Data Polresta Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease menunjukkan bahwa dalam empat tahun terakhir, angka kekerasan seksual terhadap anak khususnya anak perempuan sangat tinggi. Tercatat bahwa pada tahun 2018, terdapat 187 kasus kekerasan terhadap anak, 26 di antaranya adalah kasus pelecehan seksual dan 69 kasus perkosaan. Di tahun 2019, dari 247 kasus kekerasan terhadap anak, terdapat 38 kasus pelecehan seksual, 74 kasus perkosaan terhadap anak perempuan, dan 2 kasus eksploitasi seksual. Sedangkan data di tahun 2020 kekerasan terhadap anak mengalami penurunan yaitu 182 kasus dengan kasus terbanyak yaitu perkosaan sebanyak 44 kasus. Di tahun 2021, data kasus kekerasan terhadap anak yang dilaporkan ke Polresta kembali mengalami penurunan menjadi 83 kasus.
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa angka kekerasan seksual yaitu pelecehan seksual dan perkosaan terhadap anak termasuk fakta kekerasan terhadap anak perempuan yang tertinggi terjadi di Kota Ambon dan sekitarnya. Salah satu upaya pencegahan kekerasan terhadap anak adalah dengan mengadakan edukasi tentang pendidikan seks di Sekolah ataupun di rumah. Namun demikian, tidak semua pihak dapat menjelaskan tentang pendidikan seks bagi anak karena masyarakat masih tabu bicara tentang seksualitas secara terbuka.
Untuk itu, GASIRA Maluku sebagai organisasi masyarakat sipil yang memberikan perhatian pada isu kekerasan terhadap perempuan termasuk kekerasan terhadap anak, merasa penting untuk mengadakan edukasi pendidikan seks. Sejak tahun 2018 GASIRA telah bekerja sama dengan sekolah-sekolah yang berada di Kota Ambon dan Pulau Saparua untuk mengadakan pendidikan seks bagi guru dan siswa. Sejak tahun 2018 – 2020, dalam Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan, GASIRA mengundang seorang psikolog untuk memberikan pendidikan seks kepada para guru SMP dan juga mengadakan lomba pembuatan “Majalah Dinding” bagi pelajar SMP dalam tema “Setop Kekerasan terhadap Anak”.
Pada bulan Mei 2021, GASIRA mengadakan pelatihan tentang pendidikan seks bagi pelajar dari tiga SMP di Kota Ambon. Pelatihan ini merupakan salah satu project yang dilakukan oleh penulis setelah mengikuti Sustainable Development Course selama enam bulan di Auckland - New Zealand pada tahun 2019. Pelatihan pendidikan seks ini diberi nama “GASIRA Muda Champion”, bertujuan untuk melatih siswa-siswi SMP kelas 8 agar dapat menjadi peer-supporter di skolah masing-masing. Ada tiga sekolah yang dipilih untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini, dan sebelumnya ketiga Sekolah ini pernah mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh GASIRA yaitu pelatihan pendidikan seks untuk Guru dan kegiatan “Lomba Mading” bagi siswa-siswi SMP.
Pelatihan ini seharusnya dilaksanakan pada bulan Juni 2020, namun pandemi COVID-19 melanda dan siswa-siswi harus belajar belajar daring dari rumah. Kegiatan “GASIRA Muda Champion” baru dapat dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2021 secara online. Jumlah peserta kegiatan ini adalah sembilan orang yang terdiri dari tiga siswa dan enam siswi, tiap-tiap Sekolah diwakilkan oleh tiga peserta.
Untuk menentukan peserta yang akan mengikuti kegiatan ini, tim GASIRA Muda Champion melakukan seleksi terhadap siswa-siswi yang telah mendaftar melalui e-form. Sekalipun semua hal dilakukan secara online, antusiasme peserta dalam mengikuti kegiatan ini sangat tinggi, terlihat dari jumlah peserta yang mendaftar sebanyak 20 orang. Akan tetapi, sejak semula GASIRA sudah menetapkan bahwa jumlah peserta yang dapat mengikuti kegiatan ini hanya sembilan orang, dengan tujuan sembilan peserta akan dijadikan “Champion” dan dilatih secara intensif sehingga proses pelatihan akan lebih fokus.
Sebelum memulai pelatihan ini, GASIRA mengundang orang tua dan menjelaskan tentang tujuan kegiatan, pentingnya pendidikan seks serta menampilkan data kekerasan seksual di Kota Ambon. Edukasi pendidikan seks sangat penting diberikan kepada remaja sebagai upaya pencegahan kekerasan seksual terhadap anak. Penampilan data kekerasan terhadap anak sangat penting sebagai bukti bahwa angka kekerasan terhadap anak tinggi. Ini menunjukkan bahwa anak rentan terhadap kekerasan termasuk kekerasan seksual. Sebagai lembaga layanan, GASIRA menangani anak korban kekerasan di mana mayoritas pelakunya adalah orang-orang terdekat yang dikenali oleh korban seperti ayah kandung, paman, pacar, ataupun tetangga. Beberapa korban yang ditangani itu tidak hanya mengalami kekerasan sekali, tetapi mengalaminya secara berulang.
