Kantor Kampung Tanama masih sepi. Hanya ada beberapa perangkat kampung yang bersiaga di sebuah ruangan di satu sisi kantor kampung itu, tepat di sebelah aula berukuran sekitar 12 x 5 m. Di aula itu ada belasan bangku kayu seperti bangku sekolah, menghadap ke sebuah sisi yang ditata seperti panggung. Beragam kegiatan kampung biasanya dilakukan di situ. Sosialisasi, musyawarah, atau bahkan kegiatan vaksinasi COVID-19 juga digelar di sana.
Dua orang kader kampung dan satu orang kader Posyandu bercengkerama di aula itu bersama seorang aparat kampung.
“Saya sudah jadi kader sejak 2017,” kata Febrianti Raga atau yang kerap disapa Febri. Gadis muda berkerudung itu salah satu kader kampung paling senior di Distrik Pariwara, distrik tempat Kampung Tanama berada.
Kampung Tanama berada tidak jauh dari pusat kota Fakfak, Papua Barat. Dia ada di jalur bandara, di pesisir teluk. Kantor kampung bahkan berada di ketinggian, menghadap ke laut. Kampung Tanama dihuni 328 kepala keluarga dengan total 1423 jiwa penduduk yang dibagi ke dalam 6 RT.
Keseluruhan penduduk itu telah tercatat dalam data kependudukan yang dilakukan oleh aparat kampung dibantu oleh Kader Pendamping Masyarakat Kampung (KPMK). Setiap kampung dalam Distrik Pariwara punya dua kader. Di Tanama ada Febri dan satu lagi perempuan berdarah NTT, Sakni Santa Ana Falden. Sakni baru menjadi kader kampung di awal tahun 2021 menggantikan kader kampung sebelumnya yang mengundurkan diri.
“Waktu itu saya ikut pelatihan kader di Sorong,” kata Sakni. Pelatihan kader yang dimaksudnya adalah pelatihan kader kampung yang diadakan oleh tim Landasan KOMPAK-BaKTI di awal tahun 2021. Pelatihan yang diadakan itu dimaksudkan untuk melatih para kader kampung melakukan pendataan dan penginputan data ke dalam aplikasi SAIK+.
Aplikasi SAIK+ ini adalah aplikasi yang yang digunakan dalam program PROSPPEK. Dengan aplikasi SAIK+, data kampung menjadi sangat spesifik. Prosesnya dimulai dengan pendataan manual setiap warga dari rumah ke rumah yang dilakukan oleh para kader. Data manual itu kemudian dimasukkan ke dalam aplikasi SAIK+ oleh para kader, dan data itulah yang kelak akan digunakan dalam proses perencanaan kampung.
“Data itu sangat membantu kita, aparat kampung,” kata Muhammad Ali Rumoning, Sekretaris Kampung Tanama. “Kemarin waktu kita mau menyalurkan bantuan COVID-19, kita pakai itu data SAIK+. Kita bisa tahu betul berapa jumlah warga di kampung ini dan bagaimana kondisi mereka,” sambungnya lagi.
Data SAIK+ yang dikumpulkan dari pintu ke pintu itu memang berisi data yang spesifik dan riil. Datanya bukan cuma berupa nama, alamat, atau nomor induk kependudukan, tapi sampai ke data spesifik seperti kondisi rumah, air bersih, sanitasi, dan sebagainya. Benar-benar data yang spesifik dan bisa digunakan sebagai dasar perencanaan pembangunan.
Pendataan Sudah Selesai
“Awalnya kita agak susah juga waktu mau mendata,” kata Febri Raga. Dia mengenang awal-awal melakukan pendataan di kampung Tanama. Pertanyaan atau bahkan penolakan warga adalah hal yang umum ditemui Febri dan teman-teman kader kampung ketika awal melakukan pendataan.
Pertanyaan paling umum adalah, “Untuk apa ini pendataan?” Warga tentu bertanya-tanya, karena selama ini pun pendataan sudah berkali-kali dilakukan tapi mereka seperti tidak merasakan manfaatnya.
Tantangan lain muncul di tahun 2020 ketika masa pemilihan bupati Kabupaten Fakfak digelar. Ada warga yang menolak didata karena curiga kalau pendataan itu punya unsur politis.
“Kita dikira ada hubungannya sama pemilihan bupati,” kata Muhammad Ali Rumoning. Ini tentu menjadi tantangan untuk para aparat kampung dan kader kampung untuk menjelaskan kalau pendataan itu sama sekali tidak ada hubungannya dengan politik.
Beruntung karena semua penolakan itu tidak berlangsung lama. Warga cepat paham pentingnya data kampung itu. Belakangan pun mereka bisa melihat sendiri bagaimana aparat kampung dan Badan Permusyawaratan Kampung (Baperkam) menyusun rencana pembangunan kampung dengan memanfaatkan data yang sudah dikumpulkan dan dimasukkan ke aplikasi SAIK+.
“Sekarang pendataan di kampung Tanama sudah selesai 100%,” kata Febri.
Inisiatif Belajar Para Kader
Selesai mendata, para kader ini ternyata tidak berhenti sampai di situ. Mereka ingin belajar lebih jauh, tidak sekadar mendata dan menginput data, tapi bagaimana melakukan analisis data. Meski ini bukan kewajiban mereka, tapi rasa ingin tahu membuat kader kampung ini ingin belajar.
