Perbincangan tentang sanitasi aman hanya menepi di ruang-ruang, dalam bidang-bidang kantor yang diurus sekelompok kecil orang. Isu tentang sanitasi aman tidak popular dan terpinggirkan, bahkan sedikit sekali orang yang tertarik membincangkannya.
Tapi, sanitasi aman teramat penting bagi setiap orang. Jika diabaikan, hal itu akan memicu penyakit dan bahkan merenggut jiwa. Kolera, diare, sakit perut dan lain-lain penyakit merupakan penyakit akibat sanitasi buruk. Jika penyakit itu berulang-ulang dan kronis menyebabkan stunting pada anak. Dan di Indonesia saat ini prevalensi stunting masih di angka 21.6% yang berarti 1 dari 5 anak Indonesia mengalami masalah gizi (Kemenke-SSGI 2022). Namun harus diingat bahwa stunting pada anak bukan semata diakibatkan kekurangan gizi tapi hal itu sangat erat kaitannya dengan ketersediaan air bersih dan sanitasi aman.
Sementara itu semua pihak ditantang untuk berbuat sekecil apa pun untuk sanitasi yang aman. Di Sulsel capaian akses sanitasi saat ini 92.24% layak, termasuk di dalamnya 12.92% aman (BPS, 2022). Di Indonesia data mencatat, saat ini baru 1 dari 10 rumah tangga di kawasan perkotaan yang mengelola air limbah mereka secara aman (BPS-NAWASIS), baik itu dengan penyedotan rutin lumpur tinja atau telah terhubung dengan sistem perpipaan limbah domestik.
Mendukung akselerasi pembangunan sanitasi aman, di saat Provinsi Sulsel dinyakan provinsi Stop BABS atau Bebas dari Buang Air Besar Sembarangan, maka UNICEF melalui Yayasan BaKTI bekerja sama dengan Pemprov Sulsel melaksanakan sejumlah kegiatan yang berkelanjutan melalui program WASH (Water, Sanitation and Hygiene), sejak tahun 2015.
Salah satu fokus kegiatannya adalah berkolaborasi dengan stakeholder pengelolaan air limbah domestik untuk penyelenggaraan sanitasi aman di sejumlah kabupaten dan kota. Dan event yang digelar saat ini yang bertajuk Gala Sanitasi Aman untuk Anak Muda merupakan rangkaian kegiatan membangun kolaborasi dengan universitas, Pokja PKP (Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman), dan NGO.
Bersama dengan Departemen Kesehatan Lingkungan FKM UNHAS, Yayasan BaKTI yang didukung UNICEF memberi ruang partisipasi bagi anak muda-mahasiswa dari program studi Kesehatan Lingkungan) untuk melakukan kampanye sanitasi aman melalui aksi-aksi kolaboratif di lapangan. Antara lain, mahasiswa bekerja sama dengan sanitarian (Dinas Kesehatan) dan Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Air Limbah Domestik (UPT PALD) Dinas Biciptapera (Bina Marga, Cipta Karya, Pertanahan dan Perumahan) dalam survey akses air bersih dan sanitasi rumah tangga di kabupaten Sidrap dan Pinrang. Mereka anak muda secara aktif membantu mengumpulkan data akses air bersih dan sarana limbah domestik yang akan dipakai oleh Dinas Kesehatan dan Dinas Biciptapera sebagai dasar untuk pendampingan program STBM dan layanan penyedotan limbah domestik atau lumpur tinja.
Pada saat yang sama anak muda (mahasiswa) juga memberikan edukasi kepada kepala keluarga atau anggota rumah tangga yang dijangkau itu tentang model tangki septik kedap yang aman tidak mencemari sumur atau sumber air minum mereka serta bahaya penyakit akibat air minum dicemari bakteri e.coli dari tangki septik yang bocor. Kesempatan itu juga menjadi ruang pembelajaran kontekstual bagi mereka tentang praktik pelaksanaan sanitasi aman.
Kegiatan kampanye sanitasi aman mereka berlanjut di media sosial melalui media video singkat tentang ajakan atau penyadaran untuk hidup dalam lingkungan yang bersanitasi aman. Mereka sebarluaskan video itu melalui reels Instagram mereka. Guna memacu upaya kampanye mereka, maka digelar juga kompetisi kampanye sanitasi aman dengan video singkat yang juga mengundang partisipasi mahasiswa lain dari sejumlah perguruan tinggi kesehatan di Makassar.
Event Gala Sanitasi Aman untuk Anak Muda ini dibuka oleh Ketua Gugus Penjamin Mutu, FKM Unhas, Prof Hasanuddin Ishak. Hadir juga Henky Widjaja, Ph.D Kepala Kantor Perwakilan UNICEF Wilayah Sulawesi dan Maluku, memaparkan tentang program WASH UNICEF di Indonesia. Dalam pemaparannya beliau menyebutkan, alasan pelibatan anak muda. Itu karena, saat ini Gen Z menguasai 60 persen komunikasi jaringan internet dalam berbagai media sosial dan berbagai platform online. “Untuk itu, kami telah memberikan kesempatan kepada beberapa mahasiswa FKM Unhas untuk melakukan pendataan kondisi sanitasi di masyarakat, sekaligus melakukan promosi sanitasi aman,” ungkapnya.
Kegiatan ini sebagai kegiatan akhir dari kegiatan kampanye anak muda di lapangan dan media sosial. Dikemas dalam ragam kegiatan pameran mural foto dan poster sanitasi aman, talk show interaktif, dan pemilihan juara duta sanitasi aman.
