Perubahan sosial dapat terjadi karena adanya perubahan pola berpikir, struktur, kehidupan, atau pandangan masyarakat mengenai suatu hal. Awalnya, perubahan nilai ini hanya terjadi dalam suatu komunitas sosial. Di mulai dari terciptanya gagasan atau ide, seperti cita-cita atau kebutuhan. Jika ide itu akhirnya menyebar ke seluruh anggota komunitas, akan menghasilkan perubahan dalam sistem sosial, sebagai akibat dari penerimaan atau penolakan suatu inovasi. Bila perubahan itu diterima, ini akan menimbulkan perubahan sikap, pengalaman, persepsi masyarakat, bahkan refleksi atas perubahan yang yang terjadi.
Meskipun perubahan itu niscaya atau pasti terjadi, namun perubahan dapat diarahkan menuju sesuatu yang lebih baik atau bermanfaat. Sebuah perubahan dapat berasal dari luar masyarakat seperti adanya pengaruh perubahan alam atau pengaruh budaya lain. Namun perubahan juga dapat berasal dari internal masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat sendiri seperti penemuan atau pengetahuan baru, konflik sosial atau dinamika masyarakat. Setiap individu atau kelompok dalam masyarakat pasti akan mengalami suatu perubahan. Hal ini terjadi karena setiap individu dan anggota kelompok masyarakat tersebut memiliki pemikiran dan kemampuan untuk terus berkembang dari waktu ke waktu.
Hoaks dan Pengaruhnya Terhadap Pola Pikir Masyarakat
Di era globalisasi saat ini, arus penyebaran informasi terjadi sangat cepat melalui berbagai perantara media. Dari kondisi tersebut, menimbulkan permasalahan tersendiri dalam kehidupan masyarakat yang sebagian besar belum memiliki pemahaman yang cukup dalam cara memanfaatkan kemajuan teknologi saat ini yang serba cepat. Salah satu media penyebaran informasi yang sangat masif adalah melalui media sosial yang didukung dengan adanya fitur ‘suka’ dan ‘berbagi’ yang semakin mendukung lajunya penyebaran informasi. Sayangnya belum tentu semua informasi yang disebarkan dan diterima oleh masyarakat adalah berita benar. Tidak sedikit dari informasi yang beredar dan dikonsumsi masyarakat adalah informasi salah atau hoaks.
Ada beberapa penyebab kenapa masyarakat mudah terpengaruh dan percaya pada informasi hoaks, yaitu:
● Hanya membaca judul, dan tidak membaca isi keseluruhan dari suatu berita.
● Hanya mempercayai sumber tertentu dan terlalu “mengagungkan” sumber tersebut.
● Tidak mempercayai informasi dari sumber lain yang dianggap berbeda golongan atau tidak sependapat.
● Sebagian besar orang Indonesia masih tidak bisa membedakan antara satir dan hoaks.
● Ketika ada kabar yang dianggap penting atau mewakili perasaan saat itu, mayoritas masyarakat akan langsung membagikannya, bahkan tanpa membaca isi beritanya terlebih dahulu.
● Kebanyakan orang akan membenarkan suatu informasi berdasarkan tingkat keseringan mereka melihat kabar tersebut di linimasa media sosial.
● Enggan untuk mencari kebenaran berita dan melakukan verifikasi ulang, beberapa bahkan tidak tahu bagaimana caranya.
● Sebuah ajakan semacam “share=berpahala”, “like=amin” atau “komentar=membantu” sudah cukup membuat banyak orang percaya dengan berita yang disebarkan.
Salah satu hoaks yang paling banyak beredar adalah tentang kesehatan. Data Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan bahwa informasi kesehatan adalah salah satu layanan dan informasi yang paling sering dikunjungi masyarakat Indonesia. Ini berarti bahwa kemungkinan masyarakat kita terpapar hoaks mengenai kesehatan cukup besar. Salah satu pola pikir masyarakat yang sulit diubah juga adalah persepsi mereka tentang kesehatan. Hal ini dikarenakan persoalan kesehatan adalah persoalan yang krusial dan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat.
Melibatkan Masyarakat dalam Penanggulangan Hoaks dan Misinformasi Kesehatan
Bagaimana cara yang tepat menyampaikan sesuatu kepada masyarakat yang tidak kita kenali? Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mendekati orang yang dekat dengan kelompok masyarakat tersebut. Orang ini juga dapat berasal dari dalam kelompok masyarakat itu sendiri. Orang yang mereka dengarkan dan percayai pendapatnya. Tentu saja, mengubah pola pikir masyarakat tidak dapat dilakukan semudah membalikkan telapak tangan. Butuh waktu dan proses hingga mereka dapat menerima pemahaman baru hingga terjadi perubahan pola pemikiran mereka.
