Jika kondisi cuaca normal, setiap minggunya pada hari Kamis dan Sabtu, dua buah kapal akan bergantian bersandar di Pulau Gorong (Gorom), Kabupaten Seram Bagian Timur. Kedatangan kapal tersebut turut serta membawa muatan sayur dan buah-buahan segar yang akan diperjualbelikan kepada masyarakat pulau. Di waktu-waktu tersebut masyarakat Pulau Gorom pun dapat menikmati makanan dengan tambahan bahan pangan sayur, buah-buahan hingga daging ayam. Terdapat anekdot di masyarakat Pulau Gorom yang menyebut sayuran tersebut sebagai “sayur cantika”. Cantika adalah nama kapal ferry yang bersandar di pulau tersebut, Kapal Motor Cantika.
Pulau Gorom merupakan salah satu pulau bagian dari gugusan kepulauan yang ada di Kabupaten Seram bagian Timur, Provinsi Maluku. Pulau Gorom maupun wilayah di provinsi Maluku lainnya sejak dahulu dikenal sebagai pusat penghasil rempah-rempah diantaranya cengkeh dan pala yang menjadi tujuan utama para saudagar pedagang dari seluruh dunia seperti India, Cina, Arab dan Eropa. Dalam berbagai literatur sejarah, Pulau Gorom maupun daerah kepulauan lainnya di Provinsi Maluku yang menjadi pusat rempah-rempah seringkali menjadi perebutan bangsa-bangsa lain.
Aktivitas bongkar muat barang di Pelabuhan Pulau Gorom
Pulau Gorom sendiri terbagi ke dalam dua wilayah administrasi kecamatan yaitu Kecamatan Pulau Gorom dan Kecamatan Gorom Timur. Kecamatan Pulau Gorom terdiri dari 24 negeri/negeri administratif, sementara Kecamatan Gorom Timur terdiri dari 23 negeri/negeri administratif. Negeri atau negeri administratif adalah pembagian wilayah setingkat dengan pemerintahan desa. Luas wilayah untuk Pulau Gorom berkisar 66 kilometer persegi. Pemukiman masyarakat tersebar di wilayah pesisir sepanjang pulau dengan jarak yang tidak terlalu jauh diantara setiap desanya. Sementara pada daratan utama sebagian besar tetap menjadi kawasan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan masyarakat.
Sebagai wilayah penghasil rempah-rempah, sebagian besar aktivitas penghidupan utama masyarakat di Pulau Gorom berkaitan dengan sektor pertanian dan perkebunan. Tanaman Pala dan Cengkeh menjadi komoditas utama untuk perekonomian masyarakat turun temurun. Sumber makanan pokok utama untuk kebutuhan karbohidrat berasal dari tanaman sagu dan umbi-umbian, namun seiring waktu masyarakat juga mulai beralih mengkonsumsi beras yang diperoleh dari luar Pulau Gorom. Meskipun sebagian besar aktivitas penghidupannya bertani dan berkebun, namun masyarakat di Pulau Gorom juga berprofesi sampingan sebagai nelayan pesisir untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga atau diperjualbelikan di lingkungan yang terbatas jika hasil tangkapan berlebih. Kemampuan masyarakat dalam bertani dan berkebun maupun melakukan aktivitas nelayan masih bersifat turun temurun tanpa intervensi teknik maupun teknologi yang termutakhir karena keterbatasan dalam mengakses informasi dan pengetahuan yang terus berkembang.
Sayangnya ketika cuaca buruk, tidak ada kapal yang bisa bersandar di Pulau Gorom. Akibatnya, tidak ada distribusi sayuran dan buah-buahan ke Pulau Gorom. Masyarakat pun jadi kesulitan menikmati pangan sayur dan buah-buahan segar karena produksi lokal yang sangat terbatas. Saat ini kebutuhan bahan pangan terutama sayuran dan buah-buahan segar seperti cabai, tomat, mentimun dan lainnya sebagian besar masih diperoleh dari luar, terutama dari daratan utama Pulau Seram. Bukan hanya sayur dan buah-buahan, bahan pangan lainnya misalnya daging ayam, telur, beras serta kebutuhan pokok rumah tangga lainnya. Peluang ini diambil oleh beberapa pengusaha lokal yang memiliki kekuatan modal untuk mendatangkan kebutuhan masyarakat dari luar wilayah Pulau Gorom untuk dijual dan didistribusikan kepada masyarakat di Pulau Gorom. Para pengusaha lokal juga berperan sebagai perantara yang membeli dan menampung sumber daya hasil bumi masyarakat Pulau Gorom untuk dipasarkan di wilayah Sulawesi dan Jawa, karena kendala jarak, sarana perhubungan, infrastruktur ekonomi dan biaya yang dibutuhkan masih cukup besar bagi masyarakat untuk dapat mengakses pasar secara langsung.
