Bentang alam wilayah Indonesia yang luas dari Sabang hingga Merauke membuat pemerintah harus bekerja lebih keras agar pemerataan pembangunan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat. Luasnya wilayah negara juga diikuti dengan banyaknya permasalahan sosial ekonomi. Salah satu permasalahan klasik adalah kesenjangan antar daerah. Masih terdapat dikotomi antara Indonesia Barat dan Indonesia Timur.
Wilayah Indonesia Bagian Barat yang terdiri dari Pulau Sumatera, Jawa, dan Bali terkenal sebagai daerah yang maju dan sejahtera. Faktor kedekatan lokasi dengan ibu kota negara yang terletak di Pulau Jawa menjadi salah satu penyebab majunya wilayah tersebut. Hampir seluruh indikator menunjukkan bahwa kualitas faktor sosial ekonomi di kawasan ini lebih baik dibandingkan kawasan Indonesia Timur. Sementara itu, meskipun memiliki sumber daya alam yang melimpah dan berkontribusi signifikan terhadap pembangunan nasional, Indonesia Timur yang terdiri dari pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua dikenal sebagai daerah berkembang yang terdiri dari provinsi-provinsi tertinggal dengan tingkat kemiskinan lebih tinggi dan indeks pembangunan manusia lebih rendah.
Semangat, gagasan, dan inisiatif untuk berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan harus bersumber atau dihasilkan dari daerah itu sendiri. Untuk memungkinkan pemerintah daerah memimpin proses pembangunan daerah secara efektif, mereka memerlukan kapasitas untuk menganalisis permasalahan ekonomi, politik, sosial dan lingkungan yang kompleks. Para pembuat kebijakan di daerah harus terhubung dengan penelitian berbasis bukti yang kuat. Sementara itu, pengetahuan internasional dan nasional harus diadaptasi dan ditafsirkan ulang untuk memenuhi kebutuhan dan keadaan lokal.
Universitas dan lembaga penelitian memainkan peran penting khususnya dalam memberikan masukan bagi kebijakan. Namun, di Indonesia Timur, lembaga-lembaga penelitian tersebut sering kali tidak memiliki jaringan dengan pemerintah, peneliti atau lembaga penelitian di level nasional dan internasional. Mereka umumnya masih mengalami kesulitan dalam berkolaborasi dengan peneliti lain, dan seringkali tidak memiliki sumber daya dan sistem internal yang diperlukan untuk menghasilkan penelitian berkualitas tinggi. Selain itu, peneliti Indonesia kurang memiliki mobilitas akademis dan interaksi dengan rekan-rekan dalam memproduksi pengetahuan. Penting untuk mendorong promosi berbasis prestasi di universitas dan lembaga penelitian, meningkatkan produktivitas penelitian, dan mendorong multidisiplin serta transfer ide dan perdebatan antar universitas dan lembaga penelitian. Insentif juga harus mendorong interaksi antara peneliti lokal dan peneliti internasional.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh para peneliti di Indonesia Timur sebelumnya untuk berkolaborasi dan berjejaring untuk tujuan kolektif, termasuk mendorong kemitraan regional bagi para peneliti agar dapat berperan aktif dalam proses pembangunan berbasis pengetahuan. Jaringan ini juga telah menghasilkan kajian akademis dan kebijakan yang memberikan rekomendasi kebijakan publik di tingkat daerah, khususnya terkait isu pembangunan di Indonesia Timur. Namun, timbul pertanyaan mengenai keberlanjutan upaya-upaya ini, dan apakah ada cara agar gerakan ini dapat berkelanjutan oleh para pemangku kepentingan terkait.
Peningkatan sektor pengetahuan di Indonesia Timur sangat dibutuhkan untuk pengelolaan sumber daya alam dan pengembangan sumber daya manusia yang lebih baik. Peningkatan sektor pengetahuan dapat dikelola secara terpadu melalui jaringan yang mendorong pertukaran gagasan dan pengetahuan, serta memperkuat kapasitas penelitian dan kepemimpinan. Melalui jaringan ini, para peneliti dapat bekerja sama untuk meningkatkan pemahaman di bidang ini melampaui apa yang dapat mereka lakukan sendiri sambil membantu pembuat kebijakan dan praktisi untuk mencapai dampak pembangunan.
Program Kolaborasi untuk Pengetahuan dan Inovasi
Program KONEKSI (Kolaborasi untuk Pengetahuan, Inovasi, dan Teknologi Australia dan Indonesia) mempunyai fokus yang kuat pada kesetaraan dan inklusi sosial termasuk bagaimana mengatasi kesenjangan pengetahuan secara regional di Indonesia. Terdapat kebutuhan yang jelas akan jaringan yang memungkinkan para peneliti untuk berkolaborasi dalam kegiatan yang relevan seperti pelatihan terstruktur, pembangunan koalisi, dan menghubungkan peluang penelitian kolaboratif antar anggota. Sehubungan dengan hal tersebut, BaKTI menjadi mitra KONEKSI dalam mendorong pertukaran pengetahuan, memperluas jaringan dan kontak dalam bidang pengembangan dan penelitian di Indonesia Timur, serta melaksanakan kegiatan pembangunan jaringan dan koalisi, penelitian dan kapasitas kepemimpinan; dampak penelitian pada kebijakan dan industri; dan sosialisasi hibah kolaboratif.
Sebagai lembaga yang telah memiliki pengalaman dalam mengelola jaringan, mulai Januari tahun 2024 BaKTI bekerjasama dengan KONEKSI dalam mengembangkan Jaringan Peneliti Indonesia Timur di 9 provinsi di KTI yakni Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku, Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.