Talkshow interaktif berisi materi berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang tantangan pembangunan sanitasi aman, khususnya temuan-temuan anak mahasiswa dari lapangan, dan praktik-praktik pembangunan sanitasi dari tiga narasumber Azzahara Fitria dan Nur Asyifah, Mahasiswa Departemen Kesehatan Lingkungan FKM UNHAS. Dua mahasiswa Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unhas, Azzahara Fitria dan Nur Asyifah memaparkan hasil surveinya terkait sanitasi di Pinrang dan Sidrap.
Azzahara Fitria menjelaskan, akses sanitasi aman itu fasilitas sanitasinya dimiliki oleh rumah tangga yang terhubung dengan tangki septik. “Akses sanitasi yang masuk kategori aman itu umumnya disedot rutin satu kali selama 3-5 tahun dan dibuang ke instalasi pengolahan tinja,” jelasnya saat event Gala Sanitasi Aman untuk Anak Muda di Unhas Hotel & Convention, Kamis, 7 Desember 2023.
Hasil survei juga menemukan 86 persen rumah tangga memiliki sumber air bersih berasal dari sumur dan 11, 85 persen memiliki kedalaman muka air tanah di bawah 2 meter.
Nur Asyifah menambahkan, kepemilikan tangki septik yang mereka temukan yakni, 90, 75 persen memiliki dan 9,25 persen tidak memiliki. Namun, 90 persen tangki septik tidak pernah disedot dan 40 persen masyarakat membangun sumur dekat septic tank. “Jadi 9 dari 10 rumah tangga tidak melakukan penyedotan tangki septik dengan 4 di antaranya membangun sumur dekat dengan tangki septik,” jelas Nur Asyifah.
Meskipun demikian, temuan mereka, 86 persen rumah tangga ternyata bersedia melakukan penyedotan tinja secara berkala, namun urung dilakukan karena tidak mengetahui alurnya. “Dibutuhkan perhatian stakeholder,” jelas Nur Asyifah.
Talkshow interaktif berikutnya menghadirkan Lidiastuty Anwar yang merupakan, Social Behavior Change and GESI Specialist untuk program USAID IUWASH Tangguh wilayah Sulsel dan Papua. Lidiastuty memaparkan tantangan membangun sanitasi aman. Itu karena isu sanitasi dianggap kurang menarik. “Ini kan tidak kelihatan jadi dianggap kurang menarik, padahal sangat berdampak pada kesehatan,” ungkapnya.
Pengetahuan masyarakat kata dia, masih kurang. Termasuk paradigma tangki septik dominan tidak kedap. Kemudian, tidak adanya lahan untuk tangki septik pengganti karena dianggap bukan kebutuhan prioritas. Padahal, sangat dibutuhkan tangki septik yang aman.
Alasannya, pertama, tinja mengandung puluhan miliar kuman yang menjadi sumber penyakit. Kedua, tangki septik memberikan solusi agar tinja tidak mencemari sumber air dan lingkungan, serta menjadi sumber penyakit. Ketiga, tangki septik berfungsi tempat penampungan dan pengolahan tinja sementara, di mana terjadi penguraian secara anaerobik (pengolahan air limbah dengan mikroorganisme tanpa injeksi oksigen ke dalam proses).
Kegiatan ini kolaborasi bersama dengan Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Yayasan BaKTI yang didukung UNICEF-Indonesia. Kegiatan ini menghadirkan 200 lebih peserta dari unsur mahasiswa dan dosen Unhas, dari 10 universitas (sekolah tinggi kesehatan) negeri dan swasta, yang memiliki program studi kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat, di Makassar, serta perwakilan stakeholder pemerintah dari Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Sulsel perwakilan kementerian PUPR, provinsi, kabupaten mitra program UNICEF dan Yayasan BaKTI, dan organisasi non-pemerintah.
Duta Sanitasi Aman
Kampanye sanitasi aman oleh anak muda untuk semua terangkai dari kegiatan di lapangan hingga media sosial. Di kabupaten Pinrang dan Sidrap, melalui kegiatan inspeksi akses sanitasi rumah tangga, mahasiswa dari program studi kesehatan lingkungan UNHAS menjangkau lebih kurang 250 rumah tangga dan memberikan edukasi kepada kepala dan anggota keluarga tentang penggunaan kakus dan penggunaan tangki septik kedap yang tidak mencemari sumur atau sumber air minum mereka serta ancaman penyakit akibat air minum dan makanan yang dicemari bakteri e-coli dari limbah air lumpur tinja dari tangki septik yang tidak kedap.
Melanjutkan kampanye di media sosial, mereka membuat video kampanye sanitasi aman lalu mengunggah ke dalam reels instagram mereka masing-masing. Guna meramaikan kampanye sanitasi aman, pihak Unicef dan Yayasan BaKTI atas dukungan kerjasama Prodi Kesling FKM UNHAS, mengundang juga partisipasi dari sejumlah universitas dan sekolah tinggi kesehatan di Makassar. Secara tim bertiga dalam kelompok mereka merancang konten video yang berisi ajakan dan penyadaran tentang pentingnya beraksi untuk menghadirkan sanitasi aman di lingkungan tempat tinggal setiap orang.
Karya video kampanye sanitasi aman mereka diapresiasi sebagai karya tim duta sanitasi oleh tim program WASH Unicef dan Yayasan BaKTI. Penentuan juara terbaik dan favorit 1-3 dinilai secara independen oleh tim profesional pembuat dan editor film. Enam (6) tim terbaik dan favorit berasal dari Universitas Hasanuddin, Poltekkes Kemenkes Makassar, dan Universitas Patria Artha. Mereka itulah dinobatkan sebagai duta sanitasi yang telah aktif mengkampanyekan tentang sanitasi aman.