Senja dekat perbukitan Avatar, hamparan hutan bambu terlihat di sana-sini. Sejak masuk ke desa ini, rumpun bambu kerap terlihat di kiri-kanan jalan setiap sudut desa. Tampak ibu-ibu yang kerap disebut dengan istilah Mama Bambu tampak berkumpul. Satu per satu memperhatikan tanaman bambu yang berada di polybag. Kelompok bambu dari ibu-ibu PKK Desa Beja, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, Provinsi NTT ini terlihat penuh asa.Tak lelah mereka mengganti tanaman bambu hasil pembibitan yang mati untuk diganti dengan yang baru.
“Kami melakukan pembibitan dan penanaman bambu. Dari 21 ibu-ibu PKK di desa ini, setiap ibu melakukan pembibitan sebanyak 2 ribu pohon,” tutur Maria Lewa (42) Ketua Kelompok Bambu Desa Beja saat bersua Mongabay Indonesia, Rabu (20/7/2022).
Milan sapaan karibnya bercerita, saat ada dana dari Pemerintah Provinsi NTT, ibu-ibu PKK di Desa Beja ditawarkan melakukan pembibitan bambu. Setelah disetujui, pelatihan dilakukan Yayasan Bambu Lestari (YBL). Mama-mama bambu diajari cara mengambil bibit, penyiapan pupuk organik, penanaman, perawatan hingga siap untuk ditanam di lahan yang ditentukan.
Juli 2020 mama-mama bambu ini mulai proses pembibitan. Mereka harus mencari bibit bambu. Bibit bambu petung (Dendrocalamus asper) diambil dari pohon bambu yang ada di lahan milik anggota.
Satu batang bambu bisa diperoleh 5 sampai 6 bibit bambu. Bibit bambu dibersihkan, direndam di air yang dicampur dengan kulit bawang. Bibit dimasukan ke dalam polybag yang sudah diisi campuran sekam padi bakar dan tanah.
Mama-mama bambu ini mengaku sulit saat mengambil bibit karena harus diambil dari batang bambu yang tidak terlalu tua dan tidak juga terlalu muda.
“Kalau suami tidak bantu maka kami potong sendiri. Potong satu kali kami lari sambil lihat bambunya apa sudah mau tumbang atau tidak. Kami takut tertimpa bambu,” ucapnya seraya tertawa lepas.
Selamatkan Mata Air
Masyarakat Desa Beja dahulunya tidak kesulitan air. Debit air dari dua mata air di sekitar desanya mencukupi.Namun perlahan,debitnya terus mengalami penurunan hingga desa ini bisa dikatakan krisis air bersih.
Warga desa pun mulai banyak membeli air dari mobil tangki yang menjual air. Saat ada hajatan besar, otomatis harus keluarkan dana ekstra besar guna membeli air.
Maria Florida Tae, mama bambu lainnya menyebutkan, dalam sebulan dua kali membeli air dari mobil tangki kapasitas 5 ribu liter. Harga per tangki 150 ribu rupiah. Ida sapaannya berkisah, debit dua mata air dulunya besar. Banyaknya pohon dan bambu yang ditebang membuat debitnya pun menurun. Kondisi ini membuat Ida tertarik melakukan pembibitan dan penanaman bambu. Selain itu, ia melihat peluang ke depannya bambu memiliki prospek yang bagus untuk menambah penghasilan keluarga.
“Semoga ke depannya bambu memiliki prospek yang bagus dan hasil pembibitan yang ditanam di tempat pariwisata bisa menghasilkan banyak sumber mata air,” harapnya.
Hal serupa disampaikan Kepala Desa Beja, Yohanes Sawu. Anis sapaannya menyebutkan, terkait pembibitan bambu, pemerintah desa sangat mendukung. Dana desa dialokasikan dengan menghadirkan YBL untuk melakukan pendampingan kepada mama-mama bambu.
Dia katakan, desanya memiliki potensi bambu.Setelah dilakukan kajian dan diskusi, dianggarkan dana desa 21 juta rupiah untuk mendukung pembibitan dan pelestarian bambu. Salah satu pertimbangan intervensi dana, karena Desa Beja sangat mungkin untuk dilakukan pelestarian bambu. Selain itu, tingkat pendapatan warga juga bisa bertambah lewat pembibitan dan pemanfaatan bambu.
