• Tetap belajar meski harus membantu orang tua melaut <br> Foto: Yusuf Ahmad/Yayasan BaKTI
    Tetap belajar meski harus membantu orang tua melaut
    Foto: Yusuf Ahmad/Yayasan BaKTI

Kabupaten Pangkep merupakan Kabupaten yang terdiri dari darat, laut dan pegunungan terdapat 13 kecamatan. Dengan jumlah pulau sebanyak 115 yang tersebar dalam gugusan kepulauan. Penduduk yang mendiami daerah kepulauan Kabupaten Pangkep umumnya memiliki mata pencaharian adalah nelayan, orang tua saat melaut mengikut sertakan anak-anaknya untuk membantu pekerjaan orang tua di laut dalam rangka memenuhi kehidupan sehari hari. Di daerah Kepulauan Kabupaten Pangkep Salah satu penyebab Anak putus sekolah tersebut dan tidak melanjutkan pendidikan karena memilih melaut untuk dapat membantu orang tua mencari nafkah .

Dunia Pendidikan mewarnai laut sebagai sebuah kehidupan. Anak-anak yang menggantungkan hidupnya di laut begitu besar, mereka perlu memiliki kompetensi untuk mengelolanya dan baginya mereka punya hak untuk memperoleh pendidikan yang layak bagi kehidupannya.“Kelas Perahu” sebagai sebuah alternatif dalam mengatasi permasalahan yang ada di daerah kepulauan.

Jika tak melaut, belajar bisa dilanjutkan secara regular di ruang kelas di sekolah
Jika tak melaut, belajar bisa dilanjutkan secara regular di ruang kelas di sekolah
Foto: Yusuf Ahmad/Yayasan BaKTI


Untuk mengantisipasi ini Dinas Pendidikan Pangkep sudah membuat Inovasi Kelas Perahu di Pulau Sabutung Kecamatan Liukang Tupabiring Utara, pendekatan ini dirasa sangat membantu sehingga anak yang melaut karena membantu orang mencari nafkah tetap bisa mengenyam Pendidikan dan terdaftar sebagai siswa di sekolahnya masing-masing. Kelas Perahu ini sudah berlangsung kurang lebih 2 tahun, pendekatan ini baru terbatas pada kecamatan Liukang Tupabiring utara, untuk SD,SMP dan SMA

“Layanan Kelas Perahu” adalah tempat belajar bagi siswa pada perahu yang digunakannya untuk melaut. sebagai sebuah layanan pendidikan di daerah kepulauan Kabupaten Pangkep bagi siswa yang melaut dengan sistem belajar Mandiri dengan menggunakan LKS. Merupakan sebuah upaya membantu memberi pelayananan “Pendidikan Untuk Semua” terhadap banyaknya anak putus sekolah dan tidak melanjutkan pendidikan di daerah kepulauan Kabupaten Pangkep baik karena anak tersebut bekerja membantu orang tua maupun  karena Kondisi ekonomi.Untuk kelangsungan kehidupannya.

Pemberian Lembar Kerja Siswa dari Guru ke Orang Tua Murid
Jika tak melaut, belajar bisa dilanjutkan secara regular di ruang kelas di sekolah
Foto: Yusuf Ahmad/KOMPAK


Pelayanan pendidikan di Kelas Perahu memberi kesempatan kepada semua anak  untuk tetap bersekolah, baik yang terdaftar di sekolah reguler oleh pemerintah maupun yang dikelola masyarakat dengan tidak diskriminatif  dalam memberikan layanan dan bersifat  ramah anak .

Proses pembelajaran pada Kelas Perahu disesuaikan dengan kondisi siswa pada saat  melaut dan pada saat siswa tidak melaut. Sehingga Pembelajaran tetap dilaksanakan di tempat siswa berada.

Sistem Belajar Mandiri dengan menggunakan Lembar Kegiatan Siswa dilaksanakan oleh guru dengan cara Guru telah menginventirisir semua siswa yang ikut melaut dengan mendata: Berapa siswa yang melaut  dengan waktu sehari, dua hari, tiga hari, satu minggu untuk disiapkan LKS yang sesuai dengan hari yang ditinggalkan siswa di kelas. Guru memetakan Kompetensi Dasar yang akan dibelajarkan dan menyusun Lembar Kegiatan siswa berdasarkan tingkat kelas dan materi yang di belajarkan saat itu. Guru membimbing siswa sebelum siswa di beri Lembar Kegiatan Siswa bagi siswa yang akan melaut, guru tidak ikut serta melaut mendampingi siswa.

Lembar kerja siswa yang digunakan oleh murid yang melaut sama dengan yang digunakan di kelas regular
Lembar kerja siswa yang digunakan oleh murid yang melaut sama dengan yang digunakan di kelas regular
Foto: Yusuf Ahmad/KOMPAK


Siswa mengerjakan LKS  yang diberikan guru sesuai dengan materi yang dibelajarkan guru di kelas, Guru mengevaluasi hasil kerja siswa dan memberi bimbingan lanjut Guru melaksanakan penilaian.

Dari data yang ada terdapat sekitar 289 siswa yang ada di daerah Kepulauan Liukang Tupabbiring Utara kerap ikut melaut membantu orang tua untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Setelah data siswa tersedia, sosialisasi kepada stakeholder pendidikan, masyarakat dan pemerintah setempat sangat diperlukan agar memiliki pemahaman yang sama tentang layanan yang akan diberikan kepada siswa agar siswa dapat terus bersekolah, dan terhindar dari putus sekolah. Di Kelas Perahu, layanan yang diberikan dengan pendekatan belajar mandiri menggunakan Lembar Kerja Siswa yang dapat diberikan saat siswa melaut, pendekatan inilah yang menjadi kekuatan dalam layanan Kelas Perahu.