Awalnya memang adalah inisiatif dari Koordinator Kabupaten (Korkab) dan Koordinator Distrik (Kordis) Landasan Kabupaten Fakfak. Wilson Tulle, Korkab Landasan Fakfak dan Ibu Listiati Kordis Pariwari mendorong para kader distrik Pariwari untuk berjejaring. Mereka berkumpul di grup WhatsApp yang fungsi utamanya adalah berbagi informasi antar kader kampung di Distrik Pariwara. Dari grup itulah kemudian muncul usulan untuk belajar lebih lanjut tentang analisis data.
“Mereka semangat sekali mau belajar, jadi kita coba fasilitasi. Kita minta pak Ryan untuk ikut bantu,” kata Ibu Listianti, kordis Pariwari. Ryan yang dimaksud adalah Ryan Hatuala, salah satu staf monitoring dan evaluasi program Landasan. Ryan memang kerap membantu urusan analisis data di program Landasan.
Usulan itu bersambut. Ryan dengan senang hati membantu meningkatkan kapasitas kader Distrik Pariwari yang punya rasa ingin tahu yang besar itu. Karena perbedaan jarak Fakfak dan Jayapura tempat Ryan berdiam, maka pelatihan digelar secara daring menggunakan aplikasi Zoom. Pelatihan itu digelar secara berkala dalam beberapa pertemuan.
“Saya lupa totalnya berapa, tapi yang saya ingat bulan Agustus kemarin pelatihan sempat dilakukan selama seminggu penuh,” kata Ryan. Dalam pelatihan itu, para kader dilatih untuk melakukan analisis data sederhana dengan menggunakan Microsoft Excel. Salah satunya adalah menggunakan fungsi pivot table.
“Waktu itu saya minta Ibu Lis untuk mengelompokkan mereka sesuai kemampuannya dulu. Takutnya kalau disamakan semua, nanti tidak efektif. Mereka yang sudah mengerti bisa merasa bosan sama materinya, sementara yang belum tahu bisa kesulitan mengikuti materi. Jadi saya pisahkan menurut kemampuan mereka,” kata Ryan lagi.
Pelatihan analisis data itu sebenarnya bukan tanggung jawab para kader. Tanggung jawab utama mereka hanya berhenti di penginputan data ke dalam aplikasi SAIK+, tapi rasa ingin tahu dan keinginan belajar itu membuat mereka bersemangat. Mereka tidak merasa cukup berhenti sampai di pendataan saja, tapi ingin tahu juga bagaimana proses analisis data agar data-data itu benar-benar bisa dimanfaatkan.
Menurut Ryan, mereka sangat bersemangat. Meski pelatihan ini di luar tugas wajib mereka, tapi rasa ingin tahu mereka yang besar membuat mereka rela untuk menyisihkan waktu dan tenaga. Apalagi ketika melakukan pelatihan, mereka harus menggunakan dua gawai. Satu gawai mengakses Zoom dan satu lagi membuka Microsoft Excel.
“Saya memang melakukannya pelan-pelan, karena ini hal baru. Tidak gampang melakukan pelatihan secara online,” kata Ryan.
Apresiasi Bupati Fakfak
Jumat 1 Oktober 2021, dalam rangkaian Training of Trainer (ToT) Sekretariat Bersama PROSPPEK Kabupaten Fakfak, Bupati Kabupaten Fakfak Untung Tamsil berkenan hadir dalam kegiatan yang digelar di Hotel Grand Papua, Fakfak itu.
Kesempatan ini dimanfaatkan oleh kader kampung Tanama untuk mendemonstrasikan pendataan SAIK+ yang telah mereka lakukan. Kader kampung ini diwakili oleh Febri Raga dan Sakni Falden. Mereka berdua mendemonstrasikan bagaimana data yang telah mereka kumpulkan dan masukkan ke SAIK+ ini bisa dengan mudah diakses dan dipilih sesuai kriteria. Misalnya, mereka bisa dengan mudah melihat data penduduk Kampung Tanama yang Orang Asli Papua, tidak bersekolah, tinggal di rumah yang tidak bersegel dan tidak punya air bersih. Data ini tentu bisa membantu aparat kampung bila ingin merencanakan bantuan perumahan dan air bersih.
Demonstrasi ini sangat menarik perhatian Bupati Fakfak. Menurutnya, data ini sangat membantu pemerintah untuk melakukan perencanaan yang tepat sasaran.
“Saya sangat mendukung penggunaan aplikasi SAIK+ ini,” kata Bupati Fakfak, Untung Tamsil. Namun, dia juga menambahkan, “Kalau bisa ditambah dengan data yang berhubungan dengan sektor pertanian dan perikanan. Karena, sebagian besar kita orang di Fakfak ini hidup dari sektor pertanian dan perikanan.”
Febri, Sakni, dan puluhan kader kampung lain di Distrik Pariwari, Fakfak ini telah menunjukkan bagaimana pentingnya data. Mereka telah melewati berbagai fase yang penuh dinamika. Dari penolakan saat pendataan hingga proses penginputan data. Mereka bahkan tidak mau berhenti sampai di situ, karena mereka terus mencoba belajar lebih jauh bagaimana menganalisis data yang telah mereka kumpulkan.
Begitulah cara kader Kampung Tanama dan Distrik Pariwari itu bekerja. Hasil kerja mereka pun bisa dirasakan oleh para aparat kampung dan aparat pemerintahan lainnya. Semua tentu demi kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera.