Sore itu, Milka Galla tengah berkutat dengan kain dan benang. Hari hampir gelap, namun pesanan jahitannya harus segera diselesaikan. Milka Galla adalah seorang difabel, sehari-hari ia menggunakan tongkat untuk berjalan. Namun kondisi itu tidak menyurutkan niatnya. Ia membuka sebuah kios jahit di bawah rumah panggungnya yang terletak di Lembang Tumbang Datu, Kecamatan Sangalla, Kabupaten Tana Toraja.

Milka Galla dan aktivitas sehari-harinya
Hasil jahitannya yang rapi pun membuat ia menjadi populer dan bahkan kerap menerima orderan jahit dalam jumlah besar. Milka menunjukkan bahwa dengan kecakapan yang dimiliki serta potensi yang dikembangkan, difabel pun bisa berdaya.
Difabel di Kabupaten Tana Toraja berdasarkan hasil pendataan terakhir dari Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia cabang Tana Toraja berjumlah sekitar 200 orang. Mereka tersebar di berbagai wilayah yang ada di Tana Toraja dengan ragam disabilitas baik fisik maupun intelektual.

Milka Galla sedang menjahit di rumahnya.
Di Kabupaten Tana Toraja, keberadaan difabel tampaknya telah mendapat perhatian oleh pemerintah. Terlihat dengan disahkannya Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2023 tentang Kabupaten Inklusif dan Perlindungan Penyandang Disabilitas. Perda ini merupakan salah satu hasil advokasi Program INKLUSI-BaKTI bersama YESMa sebagai mitra di daerah dengan Pemerintah Kabupaten Tana Toraja.
Perda Kabupaten Inklusif dan Perlindungan Penyandang Disabilitas ini sendiri bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang inklusif, adil, dan makmur, serta menghormati hak asasi manusia dan martabat setiap individu, termasuk penyandang disabilitas. Lebih lanjut, perda ini bertujuan untuk menjamin pemenuhan hak-hak dasar, memungkinkan partisipasi penuh dan efektif dalam kehidupan sosial dan ekonomi, serta memastikan semua orang dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
Pemerintah Kabupaten Tana Toraja juga telah membentuk Unit Layanan Disabilitas (ULD) Bidang Ketenagakerjaan dan Bidang Pendidikan. Kedua unit ini dibentuk dengan tujuan menyediakan layanan bagi teman-teman difabel agar memperoleh kesempatan yang sama dalam bidang ketenagakerjaan maupun bidang pendidikan.
Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) cabang Tana Toraja pun dibentuk pada Desember 2024 untuk menjadi wadah bagi para difabel di Kabupaten Tana Toraja bisa berkontribusi dalam pembangunan daerah di Kabupaten Tana Toraja. Pembentukan PPDI ini merupakan langkah penting untuk mendukung inklusifitas dan kesetaraan bagi penyandang disabilitas di Tana Toraja. Dengan adanya PPDI, diharapkan penyandang disabilitas dapat lebih aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pembangunan dan mendapatkan akses yang lebih luas terhadap berbagai fasilitas dan layanan publik.
Selain itu, pembentukan PPDI juga menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menghargai dan mendukung hak-hak penyandang disabilitas. Dengan adanya PPDI, diharapkan penyandang disabilitas di Tana Toraja dapat hidup dengan lebih layak dan mandiri, serta berkontribusi aktif dalam pembangunan daerah.
Friedrich Suselisu, Ketua PPDI Kabupaten Tana Toraja sendiri terus berupaya mendorong teman-teman difabel untuk mau mengembangkan potensi yang dimilikinya. Frederich sendiri mengalami disabilitas fisik yaitu low vision, namun kondisi tersebut tidak menghalanginya untuk terus bergerak. Ia sendiri juga menjabat sebagai Ketua Forum Media INKLUSI di Kabupaten Tana Toraja.
“Mengalami disabilitas itu sebenarnya ya harus kita terima dengan lapang, karena semua orang berpotensi menjadi disabilitas. Keterbatasan ini kan bisa kita lalui dengan cara, dengan bantuan alat bantu misalnya, untuk kita bisa jadi berdaya.” Papar Frederich.