Program KONEKSI bertujuan untuk menciptakan platform jaringan penelitian yang memungkinkan anggotanya melakukan penelitian kolaboratif dan bekerja sama dengan peneliti dan lembaga regional, nasional dan internasional. Selain itu juga untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi para peneliti untuk berkolaborasi dengan pemerintah dan industri, agar dapat memberikan dampak pada “dunia nyata” kebijakan dan praktik. Program ini juga menguji apakah jaringan peneliti Indonesia Timur merupakan cara yang efektif untuk mengatasi kesenjangan penelitian di Indonesia Timur untuk memberikan dukungan bagi KONEKSI di masa depan setelah dua belas bulan masa uji coba.
Beberapa pendekatan digunakan dalam upaya mencapai tujuan program, seperti membangun jaringan dan koalisi, peningkatan kapasitas penelitian dan kepemimpinan, penelitian yang berdampak pada kebijakan dan inovasi, serta melalui sosialisasi pendanaan/hibah penelitian.
Terkait pendekatan jaringan dan koalisi, pendekatan ini penting dilakukan guna memberikan dukungan berjejaring dan berkoalisi bagi para peneliti lokal dan lembaga penelitian termasuk Penerima Hibah KONEKSI saat ini dan di masa depan untuk membangun inisiatif lokal yang ada, guna menetapkan agenda kolektif dan membentuk koalisi. Hal ini merupakan bagian dari upaya mendorong kepemimpinan secara lokal di mana aktor-aktor lokal – yang mencakup individu, komunitas, jaringan, organisasi, entitas swasta, dan pemerintah – menetapkan agenda mereka sendiri, mengembangkan solusi, dan mengerahkan kapasitas, kepemimpinan, dan sumber daya untuk menjadikan solusi tersebut sebagai solusi yang efektif.
Kegiatan program dimulai dari pemetaan anggota jaringan penelitian yang sudah ada dan yang potensial kemudian dilanjutkan dengan serangkaian diskusi tentang bagaimana membangun dan memelihara/mempertahankan jaringan, menemukan kesenjangan dan permasalahan di lingkungan penelitian di Indonesia Timur, dan menetapkan agenda bersama di setiap provinsi.
Mulai Februari 2024 telah dilaksanakan proses pemetaan peneliti di masing-masing wilayah target program dengan menggunakan beberapa kriteria seperti peneliti yang memiliki komitmen kuat pada penelitian yang berdampak baik bagi kebijakan maupun inovasi, aktif di kegiatan riset di Universitas/NGO/pemerintah daerah/industri/sektor swasta serta konsen terhadap isu GEDSI (Gender Equality, Disability and Social Inclusion)
Sampai dengan akhir Maret 2024 sebanyak 395 Peneliti di 9 provinsi wilayah target program telah terpetakan. Dari 395 Peneliti terdiri dari 225 Laki-laki dan 170 perempuan. Diantara 395 peneliti terdapat 12 orang peneliti disabilitas yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Ragam disabilitas terdiri dari fisik, intelektual, netra dan low vision.
Setelah proses pemetaan dilakukan, dilaksanakan serangkaian lokakarya pendahuluan atau Focus Group Discussion (FGD) di setiap provinsi yang membahas mengenai bagaimana membangun dan memelihara jaringan, mekanisme koordinasi/strategi keterlibatan dengan dan di antara jaringan, termasuk mengidentifikasi dan menyepakati platform komunikasi yang dapat diakses oleh semua anggota jaringan. Tantangan dan pembelajaran dalam melakukan penelitian kolaboratif juga dibahas dalam kegiatan ini. Sampai dengan bulan April 2024 telah dilaksanakan 2 kali FGD dalam bingkai program ini yakni di Makassar, Sulawesi Selatan dan Mataram, Nusa Tenggara Barat. Informasi yang telah dihasilkan dalam FGD selanjutnya akan digunakan sebagai basis data bagi KONEKSI dalam menetapkan dukungan yang sekiranya akan diberikan di masa depan bagi jaringan penelitian Indonesia Timur.
Selain melaksanakan kegiatan pemetaan dan FGD, peningkatan kapasitas penelitian dan kepemimpinan akan dirancang sebagai bagian dari perbaikan berkelanjutan terhadap jaringan peneliti. Peningkatan kapasitas akan mencakup kemampuan individu dan lembaga dalam menghasilkan dan menerbitkan penelitian yang berkontribusi terhadap kebijakan pembangunan lokal atau nasional. Jenis peningkatan kapasitas akan dibuat berdasarkan kebutuhan peneliti dan ditargetkan untuk meningkatkan kualitas hibah penelitian kolaboratif.
Peneliti dan Pemerintah sebagai pengambil kebijakan perlu dihubungkan dan difasilitasi. Sebagai upaya untuk mendorong kontribusi penelitian bagi penyusunan kebijakan dan inovasi baik regional maupun nasional, diskusi kelompok terfokus untuk anggota jaringan peneliti daerah bersama pemerintah daerah terkait, termasuk industri juga akan dilaksanakan yang bertujuan memberikan ruang diskusi untuk dapat saling mengidentifikasi peluang/hal-hal yang dapat dikolaborasikan serta kebutuhan dukungan pemerintah terhadap peneliti dalam proses penyusunan kebijakan dan atau inovasi.
Kolaborasi yang baik antara peneliti, pemerintah dan industri (swasta) dengan pendekatan perspektif kesetaraan dan inklusivitas dapat mendorong semangat, gagasan, dan inisiatif yang dapat berkontribusi dalam penyusunan kebijakan dan inovasi guna peningkatan pembangunan berkelanjutan di Kawasan Timur Indonesia.
Informasi lebih lanjut mengenai program KONEKSI dalam mendukung pengembangan Jaringan Peneliti Indonesia Timur melalui email peneliti.timur@bakti.or.id