Mengubah Minyak Jelantah Menjadi Biodiesel di Makassar
Penulis : Eko Rusdianto
  • Foto: Yusuf Ahmad/Yayasan BaKTI
    Foto: Yusuf Ahmad/Yayasan BaKTI

Minyak jelantah menjadi persoalan yang kompleks, telah diketahui sejak lama namun tak memiliki jalan keluar. Di Kota Makassar setidaknya sebanyak 17 ton minyak bekas pakai atau minyak jelantah dapat dihasilkan setiap hari dari rumah tangga, hotel, restoran, dan pabrik makanan. Ini tentu persoalan lingkungan yang sangat serius.

Di tangan pihak yang tak bertanggung jawab, minyak jelantah ini kemudian berubah wujud menjadi minyak goreng curah berwarna lebih jernih setelah dicampurkan dengan H2O2 (hydrogen peroxida) dan dipanaskan. “H2O2 itu adalah racun. Kami biasa menggunakannya untuk bahan bakar roket cair. Minyak bekas pun sudah beracun. Jadi racun bercampur racun. Inilah yang banyak dikonsumsi masyarakat,” kata Andi Hilmy Mutawakkil yang kerap disapa Hilmy.

Minyak jelantah menjadi persoalan yang kompleks sejak dulu, selain tak bisa dikonsumsi karena beracun jika dibuang akan mencemari tanah dan air, GEN Oil mengubahnya menjadi biodiesel
Minyak jelantah menjadi persoalan yang kompleks sejak dulu, selain tak bisa dikonsumsi karena beracun jika dibuang akan mencemari tanah dan air, GEN Oil mengubahnya menjadi biodiesel
Foto: Yusuf Ahmad/Yayasan BaKTI


Hilmy adalah seorang anak muda, mahasiswa antropologi di Universitas Negeri Makassar. Ia melakukan beragam penelitian ilmiah sejak SMA dan saat itu  bercita-cita membuat sumber energi terbarukan. Bersama Andi Haswawi, kawan karibnya di Kabupaten Pangkep, mereka melakukan berbagai percobaan untuk menguji berbagai metode mengubah minyak jelantah menjadi biodiesel. Setamat SMA, kelompok peneliti ini menyelesaikan riset dan memulai usaha energi terbarukan di Makassar.

Setelah mendapatkan suntikan modal sebanyak 3,5 juta rupiah, mereka mulai memproduksi biodiesel. Bahan bakunya diperoleh dari penjual gorengan pinggir jalan. Sebanyak 30 liter minyak jelantah diolah menghasilkan 30 liter biodiesel juga. Berbekal modal dari kocek masing-masing dan setumpuk kenekatan, Hilmy, Fauzi, Aswawi, dan memulai usaha yang mereka sebut super keren karena bergerak dibidang energi.

Beragam tantangan dihadapi demi usaha super keren ini. Untuk membangun sebuah perusahaan biodiesel, dibutuhkan pabrik skala besar, modal yang besar dan perputaran uang yang bergerak cepat. Kumpulan anak muda yang merasa keren ini tak kenal lelah mendekati beragam institusi untuk mendapatkan modal yang dibutuhkan. Tentu saja, ini bukanlah hal yang mudah.

Berkali-kali Hilmy dan kawan-kawan melakukan presentasi mengenai rencana perusahaan. Banyak yang tertarik dengan konsep besar mereka. Tapi dua syarat utama, minimal usia 21 tahun dan berstatus sudah menikah, membuat nama mereka yang masih berusia 19 tahun saat itu tercoreng dari list penerima dana dukungan dari beragam institusi perbankan.

Hilmy dan kawan-kawan percaya, ada seribu jalan ke Roma. Hubungan antar perkawanan adalah salah satunya. Enam orang kemudian bergabung di awal 2015. Pada bulan Maret di tahun itu, perusahaan atas nama Garuda Energi Nusantara (GEN Oil) akhirnya berdiri setelah berhasil menghimpun 500 juta rupiah dari kawan-kawan yang memberi dana 100 juta rupiah, tanah, motor, mobil, laptop, termasuk menggadaikan barang berharga.

Mengandalkan Preman
Kapasitas produksi pabrik GEN Oil saat baru berdiri dapat mencapai 2 ton per hari, namun kenyataan produksinya 500 liter per hari. Karena pasokan bahan baku yang tersedia tidak sebanyak kapasitas pabrik menghasilkan biodiesel.

Walaupun minyak jelantah banyak dihasilkan dari rumah tangga, restoran dan hotel, dan industri makanan lainnya, ternyata tidak mudah mendapatkannya untuk dipasok sebagai bahan produksi ke pabrik. Agustus 2015, di saat yang sama dengan riset kebutuhan BBM di Kota Makassar, GEN Oil memasuki wilayah Paotere tiga kali dalam sepekan. Mereka bertemu banyak anak muda sebaya yang tak memiliki kegiatan. Salah satunya adalah Adi.

Mantan preman yang sering beroperasi di daerah Pelabuhan Tradisional Paotere menjadi bagian penting dari tim lapangan GEN Oil, mereka menjadi pengumpul dan pemasok minyak jelantah.  3&4 Untuk mendapatkan kepercayaan nelayan, GEN Oil meyakinkan para nelayan bahwa biodiesel adalah bahan bakar yang hemat biaya. Kini GEN Oil memasok 1.000-2.000 liter biodiesel per hari ke sekitar 33 kelompok nelayan di Pelabuhan Paotere
Mantan preman yang sering beroperasi di daerah Pelabuhan Tradisional Paotere menjadi bagian penting dari tim lapangan GEN Oil, mereka menjadi pengumpul dan pemasok minyak jelantah.
Foto: Yusuf Ahmad/Yayasan BaKTI


Adi adalah anak muda yang bermukim di wilayah Daya. Dia menjadikan Paotere sebagi tempat berkegiatan, tempat mengaktualisasi diri. Ia dan 25 kawannya merupakan anak muda bebas dengan akses pendidikan yang minim. Preman adalah label yang dilekatkan oleh masyarakat kepada Adi dan kawan-kawan.

Menjadi preman berarti juga menyandang stigma malas dan menjadi sampah masyarakat. Tapi GEN Oil memiliki pandangan yang berbeda. Di mata GEN Oil, tak ada seorang pun yang benar-benar badung, setiap orang dewasa menginginkan pekerjaan dan kepercayaan. Adi dan teman-teman kemudian menjadi bagian penting dari tim lapangan GEN Oil. Mereka pemasok minyak jelantah.

Saat itu, GEN Oil akhirnya kerjasama dengan Dompet Duafa untuk memberikan modal kerja. Setiap orang akan mendapatkan keuntungan seribu hingga dua ribu rupiah per liter dari minyak jelantah yang dipasok ke pabrik GEN Oil. Tim Adi menghasilkan hingga 3 juta rupiah setiap bulan dari hasil kerja pengumpulan minyak jelantah.

Berkawan dengan Nelayan
Untuk memastikan kebutuhan pasar akan biodiesel yang dihasilkan, GEN Oil melakukan riset kebutuhan bahan bakar minyak lokasi lainnya di Kota Makassar. Hasilnya ditemukan tingginya permintaan nelayan atas Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.

Di Kawasan Pelabuhan Tradisional Paotere, Makassar, setiap harinya Pertamina memasok 16 Kilo liter BBM bersubsidi, sementara kebutuhan nelayan saat itu sebanyak 30-40 kilo liter. Saat itu harga bahan bakar solar non-subsidi bisa mencapai harga 10 ribu rupiah per liter. Untuk nelayan kapasitas mesin 2 GT, kebutuhan bahan bakarnya adalah sebesar 100-200 liter per hari.

