Membangun Papua dengan Memberdayakan UMKM
Penulis :

Pagi-pagi Mama Sipora sudah menyiapkan dagangannya Jika semua sudah siap, ia lalu membuka kios di depan rumahnya di Kampung Maribu, Distrik Sentani Barat, Kabupaten Jayapura. Di kios yang diberi nama Walri Masata Papua, ia menjual berbagai olahan sagu buatannya. Ada keripik sagu, stick sagu, tepung sagu dan berbagai cemilan lainnya.

Sagu merupakan salah satu komoditas dari Papua, ia sangat mudah ditemui di sana. Tidak heran kalau sagu pernah menjadi makanan pokok masyarakat Papua, bahkan hingga sampai saat ini di beberapa wilayah. Mengolahnya menjadi bernilai ekonomis merupakan salah satu upaya untuk mengangkat nilai dari komoditas lokal ini

Mama Sipora adalah salah satu pemilik UMKM yang menjadi pengusaha dampingan dari Manibobi Preneurs. Manibobi Preneurs adalah sebuah lembaga pengembangan pola pikir dan pendampingan kewirausahaan yang berlokasi di Jayapura, Provinsi Papua. Manibobi mendampingi teman-teman di Papua yang punya keinginan untuk memulai usaha, atau juga sudah mempunyai usaha dan ingin mengembangkannya.

Mengawali pendampingannya, Manibobi melakukan asesmen kebutuhan untuk menemukan apa yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan. Misalnya dalam hal kualitas produk, pemasaran, pencatatan keuangan dan sebagainya. Manibobi percaya, bahwa mendampingi sebuah bisnis harus dimulai dari membantu teman-teman mengubah pola pikir dalam menggunakan uang. “Dengan mengubah pola pikir, mereka jadi sudah tahu dulu jika mendapatkan uang, akan digunakan untuk apa. Apakah untuk konsumtif, atau untuk bisnis sendiri. Jadi harus tahu dulu cara pegang uang, nanti baru lebih jauh ke pengembangan bisnis.” Ungkap Willy Kakisina, Co-Founder Manibobi Preneurs.

Manibobi sendiri terbentuk karena melihat bahawa perekonomian di tanah Papua yang didominasi pendatang atau non-OAP (Orang Asli Papua). Selain itu, banyak anak-anak muda yang setelah bersekolah atau kuliah, menganggur atau berharap pada tes Calon Aparatur Sipil Negara (CASN) atau karyawan swasta yang jumlahnya terbatas. Di masa menunggu mereka, anak muda yang lulus dari sekolah dan kuliah pun bertambah banyak, akibatnya semakin banyak pengangguran.

Karena kegelisahan ini, tiga anak muda pun bersepakat membentuk Manibobi Preneurs pada tahun 2019 dengan niat mendampingi teman-teman yang mau berusaha atau sudah berwirausaha tapi mau mengembangkannnya. Stereotipe orang Papua yang malas pun berupaya mereka ubah dengan membuktikan bahwa orang Papua juga kreatif dan bisa berdaya di tanahnya sendiri.

“Kita bisa mengembangan komoditas kita sendiri menjadi bernilai ekonomi dan mengebangkan perekonomian kita sendiri dengan produk lokal, bukan dikuasai orang luar.” Ungkap Willy.

Setelah lima tahun berjalan ada banyak kegiatan yang sudah dilakukan oleh Manibobi. Dimulai dari Jayapura pada tahun 2019 dengan program Youth Entrepreneurship Education. Hingga kini sudah mendampingi banyak, anak muda, mahasiswa, disabilitas, kelompok petani, masyarakat, hingga Bumkam. Menariknya, sebagian besar dari mereka adalah pengusaha perempuan.

Foto: Dok.Manibobi Preneurs

Ada banyak tantangan yang dihadapi oleh pengusaha perempuan yang didampingi Manibobi Preneurs. Mulai dari dalam diri seperti mental dan pengetahuannya. Untuk melakukan bisnis ada banyak sekali proses yang perlu dilalui. Termasuk urusan administrasi yang banyak dan membutuhkan energi serta menyita waktu. Jika tidak kuat, maka biasanya si pemilik UMKM akan mundur karena merasa tidak sanggup mengurusnya.

Bukan hanya itu, tantangan lain pun datang dari luar seperti keluarga dan lingkungan yang juga menjatuhkan. “Untuk apa capek-capek kerja begitu, mending jadi pegawai saja.” Begitu kalimat yang sering mereka dengar ketika hendak memulai usaha.

