Daur Ulang untuk Kehidupan Berkelanjutan
Penulis : Sumarni Arianto

Menurut data Making Oceans Plastic Free (2017), penggunaan rata-rata kantong plastik di Indonesia setiap tahunnya adalah sebanyak 182,7 miliar. Dari jumlah tersebut total sampah kantong plastik mencapai 1,280,900 ton per tahun. Di Indonesia, kantong plastik masih menjadi barang konsumsi sehari-hari padahal rata-rata hanya digunakan sekitar 12 menit kemudian dibuang. Untuk Makassar sendiri jumlah sampah rata-rata yang dihasilkan satu orang adalah 0,6 kg. Jika jumlah penduduk Makassar 1,5 juta jiwa maka, setiap hari ada sekitar 900 ribu kilogram sampah yang dihasilkan dimana 12% dari 900 ribu ini adalah sampah plastik. 
Tingkat daur ulang sampah plastik masih rendah, sehingga lebih banyak kantong plastik berakhir menjadi sampah yang pada akhirnya akan terbuang ke lautan. Sampah yang masuk ke laut tentunya akan merusak ekosistem di dalamnya. 

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi dampak negatif sampah plastik. Salah satu cara pengendalian sampah dilakukan dengan mengolah kembali atau yang disebut recycle. Adalah Akmal Idrus seorang anak muda Makassar yang mendirikan sekaligus menggawangi sebuah usaha sosial yang Bernama Rappo Indonesia. 
Rappo merupakan usaha sosial yang menawarkan produk daur ulang sampah kantong plastik sekali pakai (kresek) yang dibuat menggunakan tangan oleh para perempuan pesisir di kota Makassar. Rappo fokus memberdayakan penjahit lokal, masyarakat di kawasan prasejahtera dan kawasan pesisir Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Pemberdayaan ini bertujuan memberikan dampak positif bagi perempuan di Kota Makassar dan tentunya juga bagi lingkungan.

“Usaha yang dijalankan saat ini fokus pada penjualan produk olahan sampah plastik yang berbeda dibandingkan produk pada umumnya, karena Rappo mengkombinasikan sampah kantong plastik yang tidak bernilai menjadi produk yang full color dengan model unik yang mengusung konsep recycle” ungkap Akmal. Selain berorientasi bisnis, Rappo memiliki mimpi untuk dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, dalam hal ini berdampak bagi perempuan di Kota Makassar.
Saat ini Rappo berkolaborasi bersama masyarakat pesisir khususnya kelompok perempuan di Kelurahan Untia kota Makassar. Kelompok perempuan dipilih sebagai kelompok dampingan karena menurut Akmal, peran perempuan seringkali masih dianggap sebagai peran pendukung dimana laki-laki masih memegang posisi superior termasuk dalam hal pekerjaan. Dalam hal kesempatan kerja, laki-laki masih lebih diprioritaskan padahal perempuan juga punya mimpi, mereka juga punya hak untuk memiliki pekerjaan atau mendukung ekonomi keluarga mereka. Kelurahan Untia juga dipilih karena posisinya yang berada di kawasan pesisir pantai dimana biasanya sampah kota bermuara.

Dalam menentukan anggota kelompok perempuan yang terlibat, seleksi dilakukan dengan selektif karena Rappo berharap apa yang dilakukan bisa bertahan bukan hanya 1-2 tahun ke depan tapi sepanjang program berjalan. Adapun kriteria yang digunakan dalam menyeleksi anggota yakni tingkat pendapatan berada di bawah rata-rata, memiliki dan berkomitmen meluangkan waktu untuk mengikuti kegiatan, dan yang paling penting punya keinginan yang kuat. Saat ini jumlah anggota yang sudah dilatih sebanyak 15 orang, tim produksi ada 7 orang sedangkan untuk tim yang bekerja di belakang layar dalam Rappo sendiri ada 12 orang yang kesemuanya adalah anak muda.

Bagaimana Rappo bekerja
Dalam proses pengumpulan plastik sebagai bahan baku utama, Rappo mengemasnya dalam beberapa program menarik. Salah satu program pengumpulan sampah diberi nama Tukar Sampah jadi Kebutuhan.  Dalam program ini, warga Untia diminta menyetor sampah kantong plastiknya dimana setiap plastik bernilai poin, misalnya kantong plastik yang kecil poinnya 2, yang sedang 4, dan yang besar 6. Dari akumulasi poin tersebut dapat dikonversi menjadi bahan kebutuhan rumah tangga atau kebutuhan pokok. Rappo juga terbuka dan menerima jika ada pihak yang tidak bisa mengolah sampah plastiknya dan ingin mendonasikannya. 

“Saat ini kita juga banyak berkolaborasi dengan tempat laundry di Makassar untuk mendapatkan sampah kantong plastiknya” ungkap Akmal. Usaha laundry dipilih sebagai mitra karena Rappo melihat jumlah tempat laundry di Makassar sangat banyak. Setiap pelanggan yang datang akan membawa serta kantong kresek dan akan diberi kantongan kresek yang baru saat cucian selesai, hal ini tentunya mendatangkan tumpukan sampah plastik yang banyak.

