Lembaga sosial dapat berperan dalam pengembangan perpustakaan umum. Salah satu lembaga yang secara khusus mendorong transformasi perpustakaan ialah Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI). Pengembangan perpustakaan yang digerakkan oleh CCFI telah diprogramkan sejak tahun 2000. Namun lebih fokus lagi setelah CCFI menjalin kerjasama dengan Bill & Melinda Gates Foundation (BMGF) pada tahun 2011.
CCFI dan BMFG selanjutnya meluncurkan program yang diberi nama Perpustakaan Seru (PerpuSeru) pada November 2011. Tujuan dari program PerpuSeru ini ialah menjadikan perpustakaan sebagai pusat belajar dan berkegiatan berbasis teknologi informasi dan komunikasi, yang diharapkan memberikan dampak pada peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Pada fase awal, PerpuSeru bermitra dengan 34 perpustakaan di 16 provinsi di seluruh Indonesia. Hingga tahun 2018, program PerpuSeru telah bermitra dengan 104 perpustakaan kabupaten/kota dan 768 perpustakaan desa/kelurahan/TBM (Taman Bacaan Masyarakat) yang tersebar di 18 Provinsi di seluruh Indonesia.
Dalam pelaksanaannya, program PerpuSeru telah melatih 2300 staf perpustakaan kabupaten/kota dan 1800 pengelola perpustakaan desa/kelurahan/TBM tentang strategi pengembangan perpustakaan. Melalui sumber daya manusia yang terlatih, perpustakaan telah mendorong peningkatan ekonomi dan terciptanya lapangan kerja. Kehadiran Perpuseru juga berhasil men-transformasi layanan perpustakaan yang sebelumnya berfokus pada layanan membaca, kini menjadi pusat informasi, belajar dan berkegiatan bagi masyarakat.
Melihat dampak yang dihasilkan, program PerpuSeru mendapatkan sambutan yang baik oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dengan menjadikan transformasi perpustakaan sebagai salah satu prioritas pembangunan nasional. Prioritas ini dianggap relevan dengan apa yang telah dilakukan oleh program PerpuSeru selama ini. Untuk itu dihadirkan sebagai upaya percepatan pengurangan kemiskinan melalui penguatan literasi untuk kesejahteraan. Upaya tersebut dilakukan dengan menghadirkan literasi informasi terapan dan inklusif, pendampingan masyarakat untuk literasi informasi, dan pemerataan layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial.
Mengadopsi program tersebut, perpustakaan Nasional selanjutnya menyusun revitalisasi pengembangan perpustakaan umum melalui transformasi layanan berbasis inklusi sosial. Konsep ini mendorong perpustakaan umum untuk melakukan penguatan pada fungsi vital perpustakaan sebagai wahana belajar sepanjang hayat dan memberdayakan masyarakat.
Pendekatan inklusi sosial dikembangkan sebagai bentuk pendekatan yang berbasis sistem sosial (humanistic approach). Hal ini menekankan bahwa perpustakaan merupakan bagian dari sistem sosial/kemasyarakatan yang diharapkan dapat memberikan kebermanfaatan di lingkungannya. Melalui pendekatan inklusif pula, perpustakaan sebagai ruang publik yang terbuka dapat memberikan solusi dalam upaya peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan.
Sebagai prioritas nasional, pengembangan perpustakaan berbasis inklusi sosial kemudian menjadi tanggungjawab Perpustakaan Nasional RI. Pada tahun ini, 21 provinsi dan 60 kabupaten/kota penerima manfaat telah dilatih oleh trainer pada bulan oktober 2018. Para peserta yang berasal dari Perpustakaan Umum Kabupaten/kota pun telah mendapatkan gambaran dan tujuan dari konsep revitalisasi pengembangan perpustakaan umum. Peserta pun diberikan strategi transformasi layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial yang meliputi strategi pelibatan masyarakat (community enggagement), peningkatan layanan Teknologi Informasi Komputer (TIK) perpustakaan, dan strategi advokasi pengembangan perpustakaan.
Setelah peserta mengikuti Bimtek Peningkatan Fasilitator Perpustakaan Umum, selanjutnya akan mengimplementasikan rencana kerja yang telah disusun. Tentunya rencana kerja tersebut merupakan strategi yang telah diberikan dalam upaya transformasi perpustakaan umum. Termasuk bagaimana perpusatakan daerah (perpusda) membangun sinergi kepada para stakeholder dan komunitas untuk turut memfasilitasi masyarakat dengan berbagai pelatihan dan peningkatan keterampilan masyarakat.
Untuk tahun 2019, perpusda yang menunjukkan komitmennya dalam pengembangan perpustakaan, akan didorong untuk mereplikasi perpustakaan desa di kabupaten masing-masing. Karena itu perpusda diharapkan menjadi contoh dalam transformasi bagi perpustakan desa.
Untuk wilayah Sulawesi, ada dua provinsi yang masuk dalam program revitalisasi perpustakaan yaitu Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah. Untuk provinsi Sulawesi Selatan meliputi kabupaten Maros, Bone dan Soppeng, sementara Sulawesi Tengah meliputi Banggai, Donggala dan Sigi. Masing-masing dari perpustakaan daerah tersebut diberikan stimulan untuk bergerak berupa perangkat komputer sebanyak 3 unit, server 1 unit, koleksi buku, aplikasi Inlislite dan Kunang-kunang, serta pelatihan peningkatan fasilitator.