Hutan dan Cerita dari Rano (Bagian 2)
Penulis : Stevandy
  • Kegiatan Patroli Hutan
    Kegiatan Patroli Hutan

Kopi bukan tumbuhan asli Indonesia. Komoditas ini diperkenalkan di Sulawesi Tengah sekitar tahun 1916 saat Belanda melakukan ekspansi ke Palu Sulawesi Tengah. Tanaman kopi masuk di Rano sekitar tahun 1950 ketika seorang warga Desa datang dari Palu membawa bibit Kopi hasil pembagian Pemerintah. Bibit kopi tersebut ia tanam di kebun pribadinya.

Saat itu permintaan kopi sangat tinggi sehingga harganya meningkat. Informasi itu dengan cepat tersebar kepada masyarakat Rano dan mendorong mereka berbondong-bondong menanam kopi. Seiring berjalannya waktu harga kopi mulai menurun. Ini karena masyarakat di beberapa tempat juga telah menanam kopi. Hal itu akhirnya mengakibatkan over produksi.

Kelimpahan komoditas kopi saat itu mendorong lahirnya pemilahan berdasarkan kualitas. Artinya, hanya komoditas baiklah yang dibeli dengan harga tinggi. Komoditas dengan kualitas baik sudah tentu dibekali dengan teknologi dan pengetahuan pengelolaan yang baik. Dan hal itu memerlukan modal yang tidak sedikit. Akibatnya, dengan segala keterbatasan, warga Rano tidak mampu bersaing. Kopi yang tadinya ditanam tidak lagi terawat dan telah menjadi hutan. Inilah yang melahirkan istilah hutan Kopi di desa Rano. 

Sebagai upaya untuk kembali mengembangkan potensi yang sudah ada itu, KUPS (Kelompok Usaha Perhutanan Sosial) Maju Sejahtera yang dibantu oleh Sikola Mombine kembali mengembangkan komoditas kopi. Dimulai dari distribusi pengetahuan kepada warga, memberikan bantuan modal awal, akhirnya mereka dapat mengembangkan produk itu hingga sekarang. 

Saat ini mereka dapat memproduksi sampai 4 kilogram bubuk kopi dalam seminggu. Mereka mengemas bubuk dalam satu kemasan yang masing-masing kemasan memiliki berat 100 gram. Proses produksi itu dilakukan disalah satu rumah warga agar lebih memudahkan proses pengerjaan.

Setelah pengemasan, produk itu dipasarkan. Ada dua metode pemasaran yang mereka lakukan. Metode pertama adalah penjualan secara langsung. Produk itu dijual atau dititipkan ke kios-kios yang ada di desa atau sekitar desa. Bila ada warga yang hendak keluar desa, maka jualan itu dititip kepada mereka. 

Metode kedua yaitu penjualan secara online. Penjualan ini dilakukan menggunakan instrumen media sosial. Hanya saja terkadang persoalan jaringan menjadi hambatan dalam proses penjualan ini. Jadi hal itu terkadang masih dibantu oleh rekan-rekan Sikola Mombine. Selain memproduksi hasil hutan, di Rano terdapat satu kelompok yang melakukan aktivitas usaha dengan mengembangkan potensi Danau. Kelompok ini memproduksi abon ikan. Adapun jenis ikan yang dibuat abon adalah jenis Ikan gabus dan mujair. Tapi karena harga ikan gabus sekarang mahal dan susah didapat, maka bahan dasar pembuatan ini beralih sepenuhnya ke ikan mujair.

Riswina yang juga tergabung dalam kelompok ini menerangkan bahwa, hasil produksi mereka telah terpasarkan luas, bahkan telah sampai ke Kalimantan. Saat ini mereka memiliki satu varian rasa. kedepan mereka akan mengembangkan menjadi tiga varian rasa yaitu rasa manis, pedas dan original. 

Dalam proses produksi itu, masih dilakukan dengan cara-cara tradisional. Mulai dari proses pengukusan, pengolahan rempah-rempah sampai proses pengemasan. Setiap orang dalam kelompok bertanggung jawab dalam setiap tugas, sehingga proses bisa berjalan dengan baik dan lancar.

 

Energi Positif Dari Velin

Cerita tentang Rano tidak lengkap tanpa membicarakan sosok Velin. Perempuan 28 tahun ini memiliki keterbatasan fisik sejak lahir. Tapi keterbatasan itu tidak menghalanginya untuk menularkan energi positif pada orang lain.

Velin lahir di Rano 30 September 1994. Sejak bangku sekolah ia sudah terlibat aktif dalam berbagai kegiatan. Ia terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler sekolah di bidang olahraga. Banyak orang mengira keterbatasan Velin akan menghalanginya dalam beraktifitas. Namun anggapan itu dibantah oleh Velin dengan berbagai karya. 