Untuk proses selanjutnya, sampah kantong plastik yang terkumpul ditampung di Rappo center Kelurahan Untia untuk didaur ulang. Ada tim khusus yang menangani proses awal yang diberi nama management and upcycle officer. Tim ini bertugas mengkombinasikan atau memadu padankan pola atau motif plastik yang terkumpul. Setelah itu barulah dijahit oleh kelompok perempuan Untia dengan mengkombinasikannya dengan material-material lain agar diperoleh produk yang lebih menarik.
Sebelum mulai mengolah plastik menjadi barang-barang berguna yang estetik, kelompok perempuan kelurahan Untia terlebih dahulu diberi pembekalan berupa pelatihan menjahit dan pengolahan produk.  Rappo bukan hanya hadir untuk memberikan keahlian membuat produk kepada kelompok perempuan tetapi bagaimana kolaborasi ini dapat meningkatkan kualitas dan juga peran perempuan di masyarakat. 

Selain memberikan pelatihan pengolahan produk, anggota kelompok juga diberikan supporting education, seperti pelatihan dengan materi finansial literasi dan kegiatan meditasi untuk kesehatan mental dalam bentuk journaling. Dalam kegiatan journaling ini, anggota kelompok diajak untuk menuliskan ide, pikiran atau cerita keseharian mereka dalam bentuk jurnal baik secara digital maupun manual. “Kita berupaya mentransfer sebuah nilai atau pembelajaran bagaimana menyampaikan pendapat, gagasan dalam bentuk tulisan mengingat budaya Makassar adalah budaya bertutur” cerita Akmal. 

Rappo yang dalam Bahasa Bugis Makassar berarti buah saat ini dalam proses asesmen untuk menjajaki peluang kolaborasi dengan kelompok perempuan di Depok, Jawa Barat. Jadi selain memberikan dampingan untuk perempuan pesisir juga akan menguatkan kelompok perempuan di wilayah urban. “Intinya perempuan yang berpendapatan rendah kami akan libatkan” ungkap Akmal. Rappo berharap produk-produk hasil kolaborasi dengan kelompok perempuan tidak hanya bisa diperoleh di Kota Makassar namun juga di beberapa kota lainnya.

Produk Rappo berkaitan erat dengan gaya hidup atau lifestyle. Dari hasil pengamatan Rappo, beberapa kota memang sudah ada kecenderungan lebih aware terhadap gaya hidup ramah lingkungan seperti Bali, Bandung dan Jakarta. Di kota-kota ini orang-orang mulai sadar tentang pentingnya menjaga lingkungan salah satunya dengan menggunakan produk daur ulang atau produk eco friendly. Rappo berharap gerakan ini dapat menjadi pride atau semangat anak muda dan perempuan dari Makassar untuk Indonesia.

Rappo menyasar segmen anak muda sampai usia 30an, olehnya produk-produk yang dihasilkan berupa totebag, backpack, ada juga sling bag untuk handphone dan beberapa produk lainnya. “Yang paling penting adalah bagaimana produk-produk yang kita ciptakan dapat menjawab kebutuhan orang-orang” cerita Akmal. Meski ramai digaungkan pengolahan dan penggunaan barang berbahan limbah, banyak yang mengasumsikan bahwa produk ramah lingkungan itu mahal atau cepat rusak, hal ini yang Rappo ingin dobrak dengan menunjukkan sebuah kualitas yang menjawab kebutuhan konsumen.

Selain dipasarkan secara langsung, produk Rappo juga dapat dijangkau melalui media marketplace. Produk mereka tersedia di Tokopedia, Shopee atau jika ingin melihat langsung produknya bisa mengunjungi gerai mereka di store Jl. Pengayoman Makassar atau di MBlok Space Jakarta. 

Kolaborasi 
Dalam kerja-kerjanya, Rappo berkolaborasi dengan beberapa pihak. Rappo berkolaborasi dengan komunitas, pemilik usaha maupun individu, dimana selama periode tertentu secara bersama-sama mengumpulkan sampah kantong plastik dari lingkungan masing-masing yang bertujuan mengurangi sampah plastik yang tidak terkelola dengan baik. Kedepannya Rappo juga akan bekerjasama dengan Mall Sampah. Mall Sampah adalah salah satu start up yang menghimpun sampah-sampah kota dengan berbasis aplikasi online. 
Rappo sangat terbuka untuk peluang kolaborasi seperti pelaksanaan workshop bersama. Sebelumnya di event Makassar International Writer Festival dibuat sebuah kegiatan dimana peserta workshop datang membawa sampah kantong plastik masing-masing. Tim Rappo lalu mengajak peserta yang hadir untuk bersama-sama mendaur ulang sampah plastik tadi menjadi cincin atau gantungan kunci yang unik-unik.

