Tantangan
Naiknya harga pangan menyebabkan mereka yang hidup di bottom level dalam hirarki distribusi pendapatan, benar- benar mengalami kesulitan. Inflasi pangan memiliki dampak yang sangat buruk pada keluarga miskin. Orang miskin di negara-negara berpenghasilan rendah menghabiskan sekitar dua pertiga dari sumber daya mereka untuk makanan, sehingga kenaikan harga pangan akan memicu kemiskinan yang lebih dalam. Jumlah orang yang menderita kekurangan nutrisi dan gizi dipastikan bertambah. Memerangi kemiskinan ekstrem menjadi semakin menantang, bukan hanya karena harus menangani yang termiskin dari yang miskin, tetapi juga target pemerintah untuk mencapai 0 persen kemiskinan ekstrem di 2024 menjadi tampak mustahil.
Meski berada di tengah situasi yang serba sulit, pemerintah tetap harus memegang kendali dan berdiri di barisan terdepan untuk memerangi kemiskinan ekstrem. Ruang fiskal pemerintah yang mulai sedikit longgar seiring dengan semakin terkendalinya COVID-19, memberi peluang kepada pemerintah untuk memperkuat perlindungan sosial kepada mereka yang berada dalam kondisi miskin ekstrim.
Untuk memudahkan intervensi terhadap orang miskin ekstrem, penting untuk mengidentifikasi secara tepat mereka yang terperangkap ke dalam kemiskinan ekstrem. Dari berbagai hasil studi dan laporan resmi tentang kemiskinan, karakteristik umum mereka yang miskin ekstrem, antara lain, tidak bekerja atau telah kehilangan pekerjaan, tidak terdidik dan tidak memiliki keterampilan dan keahlian, tidak punya akses terhadap sumber daya ekonomi, tidak mendapatkan layanan publik yang diperlukan, tidak memiliki pekerjaan tetap, bekerja di sektor tradisional, seperti buruh tani, petani penyakap, nelayan, dan buruh kasar, serta bermukim di wilayah perdesaan, pesisir, dan kawasan kumuh perkotaan. Akibatnya, mereka menerima balas jasa ekonomi yang minim, memiliki tempat tinggal yang tidak layak, tidak memiliki aset dan tabungan, dan tidak bisa berinvestasi pada peningkatan sumber daya manusia.
Kalaupun orang miskin ekstrem telah berhasil diidentifikasi, pekerjaan berikutnya tetap tidak mudah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia menjadi penyebab dan sekaligus kendala paling mendasar bagi upaya penanggulangan kemiskinan ekstrem. Data BPS menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen dari penduduk miskin yang bekerja hanya tamat Sekolah Dasar (SD), tidak tamat SD atau tidak pernah sekolah. Kendala sumber daya manusia juga menyulitkan untuk melakukan intervensi terhadap penduduk miskin. Ketiadaan pendidikan dan keterampilan, menyebabkan berbagai macam instrumen intervensi untuk penduduk miskin tidak bisa bekerja secara optimal. Rendahnya kualitas sumber daya manusia penduduk miskin telah memberi implikasi yang luas terhadap kondisi ketenagakerjaan. Beberapa hasil studi terakhir, seperti penelitian Agussalim (2017), menemukan fakta bahwa lebih dari 50 persen anggota rumah tangga miskin yang berada di usia kerja, tidak bekerja alias menganggur, sehingga memberi beban terhadap keuangan rumah tangga.
Konvergensi Program
Memberantas kemiskinan ekstrem, tentu saja, bukan perkara mudah. Ini masalah yang kompleks dan rumit, dan karenanya membutuhkan kecermatan, ketepatan dan kesungguhan. Meski sulit, harus ada cara yang bisa dilakukan untuk menarik orang keluar dari jeratan kemiskinan ekstrem. Pemerintah yang serius dalam penanggulangan kemiskinan ekstrem harus melakukan dua hal, yaitu: pertama, merancang program yang dapat memastikan bahwa orang miskin terangkat dari kemiskinan ekstrem; dan kedua, menyediakan jaring pengaman sosial yang melindungi orang miskin agar tidak jatuh ke dalam kemiskinan yang lebih parah. Agar dua hal ini dapat dilakukan secara efektif, menuntut pembuat kebijakan untuk dapat mengakses data dan informasi yang akurat tentang siapa yang miskin, di mana, dan mengapa. Melacak kemiskinan dengan tepat menjadi faktor penting untuk memulai intervensi.