Lulus Sekolah Menengah Atas Velin melanjutkan studi pada Perguruan Tinggi Swasta di Kota Palu. Cita-citanya adalah menjadi seorang Sarjana yang sejak dulu ia impikan. Sayang, impian Velin menjadi Sarjana terhenti. Persoalan biaya menjadi alasan utama. Di saat yang sama ayah Velin jatuh sakit sehingga biaya kuliah yang selama ini ditopang keluarga harus teralihkan untuk pengobatan ayahnya. Ini menjadi pukulan berat baginya. Padahal sebentar lagi ia akan melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN). 

Dengan kondisi kecewa, Velin memutuskan untuk berhenti kuliah. Baginya, merawat orang tua adalah hal utama. “Saya dibesarkan, dirawat sejak kecil oleh orang tua, apalagi dengan keterbatas seperti ini, pasti bukan persoalan mudah”. Cerita Velin.

Sebelum kembali ke Rano, ia sempat menjadi pekerja lepas di Palu. Ini dilakukan untuk membantu biaya berobat Ayahnya. “Saya kerja bantu Papa. Mungkin cuma ini yang bisa saya balas untuk saya punya orang tua”. Tak lama bekerja, Velin akhirnya kembali ke Rano. Selain merawat ayahnya, Velin juga tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan dunia fotografi. Minat yang besar itu mengantarkan Velin mengikuti pelatihan fotografi bagi kelompok disabilitas di Makassar mewakili Kabupaten Donggala tahun 2019. Setelah mengikuti pelatihan itu, ia kembali terpilih mengikuti kelas lanjutan dalam bidang yang sama. Kali ini pelatihan itu dilaksanakan di Cibinong, Bogor. Dengan bekal pengetahuan itu, akhirnya ia mulai beraktivitas di Desa Rano.  

Velin mulai tertarik dengan Isu pelibatan kelompok muda dalam pengelolaan sumber daya alam di Desa Rano. Hal ini ia dapat saat mengikuti berbagai kelas belajar yang dilakukan oleh Yayasan Sikola Mombine di sana. “Mulai dari kelas kewirausahaan dan perhutanan sosial, dia serius mengikutinya. Bahkan dia salah satu yang aktif selama kelompok belajar itu dilakukan”. Tutur Fitri yang saat ini menjadi Direktur Sikola Mombine. 

Sampai sekarang Velin terlibat dalam Balai Belajar Desa yang dibentuk oleh Sikola Mombine. Atas keaktifannya, ia dipilih untuk membantu penyusunan rencana kelompok usaha melalui konsep BMC (Bisnis Model Canvas). Karena ketertarikan atas hal itu, Velin akhirnya berinisiatif membentuk satu KUPS di Desa Rano. 

September 2022, KUPS Masanang Hembiti resmi berdiri. KUPS ini lahir atas inisiatif dari Velin. Ia mengajak 20 orang (yang sebahagian besar perempuan) untuk mengelola minyak kelapa kampung di Desa Rano.

Masanang Hembiti adalah salah satu KUPS dengan produksi yang relatif stabil. Awalnya kelompok ini mengumpulkan modal secara mandiri. Mereka mengumpulkan buah kelapa untuk diproduksi. Masing-masing orang mengumpulkan lima Biji kelapa dan uang seribu rupiah untuk keperluan bahan bakar minyak. Mereka melakukan produksi secara mandiri terus menerus. Dari awal berdiri, September 2022 hingga November 2022, mereka telah berhasil memproduksi 50 liter minyak kelapa kampung yang dijual dengan harga 45 Ribu per 300 ml. 

 

Velin Menggerakan Mereka

Selain terlibat dalam pembentukan KUPS Masanang Hembiti, Velin juga terlibat dalam pengorganisiran anak muda Rano. Informasi ini diperoleh dari Viki (27) Ketua KUPS Majaya.  “Saya dulu tidak terlalu terlibat dalam agenda-agenda pemuda di Desa. Cuma karena Velin ajak saya ba cerita, akhirnya saya terdorong untuk berkontribusi”. Jelas Viki. 

Viki juga menambahkan bahwa KUPS Majaya lahir atas inisiatif Velin. Mereka berdiskusi tentang potensi desa yang bisa dikembangkan. Tentu, pengembangan itu untuk meningkatkan ekonomi pemuda yang saat ini belum punya pekerjaan tetap. 