Alasan lain mengapa pendidikan seks penting diberikan untuk remaja, agar remaja juga memiliki rasa empati terhadap teman atau keluarga yang menjadi korban kekerasan. Suatu ketika, saat staf GASIRA mengantar anak korban perkosaan kembali ke rumahnya, anak-anak di lingkungan sekitar rumahnya meneriaki dia sepanjang gang dengan kalimat “eh itu dia anak yang diperkosa bapaknya”. Hal ini membuktikan bahwa, di lingkungan tempat tinggal tidak memiliki empati dan kepekaan untuk berpihak pada korban. Ini menunjukkan minimnya pemahaman masyarakat tentang peristiwa kekerasan seksual sebagai sebuah kejahatan dan pentingnya keberpihakan pada korban.
Hal-hal di atas menjadi latar belakang untuk GASIRA menentukan pokok-pokok bahasan dalam pelatihan GASIRA Muda Champion. Di mulai dengan memaparkan fakta kekerasan terhadap anak di Kota Ambon, kemudian penjelasan tentang pengertian, bentuk dan jenis kekerasan, serta dampak kekerasan bagi anak. Selain pengetahuan tersebut, peserta dilengkapi juga dengan keterampilan tentang bagaimana memberi pertolongan bagi teman yang mengalami kekerasan ataupun apabila terjadi pada diri sendiri. Termasuk juga di dalamnya materi tentang consent, terutama hak remaja atas otoritas tubuh mereka sendiri.
Siswa-siswi ini juga dilengkapi dengan pemahaman tentang membangun hubungan yang sehat dan bagaimana mengenali hubungan yang toxic. Mengacu pada kasus yang ditangani GASIRA, dalam kasus kekerasan personal pelaku kekerasan adalah pacar atau teman dekat. Hal ini dikarenakan adanya ketimpangan relasi kuasa, sehingga satu pihak merasa berkuasa atas pasangannya. Inilah mengapa saat ini istilah toxic relationship menjadi terkenal dan sering digunakan untuk melambangkan suatu hubungan yang tidak sehat. Dan untuk menghindarinya, maka edukasi tentang hubungan yang baik dan sehat sangatlah penting.
Selain edukasi, dibutuhkan juga keterampilan seseorang untuk menjadi bystander aktif. Yang dimaksud sebagai bystander aktif adalah seseorang yang mengambil inisiatif untuk menolong teman, tetapi juga tetap memikirkan keselamatan diri mereka sendiri. Hal ini penting untuk menghindari kecenderungan orang menjadi bystander pasif yaitu seseorang yang merasa bahwa urusan di ranah domestik adalah urusan pribadi sehingga tidak mau ikut campur. Padahal, jika kita dapat menjadi seorang bystander aktif, kita bisa menolong korban dari keadaan yang sedang dialaminya. Para peserta pelatihan GASIRA Muda Champion ini disebut “Champions” dengan harapan setelah mengikuti kegiatan ini, peserta dapat kembali ke Sekolah dan menjadi seorang bystander aktif.
Dalam pendidikan seks ini, peserta diberi materi tentang kesehatan reproduksi remaja yang tujuannya dikaitkan dengan kekerasan seksual pada remaja. Sekalipun peserta sudah mendapat pelajaran kesehatan reproduksi di Sekolah, tetapi dalam pembahasan kesehatan reproduksi dalam kaitan dengan kekerasan seksual seperti pemerkosaan tidak menjadi fokus. Sehingga dalam pendidikan seks ini, pembahasan diperkaya dengan melihatnya dalam kasus pelecehan seksual dan perkosaan.
Pada hari terakhir dalam kegiatan ini, peserta diajak untuk dapat mengevaluasi dan merefleksikan apa saja yang telah dipelajari selama proses pelatihan berlangsung. Kendala yang dialami adalah setelah pelatihan pendidikan seks ini berakhir, sekolah masih belum dibuka sehingga para “Champions” tidak dapat menjalani peran mereka sebagai peer-supporter. Untuk itu, pada Januari 2022, GASIRA mengadakan Workshop Pendidikan Seks bagi siswa-siswi SMP dengan mengundang para champions, guru, dan juga siswa-siswi kelas 7 dari tiga SMP yang sama. Dalam workshop ini, champions diajak untuk dapat berbagi cerita selama mengikuti kegiatan “GASIRA Muda Champion” dan juga sebagai refleksi dan evaluasi ke depan.
Keterlibatan peserta kelas 7 adalah untuk memperkenalkan champions dan juga memberikan pengertian awal mengenai pendidikan seks. Peserta yang mengikuti workshop ini sangat aktif bahkan tidak malu-malu dalam bertanya ataupun berbagi cerita dan pengalaman. Harapan mereka ke depan agar mereka juga bisa dilatih untuk dapat menjadi champions di sekolah dan juga GASIRA dapat melibatkan sekolah lain dalam pelatihan ini.