Beberapa waktu setelah pandemi COVID-19 membuka luas ruang-ruang virtual, Yayasan BaKTI melakukan beberapa penyesuaian upaya terkait diseminasi informasi terutama terkait pembangunan di Kawasan Timur Indonesia. Salah satu bentuk dari upaya diseminasi informasi itu, adalah dengan memindahkan Diskusi Inspiratif BaKTI, ke dalam ruang virtual yaitu Live Instagram Story @infobakti.
Program BANGGA Papua, juga diundang untuk mengisi jadwal percakapan di ruang virtual tersebut. Telah ada 3 percakapan tentang BANGGA Papua di ruang virtual Yayasan BaKTI ini. Diawali dengan percakapan bersama Sekretariat Bersama (Sekber) BANGGA Papua provinsi, lalu berturut-turut Sekber Kabupaten Paniai dan Asmat, sebelum kemudian Sekber Lanny Jaya mendapatkan kesempatan menceritakan lika-liku pelaksanaan BANGGA Papua di Kabupaten Lanny Jaya. Kabupaten Paniai, Asmat dan Lanny Jaya adalah kabupaten uji coba yang bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Papua dalam pelaksanaan Program BANGGA Papua.
Melayani Lanny Jaya
Lanny Jaya, sebagai kabupaten, masih berusia “remaja”. Dua belas tahun usianya. Tapi Tiom, ibukota Kabupaten Lanny Jaya, punya sejarah panjang, sebagai hub pendidikan dan kesehatan, untuk wilayah Pegunungan Tengah bagian timur yang didiami kaum La Pago. Peran sebagai hub pendidikan dan kesehatan ini berfungsi dengan baik, terutama untuk area yang sekarang menjadi Kabupaten Nduga, Tolikara, dan Puncak Jaya. Wilayah Lanny Jaya, seluruhnya terdiri dari perbukitan dan pegunungan yang sambung menyambung.
Tidak seluruh wilayah Lanny Jaya dapat dicapai dengan kendaraan darat. Meskipun akses jalan darat ke semua pusat distrik yang berjumlah 39 itu telah tersedia dalam berbagai tahapan, beberapa kampung hanya bisa diakses lewat udara dan berjalan kaki. Ketersebaran kampung dan pemukiman Orang Lani, menjadi tantangan kontekstual bagi upaya implementasi program apapun, termasuk Program BANGGA Papua. Distrik Kuyawage distrik terjauh di Lanny Jaya misalnya, yang meskipun sudah dapat diakses oleh mobil jenis truk pickup tapi kampung-kampung di distrik ini, hanya bisa didatangi dengan berjam-jam dengan berjalan kaki. Realita ini, tentunya memberi pengertian bahwa strategi dibutuhkan untuk melakukan sosialisasi. Harus ada strategi penyebaran informasi untuk menjamin tidak seorang pun yang memenuhi syarat dikecualikan dalam program perlindungan sosial ala Pemerintah Provinsi Papua ini. Ditambah lagi, realita keterbatasan sumber daya Sekretariat Bersama (Sekber) BANGGA Papua Lanny Jaya untuk melakukan sosialisasi dengan cara-cara konvensional, yaitu dengan mendatangi setidaknya distrik-distrik yang ada.
Sehingga ketika dari pelosok-pelosok Lanny Jaya, datang 3.635 mama/wali yang sah untuk hadir di Bank Papua Tiom dan Wamena, membuka buku rekening, itu adalah kerja luar biasa. Mereka, para mama ini, datang dari seluruh distrik, wilayah administratif setingkat kecamatan, di Kabupaten Lanny Jaya. Mereka berbondong-bondong datang ke titik pembayaran terdekat dari kampung mereka, entah di Tiom atau Wamena. Hingga pembayaran dana BANGGA Papua tahap kedua, hanya tersisa 28 kampung yang belum sama sekali terdata calon penerima manfaatnya, dari 355 kampung yang ada. Angka 3.600 lebih orang itu, bicara tentang bagaimana berita tentang BANGGA Papua telah disebarkan, ke seluruh penjuru Lanny Jaya. Untuk hal ini, terutama terkait ketersebaran informasi, para anggota Sekber BANGGA Papua tidak bekerja sendiri. Kepala kampung, kepala distrik, bidan dan kader posyandu, telah menjadi bantuan yang tidak bisa diabaikan. Para pihak ini telah turut berperan mendatangkan para mama/wali penerima manfaat ke titik pembayaran.
Dalam strategi sosialisasi BANGGA Papua, bukan hanya tantangan keterpencilan beserta ketersebaran informasi yang perlu diatasi dalam keterbatasan sumber daya Sekber Lanny Jaya. Kesaksian tentang apa yang menandai kehadiran dan kerja BANGGA Papua, Nicodemus Wanma anggota Sekber dalam wawancara mengatakan, “Masyarakat harus paham, apa gunanya, apa tujuan dari bantuan BANGGA Papua.”
Ketersebaran informasi juga harus didampingi dengan strategi bagaimana mengkomunikasikan pesan kunci BANGGA Papua, sehingga tujuan BANGGA Papua, persyaratan yang unik dan manfaatnya, dapat dipahami oleh masyarakat, terutama orang tua, keluarga dari kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dari BANGGA Papua: anak asli Papua berumur 4 tahun ke bawah. Kenapa demikian penting pemahaman tentang tujuan BANGGA Papua, karena pada dasarnya, pemanfaatan dana ini tidak mensyaratkan apa-apa kepada para penerima manfaat.