 “Memang mau mengubah manusia itu tidak mudah, karena ia sudah berjalan bertahun-tahun dengan kebiasaan yang dipunya sehingga dengan memulai hal yang baru itu akan sulit.” Papar Willy.

“Ternyata, setelah mendampingi UMKM yang sebagian besar perempuan, kami jadi tahu bahwa berbagai kendala itu bukan hanya persoalan teknis semata seperti produksi dan pemasaran. Tapi juga tantangan yang menjatuhkan mental para pelaku UMKM seperti kecaman dari keluarga sendiri. Dia sudah bergumul dengan dirinya dan keluarganya, dia juga masih harus membagi waktu antara urusan keluarga dan usaha. Tidak sedikit yang berhenti karena itu. Ternyata masyarakat kita masih perlu banyak penyadartahuan.” Tambahnya.

Foto: Dok.Manibobi Preneurs

Pada tahun 2025 ini, Manibobi Preneurs bekerja sama dengan Yayasan BaKTI dalam program yang mereka beri nama Wilaya (Wirausaha Lokal Berdaya) di Kabupaten Jayapura. Melalui program ini, mereka mendampingi berbagai UMKM untuk mengembangkan usahanya melalui pembinaan secara langsung. Mereka mendampingi peserta dalam melakukan perizinan atau legalitas usaha, menguatkan pemasaran, membantu dalam hal branding seperti logo dan kemasan agar menarik dan unik, proses coaching dan mentoring bertemu dengan UMKM yang mereka bina dalam minggu sekali, identifikasi kendala yang dihadapi dan mendiskusikan solusinya bersama.

 Walau tidak banyak kita sudah mendampingi berbagai UMKM, ada beberapa pelaku usaha yang sudah terbilang baik. Para pengusaha perempuan yang mulanya ditentang oleh keluarga, kini sudah bisa bekerja dengan tenang, bahkan telah ikut meningkatkan perekonomian keluarga. Tak sedikit juga yang sudah membuka tempat usaha dan membuka lapangan pekerjaan untuk anak muda di Jayapura. “Kita mendampingi mereka dengan susah payah dan segala keterbatasan kami, tapi setelah mereka bisa berdaya mengembangkan bisnisnya dan bisa maju, itu sesuatu yang rasa senangnya tidak bisa kami gambarkan dengan kata-kata. Rasanya kami jadi memahami bahwa panggilan kami ada di sini.” Ucap Willy dengan penuh haru. “Apa yang kami lakukan ternyata berdampak bukan hanya bagi satu orang tapi bagi satu keluarga hingga bahkan orang lain jika sampai mereka membuka pekerjaan untuk orang lain.” Tambahnya.

“Harapan ke depannya UMKM yang kita dampingi bisa terus berjalan dan meningkat, produk mereka bisa menyebar bukan hanya di Papua tapi sampai di tingkat nasional bahkan internasional demi peningkatan perekonomian di tanah Papua.” Tutup Willy.

 

Info Lebih Lanjut: 

Cerita tentang Manibobi Preneurs juga bisa kamu ikuti melalui Podcast Basuara di Spotify dan Apple Podcast, atau melalui Kanal Youtube Yayasan BaKTI.

Submission Agreement

Terimakasih atas  ketertarikan Anda untuk mengirimkan artikel ke BaKTINews. Dengan menyetujui pernyataan ini, Anda memberikan izin kepada BaKTINews untuk mengedit dan mempublikasikan artikel Anda di situs web dan situs afiliasinya, dan dalam bentuk publikasi lainnya.
Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.  Redaksi akan mempromosikan artikel Anda melalui situs kami dan saluran media sosial kami.
Dengan mengirimkan artikel Anda ke BaKTINews dan menandatangani kesepakatan ini, Anda menegaskan bahwa artikel Anda adalah asli hasil karya Anda, bahwa Anda memiliki hak cipta atas artikel ini, bahwa tidak ada orang lain yang memiliki hak untuk ini, dan bahwa konten Artikel Anda tidak mencemarkan nama baik atau melanggar hak, hak cipta, merek dagang, privasi, atau reputasi pihak ketiga mana pun.

Anda menegaskan bahwa Anda setidaknya berusia 18 tahun dan kemampuan untuk masuk ke dalam kesepakatan ini, atau bahwa Anda adalah orang tua atau wali sah dari anak di bawah umur yang menyerahkan artikel.
 
Satu file saja.
batasnya 24 MB.
Jenis yang diizinkan: txt, rtf, pdf, doc, docx, odt, ppt, pptx, odp, xls, xlsx, ods.