Untuk mendapatkan kepercayaan nelayan, GEN Oil meyakinkan para nelayan bahwa biodiesel adalah bahan bakar yang hemat biaya. Kini GEN Oil memasok 1.000-2.000 liter biodiesel per hari ke sekitar 33 kelompok nelayan di Pelabuhan Paotere
Untuk mendapatkan kepercayaan nelayan, GEN Oil meyakinkan para nelayan bahwa biodiesel adalah bahan bakar yang hemat biaya. Kini GEN Oil memasok 1.000-2.000 liter biodiesel per hari ke sekitar 33 kelompok nelayan di Pelabuhan Paotere.
Foto: Yusuf Ahmad/Yayasan BaKTI


Tingginya harga bahan bakar minyak dan sulitnya mendapatkan bahan bakar bersubsidi, mengurungkan nelayan untuk pergi melaut. Tidak sedikit nelayan yang beralih menjadi buruh bangunan dan pekerja kasar lainnya demi memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Saat GEN Oil menawarkan biodiesel seharga 5 ribu rupiah per liter. Tak ada seorang nelayan pun yang percaya. Nelayan tak memandang penting status bahan bakar ber-Standar Nasional Indonesia (SNI). Apalagi bahan bakar ramah lingkungan. Bagi nelayan, bahan bakar berubah warna saja akan menjadi persoalan bagi mesin kapal. Selama ini solar subsidi yang dari pemerintah kuning agak kebiru-biruan. Sementara produk GEN Oil kuning murni.

Mereka pun kemudian menggunakan pendekatan berbeda guna meyakinkan nelayan: berkawan akrab dengan nelayan.  Perlahan, GEN Oil memberikan informasi kepada nelayan. Biodiesel selain ramah lingkungan, juga menjadi bahan bakar yang hemat biaya. Perbandingannya jika menggunakan solar penuh,  untuk 1 liternya hanya mampu menjangkau jarak 800 meter. Bagi nelayan anggota GEN Oil, jika menggunakan
Untuk mendapatkan kepercayaan nelayan, mereka meminta para nelayan mencoba saja dulu menggunakan biodiesel GEN Oil, kalau mesin kapal rusak akan diganti. Ajaib, nelayan menyambut baik.“Jika masalah bahan bakar bagi nelayan ini bisa ditangani dengan baik, saya kira di masa mendatang, profesi nelayan Indonesia tidak akan menjadi langka,” kata Hilmy.  Kini setiap hari GEN Oil membawa pasokan biodiesel ke nelayan Paotere, melayani sekitar 33 kelompok nelayan. Jumlahnya antara 1.000-2.000 liter per hari.

GEN Oil bekerja sama dengan Dharma Wanita Persatuan BMKG Sulawesi Selatan mengumpulkan  minyak jelantah dari rumah masing-masing. Minyak jelantah yang terkumpul ditukarkan dengan minyak  goreng kemasan yang baru
GEN Oil bekerja sama dengan Dharma Wanita Persatuan BMKG Sulawesi Selatan mengumpulkan minyak jelantah dari rumah masing-masing. Minyak jelantah yang terkumpul ditukarkan dengan minyak goreng kemasan yang baru.
Foto: Yusuf Ahmad/Yayasan BaKTI


Dukungan yang Meluas
Saat ini GEN Oil sudah mampu menghasilkan 1.300 liter per hari biodiesel. Nilai aset perusahaan telah mencapai 1,3 miliar rupiah dan omsetnya sudah mencapai 300 juta rupiah per bulan. Inovasi GEN Oil tidak berhenti sampai di situ. Dengan kesadaran baru untuk membangun energi baru terbarukan berbasis masyarakat, Gen Oil memperluas jangkauan kepada anak-anak sekolah SD, SMP, dan SMA serta gerakan ibu PKK dan Dharma Wanita. Gerakan ini mendapatkan dukungan dari Bripda Muhammad Ihsan Hakim, seorang Bhabinkamtibmas dari Polsek Wajo, Makassar.