Apa guna dan tujuan BANGGA Papua ini, oleh Nico juga merupakan bagian terbaik pembelajaran lewat keterlibatannya dengan BANGGA Papua. “Saya kemudian menyadari, bahwa BANGGA Papua ini berbeda, bukan hanya kasi bantuan, tapi juga pengetahuan. Dana bantuan bisa habis, tapi pengetahuan akan tinggal,” akunya di bagian lain wawancara.
Hasil Peningkatan Kapasitas untuk Melayani Lanny Jaya
Untuk keperluan pesan kunci dipahami, dibutuhkan kecakapan komunikasi. Betul? Sebenarnya ada beberapa kegiatan pelatihan yang disediakan mitra pembangunan yang ikut mendukung BANGGA Papua (MAHKOTA, Yayasan BaKTI-KOMPAK) untuk Sekber di provinsi maupun kabupaten. Ada pelatihan monitoring dan evaluasi program. Ada juga pelatihan komunikasi persuasif. Hasilnya diakui oleh Jimmy Yigwa telah membuat anggota Sekber BANGGA Papua Lanny Jaya jadi percaya diri ketika berhadapan dengan masyarakat.
Dengan bekal dari pelatihan Monitoring dan Evaluasi, di sisi lain, telah membawa pulang pengetahuan, pengertian baru tentang program, dan apa yang secara strategis dapat dikerjakan. Hasil dari monitoring inilah yang makin meyakinkan para anggota Sekber untuk memastikan bahwa ketersebaran informasi tentang bantuan 200 ribu rupiah/anak/bulan, dari pemerintah harus dilengkapi dengan tersampaikannya pengetahuan, kenapa penting memperjuangkan kualitas gizi dan kesehatan anak, usia 4 tahun ke bawah, dan bagaimana perjuangan gizi dan kesehatan anak akan berkontribusi ke pada masa depan Orang Lani, masa depan Lanny Jaya. Dengan kombinasi dari keterampilan komunikasi serta hasil monitoring program, anggota Sekber mengembangkan kecakapan komunikasi ini. Kecakapan ini tidak berhenti di percaya diri saja. Mereka pun berinisiatif melakukan alih bahasa materi-materi sosialisasi BANGGA Papua ke dalam bahasa kaum Lani. Fragmen tentang kerja alih bahasa Sekber Lanny Jaya ini dapat dibaca dalam BaKTINews Edisi 173 yang berjudul Sekber Lanny Jaya, Bekerja Kreatif dalam Keterbatasan.
Sikmen Pekei, Nicodemus Wakma, Jimmy Yigwa, adalah potret bagaimana BANGGA Papua adalah cara melayani Kaum Lani. Bagi 3.600 mama atau wali anak penerima manfaat, pelayanan Sekber BANGGA Papua meliputi upaya menyebarkan informasi ke seluruh wilayah Lanny Jaya, mendampingi proses kelengkapan administrasi yang dibutuhkan untuk menerima dana tunai bantuan BANGGA Papua. Pelayanan itu membuahkan terbitnya 3.600 lebih KTP elektronik, untuk masing-masing mama penerima manfaat.
Bayangkan bersama saya: para perempuan dari keterpencilan lembah dan gunung Lanny Jaya, datang sendiri ke titik pembayaran. Tanpa kemampuan baca dan tulis sekali pun, mereka duduk di depan teller Bank Papua dan menjadi nasabah Bank Papua. Pemandangan inilah yang ingin dibagi seorang Jimmy Yigwa. Bagi Jimmy, pembelajaran terbaik BANGGA Papua, adalah sikap antusias dan kemandirian para mama penerima manfaat, menempuh prosedur administrasi yang disyaratkan kemudian memasuki sebuah sistem keuangan yang tidak mereka kenal sebelumnya, dengan realita sebagian besar dari mereka tra tau baca, tra tau tulis.
Melayani Perubahan, Melayani Masa Depan
“Ada perubahan pengetahuan. Ada pengertian yang sekarang dimiliki oleh mama penerima manfaat. Kalau mereka mengerti, mereka akan pakai uang baik-baik. Bantuan ini memang sedikit untuk orang di pegunungan. Tapi dari yang kecil ini, mereka bisa pelihara anak-anak mereka lalu nanti 20-30 tahun ke depan, kita akan liat hasilnya. Ini yang terbaik, yang saya lihat dari BANGGA Papua,” kesaksian Sikmen Pekkei.
Pengetahuan mengubah perilaku. Inilah yang elemen pelengkap dimensi perubahan di tengah masyarakat Lanny Jaya, terutama penerima manfaat BANGGA Papua. Ada pengetahuan baru tentang pentingnya kualitas kesehatan dan gizi anak yang harus diperjuangkan dari sekarang. Ada ruang baru untuk kaum perempuan Lanny Jaya untuk mengakses sistem perbankan, ketika BANGGA Papua menjadi tiket peradaban bagi mereka. Mereka, mama dan wali penerima manfaat, memegang anak pintu ke masa depan. Bukan hanya untuk anak mereka, tapi juga diri mereka sendiri.
Demikian. Kapasitas yang berkembang, telah menerbitkan empati dan kepedulian, yang berakar pada pemikiran bahwa program, bantuan (dana) bisa datang kapan saja, tapi jika tanpa pengetahuan, berapapun bantuan yang datang, kalau masyarakat tidak mengerti, bantuan ini akan habis begitu saja, mengutip Nicodemus di akhir wawancara. Itulah pembeda BANGGA Papua: bukan cuma dana, tapi pengetahuan juga.