Cuaca di kota Agats cerah. Anak-anak Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Gereja-Gereja Injili (YPPGI) Agats mengenakan pakaian seragam olahraga. Mereka bermain bola di lapangan yang berada di halaman sekolah. Sebagian lainnya, sedang mengikuti pelajaran di dalam kelas. Pada saat istirahat, para siswa berlarian ke kantin sekolah. Mereka membeli kue dan minuman yang tersedia di kantin. Sebagian lainnya, pergi ke perpustakaan untuk membaca buku.
Kini, kondisi SD YPPGI Agats tertata rapi. Halaman sekolah bersih. Gedung sekolah dicat warna biru. Beberapa pohon tumbuh di sekitar gedung sekolah. Suasana sekolah tampak sejuk.
Di sebelah barat, tepatnya di area parkir terdapat gedung perpustakaan. Sebelumnya, perpustakaan hanya menjadi ruang menyimpan barang rongsokan. Buku-buku berserakan di lemari. Tetapi, saat ini perpustakaan menjadi ruang yang menyenangkan bagi anak-anak. Mereka datang ke perpustakaan dan mencari buku kesukaannya serta duduk membaca dengan tenang. Mereka dapat membaca ratusan judul buku yang tertata rapi di rak-rak perpustakaan.
Toilet siswa dan guru tertata rapi di sebelah utara. Kondisi toilet bersih. Tidak ada bau menyengat. Anak-anak dapat menggunakan toilet tanpa antri karena terdapat 5 toilet di sekolah. Di depan pintu masuk sudah terpampang tulisan, Toilet Putri dan Toilet Putra.
Perbaikan Tata Kelola Sekolah
“Sejak 23 Maret 2015, saya dilantik menjadi Kepala SD YPPGI Agats oleh Bupati Yuvensius Biakai. Kemudian, pada 14 November 2017, saya dilantik kembali oleh Bupati Elisa Kambu. Saya dan para guru berusaha pelan-pelan membenahi sekolah ini supaya menjadi lebih baik sehingga anak-anak bisa belajar dengan baik,” tutur Felix Karubaba, putra Serui kelahiran Merauke 1965 ini.
Felix menuturkan pada awal dirinya menjadi kepala sekolah, ia mengajak para guru untuk melakukan rapat dan membahas program kerja sekolah. “Sebagai pimpinan, saya selalu mengedepankan musyawarah. Kami bicara tentang kemajuan siswa. Kami juga bicara tentang pengembangan sekolah,” tutur pria yang menyelesaikan pendidikan gurunya di SPG Yos Sudarso Merauke, tahun 1987 ini.
Sejak dirinya menjadi kepala sekolah SD YPPGI Agats sampai dengan saat ini, terjadi penambahan tiga ruang kelas, toilet siswa, kantin dan taman kelas. Di samping membenahi sarana infrastruktur SD YPPGI Agats, Felix juga berupaya memotivasi guru supaya mendidik anak-anak dengan kasih. Meskipun secara fisik SD YPPGI Agats mulai berbenah, tetapi dokumen-dokumen terkait akreditasi sekolah masih minim.
Di tengah kekhawatiran beliau menyongsong akreditasi, Felix bersyukur LANDASAN Papua masuk ke Asmat. “Waktu LANDASAN melaksanakan pelatihan Standar Pelayanan Minimal dan Manajemen Berbasis Sekolah (SPM dan MBS) pada bulan Mei 2017, saya senang sekali. Karena melalui pelatihan dan pendampingan yang diberikan LANDASAN, kami dapat mempersiapkan dokumen-dokumen terkait akreditasi. Hasilnya, kami dapat akreditasi B, sebelumnya akreditasi C,” tutur Felix dengan raut wajah bangga.
Felix dan para guru tetap berjuang supaya SD YPPGI Agats harus terakreditasi A. “Kami akan terus melakukan perbaikan, baik sarana fisik maupun dokumen-dokumen sekolah supaya bisa terakreditasi A,” harapnya.
Terkait kurikulum, ia menjelaskan bahwa saat ini, SD YPPGI Agats telah menerapkan kurikulum tahun 2013. Ia menambahkan bahwa penerapan K-13 di SD YPPGI Agats akan mengalami tantangan karena para siswa harus pro-aktif mengerjakan tugas-tugas. Kondisi ini, akan berpengaruh pada waktu anak di rumah. Tetapi, perlu perhatian serius dari orang tua terhadap tugas-tugas sekolah yang harus dikerjakan oleh anak-anak.
Felix memiliki motivasi kuat memperbaiki SD YPPGI Agats. Beliau bertekad supaya sekolah yang terletak di pusat Kota Agats ini memberikan layanan pendidikan dasar berkualitas bagi para murid. Karena itu, ia selalu berupaya membenahi SD YPPGI Agats, baik dari sisi sarana prasarana maupun dokumen sekolah.
“Saya termotivasi melakukan perbaikan dan pembenahan SD YPPGI Agats ini supaya anak-anak bisa mendapatkan pendidikan dasar berkualitas. Sarana fisik kita lengkapi. Dokumen-dokumen sekolah kita siapkan. Demikian halnya, para guru kita dorong supaya mengajar dengan baik,” tutur Guru Felix.