Anggota KUPS Majaya, Ghofur (27) turut mempertegas argumentasi Viki. Menurutnya KUPS Majaya dapat memberdayakan pemuda desa melalui program Ekosiwata. “Ini supaya bisa berdayakan teman-teman pemuda. Supaya dorang bisa dapat kerja, ibu-ibu di desa bisa memasarkan produknya, jadi torang ba undang orang untuk datang.” Tutur Ghofur.

Saat ini mereka sedang mendorong usulan kepada Pemerintah Desa agar Program Ekowisata  dapat diakomodir dalam Program Pembangunan Desa Tahun 2023. Mereka terus mengawal dan mempersiapkan beberapa hal penting lainnya untuk menunjang program Ekowisata nantinya.

Selain mendorong program Ekowisata di Desa Rano, KUPS Majaya juga fokus pada patroli hutan. Ini adalah program anak muda yang sudah ada sejak tahun 2019. Dalam implementasinya, mereka melakukan monitoring hutan untuk memastikan tidak ada aktivitas masyarakat yang merusak hutan. Terakhir patroli ini dilakukan pada September 2022 lalu. Memang waktu patroli sifatnya tentatif. Kapan perlu Patroli, maka KUPS Majaya akan berkoordinasi dengan KPH Dolagu Tanggunung dan para pemangku adat di Desa. Ini agar dalam kegiatan itu, terdapat jaminan dari negara dan pemangku adat. 

Kontribusi dan pengalaman Velin di Desa Rano dapat menjadi contoh baik bagi kita. Dengan keterbatasan fisik, ia mampu membongkar prasangka-prasangka buruk terhadap mereka. Mampu berkarya, bahkan menyumbang energi positif bagi orang lain adalah sesuatu karunia yang tidak semua orang mampu lakukan. Semoga apa yang menjadi cita-cita Velin bisa terwujud. Termasuk melanjutkan Kuliah yang sempat tertunda sebelumnya.

Cerita tentang Rano mungkin tak akan pernah habis. Sejarah, hutan, perempuan, adat dan sebagainya sudah menjadi cerminan masyarakat di sana. Dorongan skema pengelolaan hutan desa telah memberikan banyak manfaat. Ekonomi meningkat, kesadaran lingkungan termasuk solidaritas sesama warga. 

Sekalipun begitu, berbagai macam persoalan masih bisa terjadi. Tapi dengan mitigasi dan perencanaan yang tepat, resiko-resiko dari beberapa persoalan mungkin bisa dihindari. Paling tidak masyarakat Rano telah terbiasa berkumpul dan membicarakan masalah secara bersama-sama. Ini modal yang baik untuk kedepannya. 

Cerita Velin bisa menjadi pelajaran berharga. Semangat dan harapan besar adalah satu hal yang perlu terus dipelihara. Seperti kata pepatah, “Hasil tak akan menghianati proses”. Bila kita bersungguh-sungguh, pasti kita akan mendapatkan hasil yang baik. 

Kita akan terus bersama masyarakat Rano. “Bagi kami, Rano sudah  kampung kedua.  Kami terus berupaya sekuat tenaga untuk bersama-sama dalam mewujudkan hal-hal baik bagi mereka dan generasi akan datang. Semoga semua itu dapat terwujud’’. Tukas Fitri Direktur Sikola Mombine. 

(Selesai)

 

Sumber: yayasansikolamambine.org

Submission Agreement

Terimakasih atas  ketertarikan Anda untuk mengirimkan artikel ke BaKTINews. Dengan menyetujui pernyataan ini, Anda memberikan izin kepada BaKTINews untuk mengedit dan mempublikasikan artikel Anda di situs web dan situs afiliasinya, dan dalam bentuk publikasi lainnya.
Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.  Redaksi akan mempromosikan artikel Anda melalui situs kami dan saluran media sosial kami.
Dengan mengirimkan artikel Anda ke BaKTINews dan menandatangani kesepakatan ini, Anda menegaskan bahwa artikel Anda adalah asli hasil karya Anda, bahwa Anda memiliki hak cipta atas artikel ini, bahwa tidak ada orang lain yang memiliki hak untuk ini, dan bahwa konten Artikel Anda tidak mencemarkan nama baik atau melanggar hak, hak cipta, merek dagang, privasi, atau reputasi pihak ketiga mana pun.

Anda menegaskan bahwa Anda setidaknya berusia 18 tahun dan kemampuan untuk masuk ke dalam kesepakatan ini, atau bahwa Anda adalah orang tua atau wali sah dari anak di bawah umur yang menyerahkan artikel.
 
Satu file saja.
batasnya 24 MB.
Jenis yang diizinkan: txt, rtf, pdf, doc, docx, odt, ppt, pptx, odp, xls, xlsx, ods.