Disadari sepenuhnya oleh para pembuat kebijakan bahwa mengatasi kemiskinan ekstrem tidak cukup dengan tindakan tunggal, tetapi harus bersifat multi-intervensi yang dilaksanakan secara terintegrasi. Kolaborasi aktor dan sinergitas program/kegiatan merupakan sebuah keniscayaan untuk memerangi kemiskinan ekstrem. Kombinasi berbagai program/kegiatan yang paling mungkin dilakukan dengan menyasar kelompok penduduk miskin ekstrem, antara lain sebagai berikut.Kendala/Hambatan
Rendahnya kualitas sumber daya manusia menjadi penyebab dan sekaligus kendala paling mendasar bagi upaya penanggulangan kemiskinan ekstrem. Ketiadaan pendidikan dan keterampilan, menyebabkan berbagai macam instrumen intervensi untuk penduduk miskin tidak bisa bekerja secara optimal. Rendahnya kualitas sumber daya manusia penduduk miskin telah memberi implikasi yang luas terhadap kondisi ketenagakerjaan.
Ketidaktersediaan data faktual dan mutakhir tentang orang miskin ekstrem juga telah menyulitkan upaya intervensi. Data yang berada di tangan para pengambil kebijakan seringkali tidak sepenuhnya sanggup mendeteksi mereka yang mengalami kemiskinan ekstrem. Beberapa kasus kematian akibat kelaparan dalam beberapa hari terakhir menegaskan fakta tersebut. Kesulitan semakin meningkat karena data orang miskin ekstrem bergerak secara dinamis mengikuti situasi yang berubah dengan cepat. Pencacahan statistik berjalan di belakang pergerakan data orang miskin ekstrem.
Pertama, memperluas jangkauan perlindungan sosial (social protection) bagi mereka yang miskin kronis. Perlindungan sosial diperlukan untuk sekedar memastikan bahwa orang yang mengalami kemiskinan ekstrem bisa tetap bertahan. Perlindungan sosial, terutama dalam bentuk pemberian uang tunai dan bantuan pangan, banyak dipraktikkan di berbagai negara untuk meredam kemiskinan ekstrem. Distribusi pangan dan bantuan makanan harus mampu menjangkau seluruh warga negara termiskin. Perlindungan sosial juga harus lebih inklusif, yang menyasar kelompok rentan, seperti orang lanjut usia, orang sakit menahun, penyandang disabilitas, dan penyandang masalah sosial.
Kedua, menghantarkan layanan publik dan sosial dasar. Untuk ‘menggunting’ rantai kemiskinan, pemerintah harus berinvestasi pada upaya peningkatan sumber daya manusia penduduk miskin. Anak-anak yang berasal dari rumah tangga miskin, harus dipastikan mampu menjangkau layanan pendidikan dan tetap bisa duduk di bangku sekolah sampai pada batas yang paling mungkin. Sedangkan untuk memperbaiki kualitas hidup rumah tangga miskin, pemerintah harus menghantarkan berbagai layanan sosial dasar seperti layanan air bersih, energi listrik, sanitasi, rumah layak huni, dan lain-lain.
