Sejauh kaki melangkah menapaki jalan berbatu lumut hingga aksi motoran mendaki batu-batu licin dipinggir jurang, dengan semangat dan komitmen Sumba Timur segera Bebas Malaria, 9 orang petugas kesehatan berkeliling Desa Paberamanera, Kecamatan Paberiwai, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Mereka terdiri terdiri dari perawat, bidan dan tenaga sanitasi lingkungan dari Puskesmas Kananggar, Kabupaten Sumba Timur didampingi masing-masing 1 petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur dan Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur serta 3 orang aparat desa.
Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk. Wilayah dengan kasus malaria yang tinggi biasanya disebabkan karena penanggulangan yang terlambat akibat kurangnya kesadaran untuk deteksi dini terutama jika tidak ada gejala penyakit. Orang yang sakit malaria akhirnya terlambat atau bahkan tidak mendapat pengobatan sehingga Nyamuk Anopheles yang mengandung parasit menggigitnya kemudian membawa lagi parasit itu kepada orang lain.
Kasus Malaria di Paberamanera
Pada akhir tahun 2023, endemisitas malaria di Kabupaten Sumba Timur berada di warna merah (endemis tinggi). Namun berubah menjadi warna kuning (endemis sedang) di akhir tahun 2024. Sumba Timur berada pada urutan ketiga di Triwulan I Tahun 2025 untuk jumlah kasus tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Timur setelah Sumba Barat Daya dan Alor.
Jumlah kasus malaria di Kabupaten Sumba Timur hingga minggu terakhir April 2025 sebanyak 160 kasus (18 kasus dari Puskesmas Kananggar dan 14 kasus diantaranya ditemukan di Desa Paberamanera). Di Kabupaten Sumba Timur, Puskesmas Kananggar menempati urutan kedua kasus malaria tertinggi setelah Puskesmas Mahu (19 kasus) dan Puskesmas Kataka (19 kasus).
Tren kasus malaria yang ditemukan di Desa Paberamanera yang tercatat dalam Sistem Informasi Surveilans Malaria (SISMAL) sejak tahun 2021- Maret 2025 dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

Dapat dilihat bahwa total kasus tahun 2021 yaitu 46 kasus (merah); tahun 2022 sebanyak 58 kasus (kuning); tahun 2023 sebanyak 23 kasus (hijau); tahun 2024 sebanyak 45 kasus (biru) dan hingga akhir Maret Tahun 2025 sebanyak 14 kasus (ungu).

Foto:Tim MBS Bersama Warga Dusun 2, Palindi
Penemuan kasus malaria di Desa Paberamanera termasuk unik karena wilayah ini cukup jauh dari daerah pantai dan memiliki udara yang sejuk dengan banyak pepohonan yang tumbuh subur. Namun ternyata banyak warga yang sering melakukan perjalanan ke Melolo yang merupakan kecamatan tetangga. Wilayahnya dekat dengan pantai dan pada periode sebelumnya ditemukan kasus malaria yang sangat tinggi. Warga Paberamanera melakukan perjalanan ke sana untuk berjualan di Pasar Melolo setiap minggu.
Perjalanan ke dusun
Kurang lebih satu jam perjalanan melewati aspal mulus dari Bandara Umbu Mehang Kunda Waingapu sampai ke Pustu Maumaru, Kecamatan Paberiwai. Kemudian, bergerak dari Puskesmas Pembantu (Pustu) menuju ke dusun 1 hingga dusun 4 dengan mengendarai motor maupun berjalan kaki menyusuri hutan dan kebun, bahkan menyebrangi sungai. Cuaca pun tidak selalu cerah, kadang hujan turun di tengah perjalanan.
Pengelola malaria Puskesmas Kananggar bersama anggota tim merapikan hasil pemeriksaan setiap malam serta memastikan kecukupan logistik sebelum berangkat besok pagi. Sementara bidan desa yang telah bertahun-tahun mengabdi di Pustu Maumaru dan para aparat desa atau pamong dengan senang hati selalu menjadi penunjuk jalan maupun memfasilitasi pertemuan tim dengan warga di setiap dusun.
Survei Darah Masal (MBS)
Salah satu jenis kegiatan penemuan aktif kasus malaria adalah dengan survei darah massal. Jenis pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi dini malaria, tidak hanya pada orang yang bergejala seperti demam atau pusing tetapi juga pada orang yang tidak bergejala.
Pemeriksaan malaria di Desa Paberamanera menggunakan slide, metode diagnostik yang menggunakan sediaan darah yang dioleskan pada slide kaca untuk diperiksa di bawah mikroskop, yang kemudian dibawa ke Puskesmas untuk menentukan jenis parasit malaria yang ada. Jika ditemukan positif maka segera dilayani dengan pengobatan berupa Dihydroartemisinin-piperaquine (DHP) dan Primakuin agar pasien dapat sembuh dan tidak menularkan malaria ke orang lain.