“Desa Beja merupakan salah satu desa rawan air bersih. Harapan kita setelah bambu ditanam, suatu saat nanti di sekitar mata air dan wilayah desa kami muncul sumber mata air,” tuturnya. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Ngada, Siwe Djawa Selestinus menyebutkan, bambu merupakan potensi sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Ngada untuk dikembangkan dan dimanfaatkan. Menurut Seli sapaannya, pengembangan bambu di Ngada dimaksimalkan untuk pengembangan sosial budaya, ekonomi, ekologi dan juga sebagai tanaman konservasi DAS dan sumber-sumber mata air.
Senada, Kepala Unit Pelaksana Teknis Kesatuan Pengelolaan Hutan (UPT KPH) Kabupaten Ngada, Kristianus Say menjelaskan dari segi konservasi, tanaman bambu memiliki akar rimpang yang sangat kuat. Menurut Kris sapaan karibnya, struktur akar ini menjadikan bambu dapat mengikat tanah dan air dengan baik.Dibandingkan dengan pepohonan yang hanya menyerap air hujan 35-40%, bambu dapat menyerap air hujan hingga 90%. “Upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah seperti reboisasi dan penghijauan, dapat menggunakan bambu sebagai tanaman yang dapat dilestarikan pada lahan-lahan yang telah rusak,” ucapnya.
Desa Wanatani
Desa Beja merupakan salah satu desa wanatani (agroforestry) yang didampingi YBL tahun 2021 selain Desa Mengeruda dan Inelika. Menurut Koordinator Yayasan Bambu Lestari Kabupaten Ngada, Agustinus Nanga Wedjo, sebelumnya lewat program kerja sama multi forestry program fase 4 dilakukan di tiga desa lainnya di Kecamatan Bajawa Utara. Gusty sapaannya memaparkan,untuk Ngada selain tiga desa inti atau pelopor, terdapat juga 17 desa support yang tersebar di 4 kecamatan.
Lanjutnya, Desa Beja anggarkan dana tahun 2022 untuk melakukan Sekolah Lapang Bambu terkait dengan pembibitan bagi mama-mama bambu.
“Kita dorong kerjasama pemerintah desa dengan ibu-ibu pelopor lewat penanaman bambu sebanyak 3 ribu bibit untuk konservasi hutan dan pemeliharaan mata air di kawasan hutan lindung. Bibit bambu merupakan hasil pembibitan dari mama bambu di Desa Beja,” ungkapnya. Selain itu, YBL bekerjasama dengan UPT KPH Ngada supaya kawasan hutan lindung Inerie di Desa Beja dijadikan perhutanan sosial dengan skema hutan desa. Sebut Gusty, mama-mama bambu ini dimasukan ke dalam Tim Pengelola Hutan Desa (TPHD) agar bisa terlibat didalam pengelolaan hutan desa ini.
Mama-mama bambu ini kedepannya didorong menanam bambu untuk konservasi hutan, perlindungan mata air serta memanfaatkan bambu untuk peningkatan ekonomi rumah tangga. “Kita juga kerjasama dengan Dinas Koperasi Ngada agar kelompok mama-mama bambu ini bisa dibentuk koperasi produsen. Produk dari bambu yang dihasilkan seperti rebung dan keripik rebung bisa dijual,” ucapnya. YBL berkeinginan terciptanya 200 desa wanatani bambu di NTT.Dengan begitu,akan memastikan NTT memiliki 2 sumbangan besar.Pertama,bagi penyelamatan bumi. Alasannya,200 desa wanatani bambu mampu menyerap 20 megaton CO2 dan memulihkan 400 ribu hektare lahan kritis per tahun. Juga bagi peningkatan ekonomi sebab 200 desa wanatani bambu memberdayakan 42 ribu KK petani dan menghidupkan berbagai jenis industri bambu.
Gusti sebutkan, selain mendampingi ibu-ibu soal pembibitan, juga mengajarkan agar mereka bisa memahami dari sisi ekologinya.Mama-mama ini bukan saja pelopor bambu tapi pelopor penjaga alam. “Pelestarian lingkungan ini diselaraskan dengan peningkatan ekonomi rumah tangga.Ekonomi mereka meningkat dan alam pun terjaga kelestariannya,” ungkapnya. Mama Milan mengharapkan, dengan penanaman bambu, ke depannya bambu bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan bernilai ekonomi lebih tinggi. Pesannya, anak-anak muda setidaknya turut berpartisipasi dengan kegiatan penanaman bambu. Selain itu, bambu yang sudah ditanam di bukit harus dirawat agar bisa dimanfaatkan oleh semua.
Artikel ini bersumber dari https://www.mongabay.co.id/2022/10/16/asa-mama-bambu-tingkatkan-ekonomi-keluarga-seraya-lestarikan-lingkungan