Ketiga, program penanggulangan kemiskinan harus berfokus dan bertumpu pada penguatan kapasitas dan kapabilitas orang miskin. Upaya ini diarahkan pada mereka yang berada di usia produktif tapi tidak bekerja atau tidak memiliki kegiatan usaha. Tindakan harus dimulai dengan pemberian keterampilan melalui berbagai skema pelatihan. Ini penting mengingat fakta lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk miskin tidak memiliki keterampilan dan keahlian yang menjadi penghambat utama mereka sulit mendapatkan pekerjaan atau memulai usaha. Upaya ini perlu disusul dengan pemberian bantuan peralatan dan modal sesuai dengan keterampilan yang telah diberikan. Pemantauan dan pembinaan terhadap aktivitas usaha mereka, juga perlu terus dilakukan. Upaya paralel semacam ini diyakini akan sanggup memperbaiki produktivitas, mengurangi ketergantungan, menekan kerentanan, dan meningkatkan kemandirian penduduk miskin.
Upaya Penanggulangan
Pemerintah yang serius dalam penanggulangan kemiskinan ekstrem harus melakukan dua hal secara simultan, yaitu: pertama, merancang program yang dapat memastikan bahwa orang miskin terangkat dari kemiskinan ekstrem; dan kedua, menyediakan jaring pengaman sosial yang melindungi orang miskin agar tidak jatuh ke dalam kemiskinan yang lebih parah. Secara garis besar, ada empat program utama untuk memberantas kemiskinan ekstrem yang harus berjalan secara konvergen, yaitu: (i) memberikan perlindungan dan jaminan sosial; (ii) menghantarkan berbagai layanan publik dan sosial dasar; (iii) meningkatkan kapasitas/kapabilitas penduduk miskin; dan (iv) meningkatkan akses penduduk miskin terhadap sumber daya ekonomi.
Program pertama dan kedua lebih diarahkan untuk sekedar mencegah agar orang miskin tidak semakin menderita. Sedangkan program ketiga dan keempat lebih diarahkan untuk memutus lingkaran kemiskinan dan mengangkat taraf hidup orang miskin secara berkelanjutan.
Keempat, mengintensifkan pelatihan mata pencaharian, di mana penerima manfaat dilatih dengan keterampilan untuk menghasilkan pendapatan berkelanjutan dengan aset baru (misalnya, beternak, berdagang kecil-kecilan, dan berbagai kegiatan lainnya yang menghasilkan pendapatan). Kepemilikan aset baru dimaksud berasal dari transfer sumber daya pihak ketiga kepada orang miskin ekstrim sehingga memungkinkan mereka menghasilkan pendapatan dan mengakumulasi modal manusia yang diperlukan untuk keluar dari kemiskinan ekstrem.
Kelima, meningkatkan akses penduduk miskin terhadap sumber daya ekonomi. Upaya ini diperuntukkan bagi mereka yang sudah bekerja atau sudah merintis kegiatan usaha. Pemerintah perlu terus menggerakkan rumah tangga miskin ke sarana dukungan yang layak dan memfasilitasi mereka untuk memperoleh akses terhadap kredit mikro (micro-credit), sarana dan prasarana produksi, pekerjaan yang lebih layak, dan pasar. Bagian utama dari upaya ini adalah menciptakan inklusi keuangan yang memungkinkan orang miskin memiliki akses terhadap produk keuangan formal. Akses yang mudah terhadap sumber keuangan, di banyak tempat terbukti efektif untuk memperbaiki kehidupan penduduk miskin.
Keenam, mengintensifkan program-program yang diarahkan untuk menekan beban pengeluaran penduduk miskin di satu sisi, dan meningkatkan produktivitas penduduk miskin di sisi lain. Program layanan pendidikan dan kesehatan gratis untuk rumah tangga miskin perlu terus dilanjutkan dengan memperluas jangkauan dan meningkatkan aksesibilitas. Program semacam ini, di samping dapat menekan beban pengeluaran penduduk miskin dalam jangka pendek, juga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia penduduk miskin dalam jangka panjang. Menyertai usaha tersebut, program-program yang diarahkan untuk mendorong peningkatan produktivitas penduduk miskin juga harus terus diupayakan dan ditingkatkan intensitas dan jangkauannya, misalnya melalui pemberian kredit mikro, program padat karya perdesaan, pelatihan keterampilan, dan sebagainya.