Rappo telah bekerja selama kurang lebih 3 tahun. Selama 3 tahun berjalan, Rappo tentunya menghadapi beberapa tantangan. Di awal menginisiasi ide, tantang terberat adalah bagaimana meyakinkan orang untuk bisa terlibat dan berpartisipasi menjadi tim Rappo. “Awal merintis memang merupakan perjuangan berat karena semua saya lakukan sendiri mulai dari proses pengumpulan sampah, produksi hingga ke pemasaran” kata Akmal. Tantangan selanjutnya yang ditemui adalah terkait bagaimana ide ini bisa menemukan model bisnisnya. Namun dengan berjejaring, mengikuti program-program pengembangan kolaborasi Rappo dapat menemukan bentuknya hingga berkembang sampai sekarang. Saat ini Rappo sudah menerima banyak pesanan dari konsumen dan paling penting produknya sudah bisa diterima masyarakat.

Dampak atau Perubahan Positif
Selama 3 tahun bekerja, berbagai perubahan baik tentunya sudah dihasilkan Rappo, baik untuk Rappo sendiri dan tentunya untuk kelompok perempuan dampingan di Kelurahan Untia. Dari segi pendapatan Rappo berkontribusi pada peningkatan pendapatan perempuan-perempuan di Untia dan pekerja lokal. Pendapatan yang mereka dapatkan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, ada juga yang digunakan untuk pendidikan. Rappo memberikan skill kepada anggota kelompok dengan harapan mereka tidak hanya berkembang di Rappo tapi mereka bisa memaksimalkan keterampilan yang diperoleh untuk bertumbuh seperti apa yang mereka inginkan. Terkait pengetahuan lingkungan, anggota kelompok juga sudah mulai memiliki pemahaman dan kesadaran yang lebih baik untuk menjaga kebersihan dan mengelola sampah yang dihasilkan.
Terkait lingkungan, Rappo berkontribusi untuk lingkungan dengan kegiatan daur ulangnya. Rappo memproduksi seribuan produk per bulan dan setiap produk Rappo menggunakan 5 sampai 30 lembar sampah kantong plastik, jadi bisa dikatakan Rappo berhasil mengurangi sekitar 10 ribu lembar sampah plastik di Makassar setiap bulannya.

Rencana Pengembangan
Saat ini Rappo sedang fokus mengembangkan program yang sama di Depok Jawa Barat. Tapi yang paling penting juga adalah bagaimana Rappo bisa melakukan penguatan-penguatan secara internal. Akmal berharap untuk 1 tahun kedepan ia dapat menemukan orang-orang yang punya visi dan misi yang sama untuk pengembangan Rappo yang lebih baik. Masih banyak  target-target yang ingin diwujudkan Rappo terutama pada pengembangan produk. Jika di awal produk yang dikembangkan adalah produk yang sifatnya basic, sering digunakan, lebih ke alasan  memperkenalkan dan mengkampanyekan pengolahan limbah plastik, namun kedepannya Rappo berharap dapat meningkatkan level kualitas produk, bukan hanya dibutuhkan tetapi membuat tampilan yang lebih fashionable. “Dengan adanya kolaborasi dengan designer-designer, akan meningkatkan nilai produk Rappo dan tentunya mempromosikan sustainability lifestyle” harap Akmal.


Informasi mengenai kegiatan Rappo dan produk-produk yang dipasarkan secara dapat diperoleh dengan mengunjungi Instagram @rappo.id atau di www.rappo.indonesia.com. Etalase online ada di Tokopedia dan Shopee dengan akun Rappo Indonesia.
Informasi lebih detail mengenai inisiatif ini dapat menghubungi
Akmal Idrus (Founder dan CEO Rappo Indonesia)
Email: halo@rappoindonesia.com

Submission Agreement

Terimakasih atas  ketertarikan Anda untuk mengirimkan artikel ke BaKTINews. Dengan menyetujui pernyataan ini, Anda memberikan izin kepada BaKTINews untuk mengedit dan mempublikasikan artikel Anda di situs web dan situs afiliasinya, dan dalam bentuk publikasi lainnya.
Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.  Redaksi akan mempromosikan artikel Anda melalui situs kami dan saluran media sosial kami.
Dengan mengirimkan artikel Anda ke BaKTINews dan menandatangani kesepakatan ini, Anda menegaskan bahwa artikel Anda adalah asli hasil karya Anda, bahwa Anda memiliki hak cipta atas artikel ini, bahwa tidak ada orang lain yang memiliki hak untuk ini, dan bahwa konten Artikel Anda tidak mencemarkan nama baik atau melanggar hak, hak cipta, merek dagang, privasi, atau reputasi pihak ketiga mana pun.

Anda menegaskan bahwa Anda setidaknya berusia 18 tahun dan kemampuan untuk masuk ke dalam kesepakatan ini, atau bahwa Anda adalah orang tua atau wali sah dari anak di bawah umur yang menyerahkan artikel.
 
Satu file saja.
batasnya 24 MB.
Jenis yang diizinkan: txt, rtf, pdf, doc, docx, odt, ppt, pptx, odp, xls, xlsx, ods.