Saling Menopang: Kehidupan Selaras Perempuan dan Laki-Laki Kahayya
Penulis : Basmawati Haris

Hari masih pagi ketika ibu Eni menyiapkan sarapan untuk keluarganya sebelum ia berjalan bersama suami menuju kebun kopi. Di kebun, mereka memetik biji kopi merah yang telah matang dengan sabar, lalu membawanya pulang untuk dipilah. Setelah itu, biji kopi dijemur di halaman hingga kering. Sore hari, setelah urusan kebun dan kebun kopi selesai, Bu Eni mengurus kebun sayur kecil di belakang rumah. Dari sanalah keluarganya mendapat sayuran segar tanpa harus membeli. Ia pun tak lupa menyiapkan seikat rumput untuk diberikan kepada sapi peliharaannya.

Kopi merupakan komoditas utama di Desa Kahayya. Karena itu, mata pencaharian utama di desa ini adalah bertani kopi. Saat pembukaan lahan, penanaman hingga pemeliharaan tanaman, para lelaki akan lebih banyak bekerja di kebun. Desa ini pun akan tampak tenang dan lengang. Para ibu-ibu menyiapkan bekal untuk suami mereka ke kebun, juga bagi anak mereka ke sekolah. Lalu beraktivitas di kebun pekarangan dan mengurus ternak.

Berbagai peran ini, bagi perempuan di Desa Kahayya adalah bagian dari hidup mereka. Tangan yang sama bisa memegang sendok, cangkul, biji kopi, hingga rumput untuk ternak. “Kalau kami berhenti, rumah ini juga berhenti.” kata Bu Eni. Ucapannya sederhana, tetapi menyiratkan kebenaran. Tanpa peran perempuan, banyak rumah tangga di Desa Kahayya tidak akan sanggup bertahan.

Kahayya adalah sebuah desa yang asri di pegunungan Kindang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Pada banyak daerah di Sulawesi-Selatan, laki-laki memegang peranan sebagai pencari nafkah utama. Sedangkan perempuan umumnya mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak, mengurus anak dan membersihkan rumah. Namun, di Kahayya, laki-laki dan perempuan bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Kontribusi perempuan tampak nyata di setiap sudut Kahayya. Mulai dari dapur yang berasap, kebun kopi yang rimbun, hingga jalan tani yang ramai. Di Kahayya perempuan memegang peran penting dalam menjaga kehidupan sehari-hari. Perempuan berperan pentingnya mengasuh keluarga, mengelola ekonomi rumah tangga, sekaligus menjaga harmoni sosial. 

Di masa-masa sebelum panen ini, masyarakat Desa Kahayya akan banyak memanfaatkan tanaman pekarangan mereka. Dari kebun sederhana di pekarangan itu lahir bahan pangan sehari-hari seperti ubi, labu, tomat, cabai, dan sayuran. Hasilnya untuk kebutuhan dapur sehari-hari, menambah variasi makanan, dan menjadi penopang keluarga ketika hasil dari penjualan kopi belum ada. Di samping itu, ada ternak. Masyarakat banyak memelihara sapi, terutama sebagai tabungan hidup untuk anak mereka bersekolah, menikah atau di masa-masa paceklik. Mengurus kebun di pekarangan dan memberi makan ternak ini banyak dikerjakan oleh perempuan. Sementara para lelaki di kebun mengurus tanaman kopi. Selain kopi, mereka juga menanam buah-buahan seperti markisa dan rambutan, juga memanen madu hutan sembari menunggu masa panen kopi.

Jika masa panen tiba, di sinilah kita akan melihat kebun-kebun menjadi ramai karena perempuan dan laki-laki akan berada di kebun untuk memetik kopi. Setelah dipetik, para perempuan pun banyak berperan dalam sortasi kopi, hingga pengolahan pasca panen. Kopi-kopi yang telah dipetik akan dipilah dan dipisahkan berdasarkan kualitas fisik seperti ukuran, bentuk, warna, kepadatan, dan kematangannya. Proses pun akan berlanjut dari pengupasan, penjemuran sampai pengemasan. Proses panjang dari kopi Kahayya mulai dari ditanam hingga siap kita seduh, ada tangan-tangan seluruh masyarakat desa di dalamnya.

Seperti inilah masyarakat di Kahayya melewati kehidupan sehari-hari. Di samping bekerja di kebun, tentu saja ada anak-anak pula yang harus didampingi bertumbuh. Untuk menyiapkan makanan dan keperluan anak-anak sebelum ke sekolah, perempuanlah yang banyak berperan. Berbagai peran ini sudah menjadi bagian dari keseharian perempuan Kahayya. Bagi mereka, rumah dan kebun tak dapat dipisahkan karena keduanya merupakan ruang hidup yang sama-sama harus dijaga.