Lembar Kerja Siswa yang digunakan siswa, merupakan materi yang juga dibelajarkan kepada siswa di kelas reguler sehingga tidak ada perbedaan bagi siswa saat di kelas dan saat mereka di laut. Saat siswa akan berangkat ke laut, guru telah memberikan LKS yang akan dikerjakan siswa selama mereka di laut, sejumlah hari yang ditinggalkan siswa, guru akan memberikan LKS agar kegiatan pembelajaran dapat terus berlangsung.

Inovasi Kelas Perahu Pangkep telah terbukti dapat menekan angka putus sekolah menjadi 2-3 persen dari total jumlah siswa di Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara, sehingga inovasi ini menjadi layak untuk menjadi solusi dalam memberikan layanan pendidikan khususnya di wilayah kepulauan. Inovasi Kelas Perahu telah mendapatkan berbagai penghargaan regional maupun nasional dalam berbagai lomba Inovasi antara lain menjadi TOP 99 dan TOP 40 Sinovik KemenPAN RB 2018, TOP 29 Inovasi Pelayanan Publik Sulawesi Selatan 2019. Inovasi ini telah melalui proses seleksi, coaching yang dilakukan tim independen dari GIZ, BaKTI, Kompak, PKP2A LAN, STIA LAN yang dalam prosesnya bekerja sama dengan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan (Ortala) Setda Provinsi Sulawesi Selatan. Biro Ortala bertindak sebagai leading sektor pelayanan publik yang bertanggungjawab untuk mempersiapkan inovasi pelayanan untuk diikutsertakan pada kompetisi tingkat nasional melalui SINOVIK (Sistem Inovasi Pelayanan Publik). Bahkan saat ini menjadi nominator pada lomba internasional yang dilaksanakan oleh PBB melalui UNPSA 2019.

Dengan program ini diharapkan tak perlu ada anak nelayan yang putus sekolah karena harus membantu orang tuanya mencari nafkah di laut
Dengan program ini diharapkan tak perlu ada anak nelayan yang putus sekolah karena harus membantu orang tuanya mencari nafkah di laut
Foto: Yusuf Ahmad/KOMPAK


Keberhasilan inovasi ini tak lepas dari Komitmen dari Pemerintah daerah dalam hal ini kepala Dinas Pendidikan Kabupaten pangkep untuk senantiasa melakukan keberlanjutan kegiatan Layanan  Kelas Perahu di semua kecamatan Kepulauan kabupaten Pangkep, diawali di Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara, adanya Peraturan Bupati Pangkep No 5 Tentang Pendidikan Inklusif.

Sejak di mulainya layanan ini dan di sosialisasikan telah banyak respon positif untuk pelaksanaannya, siswa pada umumnya meras terlayani dengan kehadiran kelas perahu, guru lebih kreatif dalam melaksanakan PBM , semua saling mendukung Kehadiran Layanan Kelas Perahu adalah sesuatu yang masih dalam proses, tentulah hasil yang diharapkan masih sangat memungkinkan untuk perbaikan perbaikan, Pelaksanaan  Layanan Kelas Perahu  pada tahun 2018 dilaksanakan pada kecamatan Liukang Tupabbiring dengan menggunakan dana yang relevan untuk dapat dilaksanakan pada kecamatan Liukang Tupabbiring, baik melalui pertemuan K3S, KKG, MKKS dan MGMP.

“Inovasi Ini diharapkan dapat direplikasi oleh daerah lain yang memiliki kondisi  geografis seperti Pangkep yang memiliki beberapa wilayah pulau”, ungkap Bapak Ahmar Djalil, Provincial Coordinator Program KOMPAK Sulawesi Selatan pada Diskusi Inspirasi tentang Kelas Perahu yang dilaksanakan pada tanggal 27 Juni 2019 di Kantor BaKTI. Dari Diskusi ini terdapat berbagai masukan dari berbagai pihak terkait mekanisme menyebarluaskan inovasi ini dan juga masukan untuk menjadi input dalam penyusunan panduan replikasi Kelas Perahu.

Pada akhirnya Kelas Perahu hanya sebuah sebutan, sesunguhnya yang lebih urgent adalah pemenuhan hak dasar anak pulau untuk mengenyam pendidikan. Komitmen itu bukan untuk disuarakan akan tetapi dilakukan hingga semua anak dapat tersenyum menatap masa depannya.

Submission Agreement

Terimakasih atas  ketertarikan Anda untuk mengirimkan artikel ke BaKTINews. Dengan menyetujui pernyataan ini, Anda memberikan izin kepada BaKTINews untuk mengedit dan mempublikasikan artikel Anda di situs web dan situs afiliasinya, dan dalam bentuk publikasi lainnya.
Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.  Redaksi akan mempromosikan artikel Anda melalui situs kami dan saluran media sosial kami.
Dengan mengirimkan artikel Anda ke BaKTINews dan menandatangani kesepakatan ini, Anda menegaskan bahwa artikel Anda adalah asli hasil karya Anda, bahwa Anda memiliki hak cipta atas artikel ini, bahwa tidak ada orang lain yang memiliki hak untuk ini, dan bahwa konten Artikel Anda tidak mencemarkan nama baik atau melanggar hak, hak cipta, merek dagang, privasi, atau reputasi pihak ketiga mana pun.

Anda menegaskan bahwa Anda setidaknya berusia 18 tahun dan kemampuan untuk masuk ke dalam kesepakatan ini, atau bahwa Anda adalah orang tua atau wali sah dari anak di bawah umur yang menyerahkan artikel.
 
Satu file saja.
batasnya 24 MB.
Jenis yang diizinkan: txt, rtf, pdf, doc, docx, odt, ppt, pptx, odp, xls, xlsx, ods.