Di Pulau Gorom, sebenarnya lahan pertanian terhampar luas dan ketergantungan terhadap pupuk kimia serta pestisida masing sangat kurang. Namun, para petani masih belum mengoptimalkannya untuk mengolah lahan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah sistem pertanian hortikultura secara alami. Sistem pertanian hortikultura merupakan sebuah metode budidaya pertanian atau kegiatan bercocok tanam seperti sayuran dan buah-buahan menggunakan lahan dari kebun atau pekarangan rumah sebagai tempatnya budidayanya. Lebih baik lagi, jika pertanian hortikultura ini bisa dibudidayakan secara alami karena dengan begitu tidak akan mengancam keberlanjutan sumber daya alam seperti mencemari sumber air maupun merusak mikroorganisme alami di tanah dalam jangka panjang. Dengan begitu dapat menjamin hasil produksi yang aman dan berkelanjutan.
Pertanian alami sendiri merupakan sistem budidaya pertanian yang menempatkan semua unsur makhluk di alam raya berjalan sesuai dengan peran dan fungsinya. Di mana masing-masing akan saling bekerjasama untuk menjaga keseimbangan dan keberlangsungan hidup. Pertanian alami dapat memotong ketergantungan, keluar dari jeratan pertanian kimiawi, juga memberi kebebasan dan kedaulatan untuk menentukan sendiri alat dan input produksinya sesuai dengan kearifan lokal, kekayaan alam serta kekhasan budayanya.
Di Pulau Gorom sendiri, kapasitas teknis dan pengetahuan petani masih terbatas dalam mengembangkan produksi tanaman komoditas hortikultura secara alami. Karena itu, pengembangan komoditi tanaman hortikultura belum dapat dioptimalkan. Padahal, sumber daya yang dibutuhkan untuk itu sebenarnya tersedia di pulau ini. Terlebih lagi kebutuhan akan hasil produksi tanaman komoditas hortikultura untuk bahan pangan rumah tangga dan pemenuhan permintaan pasar lokal di wilayah ini cukup tinggi. Dengan adanya pengembangan metode pertanian hortikultura, sekaligus juga dapat meningkatkan kualitas penghidupan masyarakat secara berkelanjutan.
Upaya Peningkatan Penghidupan Masyarakat di Pulau Gorom bersama Program BangKIT
Program Pengembangan Penghidupan Masyarakat yang Inklusif di Pedesaan Kawasan Indonesia Timur (BangKIT), salah satu program yang dijalankan melalui yayasan BaKTI merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan akses peluang penghidupan bagi masyarakat yang rentan terhadap kemiskinan dan kerawanan pangan di desa sasaran pada Kabupaten Seram Bagian Timur (Provinsi Maluku) dan Kabupaten Sumba Barat Daya (Provinsi NTT). Dalam pelaksanaannya, program ini bermitra dengan pemerintah daerah di kedua lokasi untuk mengembangkan perencanaan penghidupan yang inklusif dan berbasis masyarakat, digabungkan dengan penguatan kerja sama di tingkat lokal dalam mendukung inisiatif penghidupan yang dimotori oleh masyarakat.
Perencanaan penghidupan berkelanjutan desa yang dikembangkan oleh masyarakat desa secara inklusif dan partisipatif melalui fasilitasi program BangKIT diharapkan dapat menjawab tantangan akses penghidupan masyarakat desa khususnya yang rentan terhadap kemiskinan dan kerawanan pangan. Untuk mengimplementasikan perencanaan penghidupan berkelanjutan desa yang telah dikembangkan tersebut, dibutuhkan dukungan sumberdaya dari berbagai pihak baik dari pemerintah, sektor swasta maupun dari swadaya masyarakat sendiri. Secara khusus, program BangKIT akan memberikan dukungan terhadap inisiatif yang berkaitan dengan peningkatan kapasitas masyarakat melalui serangkaian pelatihan keterampilan teknis dan manajerial sesuai dengan kebutuhan.