Jantung Korlina Lali Wunga berdebar saat penghitungan suara setelah pemilihan Kepala Desa Tanggaba di kantor desa setempat pada 30 Juni 2021. Korlina, satu-satunya perempuan dari lima orang yang mencalonkan diri sebagai Kepala Desa (Kades). Beliau tak pernah menyangka meraih suara terbanyak dalam pesta demokrasi di desanya. Selisih jumlah suara beliau dengan kontestan urutan kedua hanya tiga suara. Korlina memperoleh 176 suara.
“Saya bilang kalau menang bersyukur, kalah juga bersyukur. Hati tidak tenang saat suara dihitung. Tidak pernah menyangka dan puji syukur, terima kasih Tuhan,” kata Korlina saat ditemui di rumahnya di Desa Tanggaba, Kecamatan Wewewa, Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur.
Pemilihan Kades Tanggaba saat itu menjadi peristiwa bersejarah. Korlina merupakan satu-satunya pemimpin perempuan sejak tahun 1996. Korlina dilantik sebagai Kades pada 10 Januari 2022. Sebelas Kades sebelumnya adalah laki-laki. Bagi Korlina, mencalonkan diri sebagai Kades tidaklah mudah. Semula ia ragu-ragu untuk maju dalam kontestasi politik tersebut. Budaya patriarki atau menempatkan laki-laki sebagai otoritas utama atau sentral di desa ini masih sangat kuat. Sebagian warga melihat perempuan tak layak memimpin dengan alasan bila malam hari, ia tidak bisa cekatan bergerak ke sana kemari bila ada masalah. Sepekan sebelum pemilihan Kades, Korlina jatuh sakit. Beliau sempat ingin menyerah. Tapi, dukungan keluarga dan masyarakat membuatnya yakin dan memantapkan diri untuk maju. Saat ia terpilih, keluarga dan sejumlah warga menangis karena terharu. Dalam memimpin, Karolina cakap merangkul lawan politiknya. Dia melibatkan rival dan pendukungnya untuk masuk dalam jajaran struktural pemerintah desa. Kepala Seksi Pemerintahan yang ia tunjuk yaitu Martinus Malo Rande, merupakan calon Kades yang menjadi rival Karolina.
Beliau juga menunjuk Kepala Urusan Umum yaitu Damiana Nuna Bani. Damiana saat pemilihan Kades tak memilih Karolina karena anak saudara dari Damiana merupakan rival Karolina yang juga ikut mencalonkan diri. Dua anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Tanggaba juga perempuan dan satu perempuan menjadi operator desa. Kerja sama membangun Desa Tanggaba menjadi alasan utama Korlina merangkul lawan-lawan politiknya. “Mereka saya ambil (rekrut) karena punya kemampuan,” tuturnya.
Salah satu misi Mama Desa (panggilan bagi Kades Perempuan di Sumba Barat Daya) adalah menambah jaringan listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan non-PLN melalui pelayanan kampung atau rumah/desa bercahaya. Setelah setahun menjabat, perempuan berusia 51 tahun itu berjibaku mengajukan penyediaan meteran listrik ke Pemkab Sumba Barat Daya dan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Desa ini memiliki 1.585 jiwa. Korlina mengusulkan pengadaan meteran listrik untuk 124 kepala keluarga (KK). Usulan itu dipenuhi secara bertahap yakni 50-unit pada 2022 dan 75 kepala keluarga pada 2023. Mama Desa bersama jajaran aparat desa lainnya juga mengurus penampungan air hujan. Sebelum dipimpin Mama Desa, Desa Tanggaba minim penerangan listrik sehingga menghambat warga setempat untuk beraktivitas saat malam hari termasuk anak belajar. Hanya segelintir warga atau kurang dari 10 KK yang teraliri listrik. Untuk mengatasinya, warga hanya menggunakan penerangan seadanya yakni lampu teplok atau lampu minyak.
Selain penerangan dan ketersediaan air, Korlina juga punya perhatian terhadap bidang pendidikan. Sesuai visi misinya, yakni mewujudkan wajib belajar 12 tahun dan pendidikan berkarakter. Mama Desa menaikkan alokasi anggaran tutor Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dari Rp 200.000 menjadi Rp 250.000 untuk setiap tutor setiap bulan. Selain itu, Pemdes Tanggaba juga menambah jumlah sekolah dan tutor PAUD. Di desa Tanggaba, ada empat tutor yang mengampu siswa. Mereka bekerja selama dua hingga tiga kali setiap pekan. Satu kali mengajar membutuhkan waktu satu jam. Penambahan sekolah PAUD dan tutor itu menurut Korlina sesuai usulan warga melalui musyawarah dusun. “Kami tambah supaya akses pendidikan anak-anak lebih mudah,” ujar Korlina.
Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) Tanggaba, Pemdes setempat mengidentifikasi salah satu persoalan yang menghambat kemajuan desa sekaligus menjadi permasalahan selama bertahun-tahun. Tingginya angka kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suami dan kekerasan orang tua terhadap anak menjadi bagian dari masalah yang mereka petakan. Menurut Korlina, pemetaan masalah ini muncul setelah dirinya mengikuti pelatihan penyusunan Perdes Inklusi dan Kesetaraan Gender yang diselenggarakan Yayasan SATUNAMA pada 12-15 Oktober 2022 di Tambolaka. Pelatihan tersebut menambah pengetahuannya tentang ketimpangan gender, kekerasan terhadap perempuan, dan kekerasan terhadap anak. Tim SATUNAMA memberikan pelatihan tentang pemetaan kasus kekerasan terhadap perempuan di desa, cara menyelesaikannya, dan mengantisipasi agar tidak terulang.