Siswa pun ikut mengumpulkan minyak jelantah dari rumah ke sekolah. Uang hasil penjualan minyak jelantah dimanfaatkan sekolah untuk membiayai beragam kegiatan ekstrakurikuler
Siswa pun ikut mengumpulkan minyak jelantah dari rumah ke sekolah. Uang hasil penjualan minyak jelantah dimanfaatkan sekolah untuk membiayai beragam kegiatan ekstrakurikuler
Foto: Yusuf Ahmad/Yayasan BaKTI


Di Sekolah Dasar Sangir, Jalan Sangir Makassar, GEN Oil memberi penyadaran akan bahaya dari mengonsumsi makanan yang digoreng dengan menggunakan minyak jelantah. Mereka menghimbau para siswa untuk mengingatkan orang tuanya agar tidak lagi menggunakan minyak goreng bekas dan tidak membuang sisa minyak goreng ke selokan. Siswa diminta mengumpulkan minyak jelantah dari rumah ke sekolah. Minyak jelantah ditampung ke dalam jerigen sekolah dan dibeli oleh GEN Oil dengan harga 2.500 rupiah per kilogram. Uang hasil penjualan dapat dimanfaatkan sekolah untuk membiayai beragam kegiatan ekstrakurikuler.

Metode yang sama juga diterapkan GEN Oil kepada ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan BMKG Sulawesi Selatan. “Teman-teman GEN Oil datang sebagai pembawa solusi. Selama ini, ada banyak ibu-ibu yang tak tahu bagaimana memanfaatkan sisa minyak goreng,” kata Roro Yuliana Radjab, anggota Dharma Wanita Persatuan BMKG Sulawesi Selatan. Bagi Hilmy, inovasi demi inovasi akan terus dilakukan dengan semangat untuk tetap menjadi bagian dari upaya menyelamatkan lingkungan, menjaga kesehatan, dan memanfaatkan energi baru terbarukan. Potensinya ada di depan mata dan dapat dikerjakan bersama.

Berbekal modal dari kocek masing-masing dan kenekatan, Achmad Fauzy Ashari, Ahmad Sahwawi, Andi Hilmy Muttawakil, Fauzy lhza, Rian Hakim, dan Jonathan Akbar,  memulai bisnis di sektor energi baru terbarukan dengan mengubah minyak jelantah menjadi biodiesel lewat GEN Oil, perusahaan yang mereka bangun
Berbekal modal dari kocek masing-masing dan kenekatan, Achmad Fauzy Ashari, Ahmad Sahwawi, Andi Hilmy Muttawakil, Fauzy lhza, Rian Hakim, dan Jonathan Akbar,  memulai bisnis di sektor energi baru terbarukan dengan mengubah minyak jelantah menjadi biodiesel lewat GEN Oil, perusahaan yang mereka bangun.
Foto: Yusuf Ahmad/Yayasan BaKTI

Submission Agreement

Terimakasih atas  ketertarikan Anda untuk mengirimkan artikel ke BaKTINews. Dengan menyetujui pernyataan ini, Anda memberikan izin kepada BaKTINews untuk mengedit dan mempublikasikan artikel Anda di situs web dan situs afiliasinya, dan dalam bentuk publikasi lainnya.
Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.  Redaksi akan mempromosikan artikel Anda melalui situs kami dan saluran media sosial kami.
Dengan mengirimkan artikel Anda ke BaKTINews dan menandatangani kesepakatan ini, Anda menegaskan bahwa artikel Anda adalah asli hasil karya Anda, bahwa Anda memiliki hak cipta atas artikel ini, bahwa tidak ada orang lain yang memiliki hak untuk ini, dan bahwa konten Artikel Anda tidak mencemarkan nama baik atau melanggar hak, hak cipta, merek dagang, privasi, atau reputasi pihak ketiga mana pun.

Anda menegaskan bahwa Anda setidaknya berusia 18 tahun dan kemampuan untuk masuk ke dalam kesepakatan ini, atau bahwa Anda adalah orang tua atau wali sah dari anak di bawah umur yang menyerahkan artikel.
 
Satu file saja.
batasnya 24 MB.
Jenis yang diizinkan: txt, rtf, pdf, doc, docx, odt, ppt, pptx, odp, xls, xlsx, ods.