Mendidik Anak-anak Asmat dengan Kasih
SD YPPGI Agats memiliki 456 siwa terbagi dalam 15 rombongan belajar. Kelas 1A-D (4 rombongan belajar). Kelas 2A-C (3 rombongan belajar). Kelas 3A-B. Kelas 4A-B. Kelas 5A-B dan kelas 6A-B. Mengingat jumlah ruang kelas sampai saat ini masih tiga belas ruang sehingga sebagian siswa masuk pada siang hari.
Sebagian besar siswa SD YPPGI Agats adalah orang non-Papua. “Di sekolah ini, banyak anak-anak pegawai. Mereka orang pendatang. Sedangkan anak-anak Papua, terutama yang dari Asmat sedikit. Meskipun anak-anak Asmat sedikit, kami memberikan perhatian serius kepada mereka,” tutur Felix.
Felix mengisahkan sewaktu dirinya masih menjadi guru kelas, ia selalu mencari anak-anak Asmat yang tidak masuk sekolah. Ia pergi ke rumah-rumah siswanya. Di sana, ia bertemu dengan para orang tua siswa dan memberikan motivasi agar orang tua mendorong anak-anak supaya rajin ke sekolah.
Selain memperhatikan kehadiran siswa di sekolah, Felix juga menekankan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat. Ia melarang keras anak-anak agar tidak makan pinang dan merokok. “Saya sudah tegaskan bahwa anak-anak tidak boleh makan pinang dan isap rokok. Tetapi, sekali lagi, semua kembali ke keluarga. Anak-anak di sekolah hanya sampai jam 12.00, selebihnya mereka tinggal dengan orang tua di rumah. Karena itu, orang tua harus memperhatikan anak-anak supaya tidak makan pinang dan merokok,” tutur Felix.
Berjuang Melawan Arus
Berbagai pembenahan yang dilakukan guru Felix telah mengubah wajah SD YPPGI Agats menjadi lebih cerah. Kini, anak-anak dapat mengakses pendidikan dasar lebih berkualitas dibanding sebelumnya. Meskipun demikian, Felix harus menghadapi dan melewati tantangan dalam membenahi SD YPPGI Agats di masa depan.
“Saya harus loyal kepada Dinas Pendidikan karena saya Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ditempatkan di sekolah yayasan. Tetapi, saya juga harus mengikuti amanat dari yayasan. Saya tidak bisa membenahi sekolah ini, tanpa berkoordinasi dengan dinas pendidikan dan yayasan,” tutur Felix.
Terkait perbaikan pendidikan dasar di Kabupaten Asmat, Felix mengibaratkan perjalanan pendidikan di Asmat, termasuk di SD YPPGI Agats harus bisa melawan arus. Selama ini, pendidikan dasar di Asmat berjalan apa adanya. Ke depan, harus ada perbaikan-perbaikan supaya anak-anak Asmat bisa mendapatkan pendidikan berkualitas.
Ia juga menjelaskan menjadi guru di Asmat memiliki tantangan tersendiri. Orang tua belum melihat pendidikan anak-anak sebagai aset masa depan keluarga. Orang tua masih membawa anak-anak ke kampung atau dusun. Selain itu, anak-anak yang orang tuanya pegawai hanya menitipkan anak-anaknya saja. Kalau ada rapat mereka tidak hadir. Mereka mengirim perwakilan orang tua.
Selain tantangan dari luar, Felix juga harus menghadapi karakter setiap gurunya. “Saya harus berupaya memahami karakter dua puluh tiga orang guru di sekolah ini. Saya harus memastikan mereka mengajar dengan baik sehingga anak-anak bisa menangkap pelajaran yang diberikan oleh guru.”
Ia selalu menekankan pentingnya memberikan perhatian dan sentuhan khusus kepada anak-anak Asmat. Sebab, mereka biasa ketinggalan pelajaran akibat mengikuti orang tua ke kampung. “Anak-anak Asmat harus mendapat perhatian khusus. Biar mereka kelas kecil (kelas 1-3), jarang masuk sekolah, tetapi pada saat mereka masuk, kita beri semangat. Kita beri motivasi dan dukungan. Pada saat kelas besar (kelas 4-6), biasa mereka sudah rajin masuk sekolah,” tuturnya.
Meskipun membenahi SD YPPGI Agats bagaikan melawan arus sungai Asuwets yang deras, Felix tidak gentar. Dirinya bersama para guru telah menabuh tifa perbaikan di SD YPPGI Agats. perbaikan demi perbaikan telah, sedang dan akan selalu dilakukan demi masa depan anak-anak Asmat.
Felix tidak berjalan sendirian bersama para guru. Ia berharap orang tua, dinas pendidikan dan yayasan terlibat penuh dalam seluruh perbaikan tata kelola di SD YPPGI Agats. Ia juga berharap LANDASAN Papua tetap mendampingi SD YPPGI Agats supaya perbaikan tata kelola sekolah, terutama dokumen-dokumen sekolah lebih lengkap sehingga bisa terakreditasi A.