Frederich Suselisu, Ketua Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) cabang Tana Toraja
Sebagai ketua PPDI di Tana Toraja, ia berupaya memastikan bahwa seluruh difabel di Tana Toraja ini bisa dijangkau. “Tantangannya adalah kondisi wilayah karena mereka banyak tersebar di pinggiran-pinggiran dan belum terjangkau dengan sarana komunikasi sehingga mereka tidak mengikuti perkembangan. Kami terus sosialisasikan lembaga ini agar mereka tahu bahwa keberadaan lembaga ini untuk mewadahi sekaligus menggerakkan mereka untuk mendapatkan perhatian yang lebih baik dari pemerintah.” Ungkap Frederich. Pihaknya hingga kini masih terus melakukan pendataan untuk memastikan jumlah dan posisi difabel di Tana Toraja serta seperti apa kondisi dan potensinya agar sentuhan yang diberikan pun tepat sasaran.
“Kondisi disabilitas di Tana Toraja ini rata-rata memiliki potensi. Tinggal bagaimana kita mendata mereka untuk kita petakan berdasarkan potensi mereka untuk bisa kita fasilitasi untuk mendapatkan perhatian dari pemerintah dan bisa berdaya.” Dalam hal ini, data pun menjadi satu kebutuhan yang sangat penting. Membangun dengan data yang tepat akan menghasilkan pembangunan yang tepat sasaran pula.
“Kita berupaya bagaimana kita bisa memfailitasi untuk bisa mendapatkan alat bantu dan akomodasi yang layak bagi mereka agar mereka bisa berdaya dan melanjutkan kehidupan mereka ke arah yang lebih baik.” Sambungnya.
Frederich tak henti-hentinya memberikan semangat dan dukungan bagi teman-teman difabel di Kabupaten Tana Toraja. “Keterbatasan ini menjadi semangat bagi kita untuk bagaimana kita melengkapi diri kita dengan berbagai kecakapan-kecakapan berdasarkan potensi yang dimiliki.” Ungkapnya.
Selain keinginan besar dari para difabel untuk berkembang, tentu hal tersebut harus dibarengi pula dengan ketersediaan fasilitas dan akomodasi yang layak untuk mereka sesuai dengan kebutuhannya. Karena itu berbagai program pemerintah diharapkan dapat menyentuh semua kalangan melalui layanan yang inklusif.
“Kita juga mendorong bagaimana fasilitas umum dan pelayanan publik untuk bisa ramah disabilitas agar memudahkan mereka mendapat pelayanan.” Papar Frederich. Ketersediaan layanan yang inklusif menjadi salah satu faktor penting untuk mendorong peningkatan potensi bagi difabel. “Bagaimana kita mau mewadahi dan memfasilitasi menghadirkan pemerintah daerah untuk lebih berpihak kepada mereka. Bukan sekedar memberi perhatian tapi ada keberpihakan. Kita mau menghadirkan paradigma berpikir bahwa perhatian terhadap disabilitas ini sangat dibutuhkan untuk menghadirkan Kabupaten Inklusif.” Tambahnya.
Semoga, dengan berbagai upaya yang dilakukan berbagai pihak mulai dari Pemerintah Kabupaten Tana Toraja, dukungan dari berbagai lembaga termasuk Program INKLUSI-BaKTI di Tana Toraja yang bermitra dengan YESMa, juga berbagai organisasi masyarakat seperti PPDI bisa menjadi sebuah kolaborasi yang apik untuk mewujudkan Kabupaten Tana Toraja yang inklusif.
“Semoga teman-teman disabilitas bisa memperoleh kesempatan yang sama sebagai warga negara, baik dalam pelayanan pemerintahan maupun pelayanan pembangunan, termasuk dalam mewujudkan hak-hak kita sebagai warga negara.” Pungkas Frederich menyampaikan harapannya.
Info Lebih Lanjut:
Cerita tentang Menjangkau Difabel di Kabupaten Tana Toraja juga dapat Anda simak melalui Podcast Basuara di kanal Youtube Yayasan BaKTI pada link https://youtu.be/hLQOxiNxs0o?si=Ig2shT_nVgRRmjil