Foto: Pemeriksaan Malaria di Desa Paberamanera Berlangsung hingga Malam hari
Selama 2 tahun berturut-turut sejak tahun 2023, Provinsi Nusa Tenggara Timur mendapatkan penghargaan dari Kementerian Kesehatan untuk jumlah pemeriksaan malaria terbanyak di Indonesia. Hal ini karena ada peningkatan dalam penemuan aktif akibat petugas melakukan pemeriksaan malaria hingga di luar gedung Puskesmas seperti survei darah massal dan kunjungan rumah oleh kader malaria.
Survei darah massal di lakukan di sekolah-sekolah, di tempat ibadah, pasar maupun mendatangi warga di perkumpulan seperti kantor dan rumah, serta tempat umum lainnya. Bahkan dalam kesempatan ini, petugas melakukan pengambilan darah di kebun karena bertepatan dengan musim panen sawah ladang.

Foto: Pemeriksaan Malaria di Kebun Warga Desa Paberamanera
Sebagian besar warga biasanya dikumpulkan di salah satu rumah panggung di kampung. Masyarakat Desa Paberamanera terlihat cukup antusias. Tampak ibu-ibu menggendong anak sambil menggandeng anak yang lainnya, bapak-bapak sambil bercerita berjalan ke titik kumpul, para pemuda yang sedang bermain bola di halaman berlarian dan mengantri untuk diperiksa, meski tidak begitu banyak anak muda yang terlihat karena sebagian besar pergi merantau.

Penyuluhan singkat terkait malaria disampaikan oleh petugas selama kegiatan ini berjalan, diantaranya tidak menggantung pakaian kotor maupun bersih karena akan dihinggapi nyamuk; Menutup semua tempat penampungan air di rumah; Kalau hari sudah mulai gelap tidak boleh bermain di dekat kali; Mengenakan jaket dan celana panjang di malam hari untuk menghindari gigitan nyamuk; Menggunakan anti nyamuk; Tidur menggunakan kelambu; dan Memastikan sampah berupa wadah makanan atau semacamnya tidak menampung air.
Sasaran pemeriksaan adalah semua kelompok umur mulai dari bayi dan balita hingga lansia. Di Desa Paberamanera, umumnya satu rumah terdiri dari 5-10 orang bahkan lebih karena tidak hanya ada 1 kepala keluarga di dalamnya.

Foto: Pemeriksaan Malaria di SMPN Maumaru
Selama 4 hari, tim telah mengumpulkan 637 slide pemeriksaan yang terdiri atas 52 slide dari Dusun 1 (Kampung Baraihi), 181 slide dari Dusun 2 (kampung Mbanadalung, Palindi & Kalumbang), 213 slide dari Dusun 3 (Kampung Maumaru), dan 191 slide dari Dusun 4 (Kampung Kalubuti & Hambuli).
Selain survei darah massal, Tenaga Sanitasi Lingkungan yang juga terlibat dalam tim melakukan survei reseptivitas pada tempat yang berpotensi menjadi tempat perindukan Nyamuk Anopheles. Pinggiran sungai yang tidak ditemukan jentik biasanya ada banyak disana sehingga disarankan untuk memelihara ikan pemakan jentik pada kolam buatan atau tambak. Sedangkan pada genangan air yang tidak dikonsumsi oleh warga ataupun hewan peliharaan dapat ditaburkan larvasida atau serbuk yang menghambat pertumbuhan dan bisa membunuh jentik.
Proses pemeriksaan malaria dengan survei darah massal di Desa Paberamanera, Kecamatan Paberiwai menjadi contoh yang baik termasuk dalam hal kerjasama antara petugas kesehatan, pemerintah desa dan pihak sekolah. Semoga kedepannya dengan satu desa bebas malaria, dapat memotivasi desa yang lain ikut bersemangat dalam upaya percepatan Kabupaten Sumba Timur Bebas Malaria.
Informasi lebih lanjut:
Penulis adalah ME Junior pada GF ATM-Komponen Malaria Provinsi Nusa Tenggara Timur