Sebagai upaya menciptakan perubahan sosial masyarakat dalam menghadapi hoaks dan misinformasi kesehatan, maka program Social Behaviour Change (SBC) yang didukung oleh UNICEF melalui Yayasan BaKTI bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan mengadakan kegiatan Penguatan Kapasitas Komunikator untuk Penanggulangan Hoaks dan Misinformasi Kesehatan dengan Teknik Komunikasi Antar Pribadi. Kegiatan yang berlangsung pada 6-16 Maret 2023 ini, melibatkan 519 orang peserta dari empat wilayah sasaran program yaitu Kota Makassar, Kabupaten Maros, Bone dan Wajo. Para peserta ini berasal dari berbagai unsur yaitu tenaga kesehatan (perwakilan Puskesmas dan kader posyandu), kelompok-kelompok masyarakat (Kelompok Informasi Masyarakat, Karang Taruna, Tim Penggerak PKK dan Fasilitator Masyarakat), terdapat pula unsur dari siswa-siswi SMA/Sederajat yang dimaksudkan untuk mewakili kaum muda di masyarakat.
Kegiatan Penguatan Kapasitas Komunikator untuk Penanggulangan Hoaks dan Misinformasi Kesehatan dengan Teknik Komunikasi Antar Pribadi ini difasilitasi oleh lima orang trainer yang telah dilatih sebelumnya dalam Training of Trainer Penanggulangan Hoaks dan Misinformasi Kesehatan. Dalam kegiatan ini, para komunikator memperoleh pengetahuan dan mempraktekan teknik Komunikasi Antar Pribadi (KAP) yang berguna untuk membangun komunikasi yang efektif dengan masyarakat. Selain itu, para peserta juga memperoleh penguatan literasi digital meliputi pengenalan internet dan media sosial, perlindungan data pribadi dan identifikasi informasi benar dan hoaks.
Mengedukasi Masyarakat dengan Teknik Komunikasi Antar Pribadi
Setelah memperoleh pengetahuan melalui Penguatan Kapasitas Komunikator untuk Penanggulangan Hoaks dan Misinformasi Kesehatan dengan Teknik Komunikasi Antar Pribadi, para peserta yang selanjutnya disebut sebagai komunikator, kemudian mengedukasi masyarakat di sekitar mereka tentang cara menanggulangi hoaks dan misinformasi kesehatan. Sebagai bagian dari masyarakat, tenaga kesehatan merupakan pihak yang cukup didengar dan dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat di suatu wilayah. Begitu pula dengan tokoh atau perwakilan kelompok masyarakat yang tentu lebih dikenal dan dipercayai oleh suatu masyarakat. Anak muda dalam pergaulannya sesama anak muda pun dapat didengarkan dan lebih mengerti cara melakukan komunikasi dengan teman sepergaulan mereka. Karena itulah, pelibatan sejumlah unsur masyarakat dalam kegiatan ini adalah untuk memudahkan komunikasi dan penyebaran pengetahuan kepada masyarakat yang ada di sekitar mereka. Menggunakan teknik komunikasi antar pribadi yang telah dipelajari bersama pada penguatan kapasitas komunikator sebelumnya, para komunikator selanjutnya mengedukasi masyarakat di sekitar mereka. Proses edukasi ini terus berlangsung hingga April 2023 untuk mencapai target 30.000 orang yang teredukasi.
Dalam perubahan perilaku, komunikasi menjadi proses pemindahan pesan dari komunikator kepada penerima atau komunikan secara langsung atau melalui saluran dalam rangka mengubah atau mempengaruhi perilakunya. Perubahan pendapat ini bisa terjadi saat proses komunikasi berlangsung atau mampu pula setelahnya. Hal tersebut tergantung bagaimana penyampaian yang dilakukan sang komunikator. Perubahan perilaku dapat terjadi apabila terdapat kesesuaian antara apa yang dikemukakan oleh komunikator dengan komunikan. Penyampaian ini juga tergantung pada kepercayaan yang diperoleh oleh komunikator dari para komunikan. Karena itu, metode komunikasi antar pribadi menjadi salah satu topik yang disampaikan pada penguatan kapasitas komunikator dan selanjutnya digunakan oleh komunikator sebagai metode komunikasi yang efektif untuk melakukan perubahan sosial di masyarakat. Dengan tiga prinsip komunikasi antar pribadi yaitu bangun keakraban, saling berbicara dan mendengarkan, dan mengunci komitmen dapat menjadi sebuah langkah awal untuk menciptakan perubahan sosial di masyarakat. Terutama perubahan pola pikir mereka dalam menghadapi berbagai informasi kesehatan yang mereka peroleh.
Melibatkan unsur masyarakat sendiri sebagai agen perubahan adalah upaya untuk mewujudkan perubahan sosial secara internal dalam masyarakat menuju perubahan pola pikir yang diharapkan. Dengan meningkatnya kemampuan literasi digital masyarakat, khususnya mengenai kesehatan, dapat meningkatkan pula cakupan kesehatan masyarakat.