Jika selama ini kita menganggap bahwa keberhasilan ekonomi keluarga adalah karya dan kerja keras dari laki-laki, namun di Kahayya kita bisa melihat bahwa setiap peran itu penting dalam menopang kehidupan keluarga. Laki-laki dan perempuan, sama-sama memiliki peran yang penting. 

Pola kerja ini menunjukkan kerja sama yang saling melengkapi antara laki-laki dan perempuan. Latar sosial budaya Kahayya turut membentuk pola ini. Perempuan dipandang sebagai penjaga rumah tangga dan kebun, dua ruang yang tidak pernah benar-benar terpisah. 

Budaya gotong royong, yang dalam bahasa setempat dikenal dengan abbatti, sangat kuat di Desa Kahayya. Dalam kegiatan-kegiatan desa seperti dalam acara perayaan adat atau hajatan, pembagian peran mereka akan tampak. Perempuan menjadi yang utama dalam persiapan konsumsi dan logistik, sementara laki-laki mengurus tenda, perlengkapan, dan hal-hal teknis lainnya. Semuanya bergerak dalam keseimbangan peran. Tidak saling menindih, tetapi saling meneguhkan. 

Begitu pula dalam berbagai kegiatan pembangunan fisik di desa yang diinisiasi oleh masyarakat seperti perbaikan jalan atau saluran air. Para laki-laki akan bekerja bersama, sementara perempuan berkumpul menyiapkan konsumsi. Pada saat yang sama, perempuan pun kini mulai berpartisipasi dalam musyawarah desa. Pendapat mereka dalam musyawarah perencanaan desa memberi perspektif dalam hal pendidikan dan perekonomian keluarga. Suara mereka menjadi salah satu penentu dalam berbagai program desa.

Kebiasaan yang diwariskan menempatkan perempuan sebagai pengikat keluarga dan komunitas. Perempuan Kahayya adalah pilar yang ikut menopang kehidupan desa, bukan hanya dalam perekonomian, tapi juga kehidupan sosial. 

Karena perempuan yang memastikan dapur tetap hidup, maka ialah yang paling tahu ketika perekonomian keluarga sedang bermasalah. Ia akan tahu jika kekurangan bahan untuk mengepulkan dapur. Ia juga ikut memastikan kebun tetap terurus, ternak tetap terjaga, dan anak-anak tumbuh dengan baik. Dari tangan-tangan mereka, Kahayya berdiri bukan hanya sebagai desa penghasil kopi, tetapi juga sebagai ruang kehidupan yang dijaga dengan kesabaran, ketekunan, dan cinta.

Kekuatan sebuah desa, seperti Kahayya, tidak hanya lahir dari tanah dan kebunnya, tetapi juga dari kerja sama perempuan dan laki-laki yang merawatnya bersama. Menghadirkan kehidupan yang terus tumbuh dan penuh harapan. Laki-laki dan perempuan di Desa Kahayya, mereka hidup berdampingan. Bekerjasama dan saling menopang.

 

Tentang Penulis :

Basmawati Haris adalah founder Rumah Baca Pinisi dan pegiat literasi di Bulukumba. Ia aktif menggerakkan kegiatan membaca, pemberdayaan perempuan desa, serta pendampingan anak muda dan pelaku UMKM. Tulisan-tulisannya banyak menyoroti filantropi lokal, peran perempuan, dan transformasi sosial di desa.

 

Submission Agreement

Terimakasih atas  ketertarikan Anda untuk mengirimkan artikel ke BaKTINews. Dengan menyetujui pernyataan ini, Anda memberikan izin kepada BaKTINews untuk mengedit dan mempublikasikan artikel Anda di situs web dan situs afiliasinya, dan dalam bentuk publikasi lainnya.
Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.  Redaksi akan mempromosikan artikel Anda melalui situs kami dan saluran media sosial kami.
Dengan mengirimkan artikel Anda ke BaKTINews dan menandatangani kesepakatan ini, Anda menegaskan bahwa artikel Anda adalah asli hasil karya Anda, bahwa Anda memiliki hak cipta atas artikel ini, bahwa tidak ada orang lain yang memiliki hak untuk ini, dan bahwa konten Artikel Anda tidak mencemarkan nama baik atau melanggar hak, hak cipta, merek dagang, privasi, atau reputasi pihak ketiga mana pun.

Anda menegaskan bahwa Anda setidaknya berusia 18 tahun dan kemampuan untuk masuk ke dalam kesepakatan ini, atau bahwa Anda adalah orang tua atau wali sah dari anak di bawah umur yang menyerahkan artikel.
 
Satu file saja.
batasnya 24 MB.
Jenis yang diizinkan: txt, rtf, pdf, doc, docx, odt, ppt, pptx, odp, xls, xlsx, ods.