Korlina menyebutkan untuk mengatasi kasus kekerasan dalam rumah tangga, beliau dan aparat desa menggunakan pendekatan personal atau kekeluargaan kepada pasangan suami istri yang sedang bertengkar. Korlina juga berjanji segera memberikan SK Pengurus Forum Anak Desa untuk mewadahi hak partisipasi anak-anak dan menekan kasus kekerasan terhadap anak-anak. Ia punya resep untuk melibatkan perempuan dan anak berpartisipasi dalam pembangunan desa. Korlina berbaur dengan mama-mama melalui jalur arisan di dusun, acara kematian, pesta adat, perkumpulan gereja, kelompok tani perempuan, kelompok penenun, dan pembinaan kesejahteraan keluarga.
Melalui arisan dan upacara kematian, Korlina bisa mengetahui masalah yang dihadapi warganya. Beliau mencontohkan keluhan tentang kasus kekerasan terhadap perempuan yang kerap muncul dalam pertemuan tersebut. Korlina biasanya mengutus perangkat desa untuk turut membantu warganya yang mengalami kekerasan, misalnya mendatangi rumahnya dan memberikan teguran kepada lelaki yang melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Ketangkasan Korlina dalam mengatasi persoalan masyarakat dengan cara terjun langsung tersebut membuat warga semakin percaya terhadap kepemimpinannya.
Kepala Urusan (Kaur) Umum, Damiana Nuna Bani menyatakan kepemimpinan perempuan berpengaruh terhadap prioritas program desa. Menurut Damiana, pemimpin perempuan dalam mengambil kebijakan turut melihat kebutuhan perempuan. Damiana merupakan keluarga rival politik Mama Desa saat pemilihan kades. Damiana adalah saudara dari salah satu calon Kades. Beliau bersedia menjadi Kaur Umum dengan alasan mendukung program desa.
“Saya tidak bisa buang muka. Mama desa yang mulia hatinya ingin bangun desa dan minta saya kerja sama,” ujar Damiana.
Perubahan kebijakan yang ia rasakan terasa pada layanan kesehatan. Pemdes melalui dana desa kini menaikkan alokasi anggaran honor kader Posyandu dari 100 ribu rupiah menjadi 200 ribu rupiah. Desa Tanggaba kini memiliki 15 kader Posyandu yang tersebar di tiga dusun. Penambahan honor kader Posyandu itu dilakukan setelah muncul usulan melalui musyawarah dusun.
Tugas kader Posyandu menurut Damiana yang pernah menjadi kader Posyandu sejak 1993, sangat berat. Kader Posyandu menjadi ujung tombak Dinas Kesehatan dan bertanggung jawab menemui warga yang menjadi sasaran pelayanan, yakni ibu yang sedang hamil, ibu bayi, ibu balita, dan ibu yang sedang menyusui. Mereka memberikan penyuluhan gizi kepada masyarakat dan mengumpulkan data. Kehadiran Korlina membawa angin segar dan memberi dampak karena kepemimpinan sebelumnya menurut Damiana tidak memperhatikan kebutuhan biaya transportasi kader atau hanya sebagai tenaga sukarela. “Saya pernah omong di forum bahwa Kepala Desa sebelumnya tidak perhatikan kader Posyandu,” ujar Damiana.
Masalah kesehatan lainnya yang patut menjadi perhatian adalah stunting pada balita. Di Desa Tanggaba, terdapat 20 kasus stunting pada balita. Untuk menekan angka stunting, Pemdes memberikan layanan makanan tambahan di Posyandu. Kementerian Kesehatan mengumumkan hasil Survei Status Gizi Indonesia tentang prevalensi stunting tahun 2022. Hasilnya menunjukkan bahwa NTT menempati posisi pertama dengan angka 35,5 persen. Sekretaris Desa Tanggaba, Darius Malo, menyebutkan bahwa Pemdes punya pekerjaan yang menanti yakni menyusun SK Pengurus Forum Anak Desa dan pembentukan Karang Taruna di desa itu. Ia berharap SATUNAMA mendampingi desanya dalam proses penyusunan SK Pengurus Forum Anak Desa dan Karang Taruna.
Sebagai permulaan, Pemdes berencana membuat kegiatan olahraga bola voli untuk melibatkan anak-anak desa dan kalangan muda. Pembentukan Karang Taruna menjadi bagian penting dari komitmen menjalankan misi desa yakni mengembangkan bakat dan minat masyarakat desa dengan keterlibatan kelompok anak-anak dan muda-mudi desa melalui lomba desa. Sebagai satu-satunya perempuan yang memimpin desa dari lima desa yang didampingi Yayasan SATUNAMA, Korlina Lali Wunga menjadi contoh baik kepemimpinan perempuan. Korlina punya peran penting mengikis budaya patriarki dan memberikan kesempatan yang setara bagi perempuan untuk terlibat aktif dalam pembangunan desa. Mama Desa juga menjadi salah satu pemimpin yang berkomitmen dalam mewujudkan Desa Tanggaba sebagai Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA).
Yayasan SATUNAMA didukung oleh William & Lily Foundation mendorong lebih banyak kepemimpinan perempuan desa di Sumba Barat Daya sebagai bagian dari afirmasi perempuan. Jumlah perempuan yang menjabat posisi strategis dalam pengambilan kebijakan desa di Sumba Barat Daya masih jauh dari setara. Mama Desa menjadi antitesis kepemimpinan perempuan di Sumba Barat Daya. Korlina menunjukkan bahwa perempuan juga mampu menjadi pemimpin wilayah.
Sumber: https://wlf.or.id/id/news-and-stories-id/rekonsiliasi-politik-ala-mama-korlina-dari-desa-tanggaba/