinus dan tujuh perajin besi Desa Pandua Tana berkomitmen mengembangkan usaha pandai besi. Melalui kesepakatan anggota masyarakat lainnya yang diwakili oleh kelompok kerja (pokja) Desa dan pemerintah desa, Martinus dan kelompoknya berkesempatan mengajukan proposal untuk mendapatkan dukungan berupa peralatan mesin bor, gurinda, gergaji tangan kecil, dan material besi. Adapun rencana pengembangan usaha pandai besi ini dimulai dengan mengukuhkan kelembagaan kelompok. Pemerintah Desa Pandua Tana menyambut baik rencana tersebut dan telah mengukuhkan mereka sebagai Kelompok Pandai Besi Desa Pandua Tana pada April 2024 lalu.
Selanjutnya, kelompok pandai besi membuat rumah pandai besi sebagai tempat produksi bersama. Pada Mei 2024, mereka sudah mendirikan rumah pandai besi sederhana. Ruangan yang berukuran 3x2.5 meter itu dibangun secara swadaya dengan menggunakan bahan dan alat yang ada di desa. Kelompok ini pun mengumpulkan dana dari beberapa anggota untuk digunakan membeli seng dan paku. Martinus berkomitmen mengembangkan usaha besi ini. Ia bersedia memberikan lahannya untuk dijadikan tempat bekerja kelompok. Bersama-sama anggota lainnya, rumah tersebut diperbaiki dan dibangun agar menjadi lebih baik.
Dengan adanya kelompok, rumah produksi, dan dukungan paket stimulan berupa peralatan dan material, para perajin besi tersebut diharapkan dapat berproduksi lagi. Beberapa kerajinan besi yang akan dibuat antara lain sabit, cangkul untuk alat pertanian dan teralis untuk kebutuhan pembangunan rumah, serta melakukan pelayanan jasa lainnya berkaitan pandai besi.
Foto: Proses Pembuatan rumah pandai besi
Martinus optimis bahwa dukungan paket stimulan dapat meningkatkan produksi dan penghasilan usaha pandai besi secara optimal. Tidak muluk-muluk, peningkatan produksi yang diharapkan melalui usaha berkelompok ini adalah dapat menghasilkan produk sebanyak tiga sampai empat dalam sehari. Sebelumnya, Martinus hanya mampu membuat satu atau bahkan tidak selesai dalam sehari.
Selain itu, dalam perencanaan usahanya kelompok pandai besi ini juga bertekad akan menyimpan 20-25 persen hasil penjualan untuk membeli bahan dan kebutuhan alat. Pasalnya, usaha pandai besi ini kerap tersendat karena terkendala kurangnya modal untuk membeli bahan dan peralatan yang digunakan masih manual.
Kegiatan pembuatan rumah pandai besi ini merupakan hal yang sangat dirindukan oleh para perajin besi sebagai tempat mereka berkumpul untuk bekerja bersama. Harapan yang ingin dicapai dengan adanya kegiatan pandai besi adalah dapat meningkatkan produksi dan penghasilan dari usaha rumahan. “Harapan lain dengan adanya kegiatan ini juga dapat menjadi inspirasi bagi orang lain dan mendapat simpatisan dari pihak bahwa kami mampu dan bisa,” pungkas Martinus.
Bagi program, dukungan kepada Martinus sebagai disabilitas merupakan bentuk inklusivitas dalam sebuah proses pembangunan. Program memberi kesempatan Martinus untuk mengikuti kegiatan musyawarah perencanaan kemudian juga memberikan akses modal (peralatan dan material) sebagai dukungan pengembangan usaha. Dalam keadaan sulit, seperti gagal panen, usaha-usaha alternatif seperti pandai besi dan tenun menjadi penopang untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Informasi lebih lanjut:
Dominika Apriyante Bili adalah Project Fasilitator BangKIT Desa Pandua Tana
Nyur Yawati adalah Local Governance & Gender Specialist