Tulisan ini dibuat dalam kerangka besar program Peningkatan dan Pengembangan Penghidupan bagi Masyarakat Miskin yang Inklusif dan Berkelanjutan di Kawasan Timur Indonesia yang disingkat sebagai program BangKIT. Program ini diimplementasikan di kawasan timur Indonesia dengan mengambil lokus pada dua provinsi yakni Maluku dan Nusa Tenggara Timur, yang diwakili oleh Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) dengan 70 desa intervensi dan Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) dengan 30 desa intervensi.
Program BangKIT mengusung dua konsep utama yakni pembangunan penghidupan yang inklusif dan berkelanjutan yang menyasar tingginya tingkat kemiskinan, kerawanan pangan, serta indeks pembangunan yang sangat rendah terutama di kawasan timur Indonesia melalui peningkatan penghidupan masyarakat. Program ini dikelola oleh Bank Dunia dan didanai oleh Japan Social and Development Fund (JSDF), serta diimplementasikan oleh Yayasan BaKTI.
Sedikit berbeda dengan program-program lain yang fokus pada pengembangan ataupun peningkatan penghidupan masyarakat, program ini tidak semata mengimplementasikan konsep tertentu melalui melalui dukungan dana dan fasilitas yang telah ditetapkan, akan tetapi lebih bersifat riset yang sekaligus implementasi, dalam artian bahwa studi ataupun riset yang dikembangkan langsung diuji coba di implementasikan di masyarakat, sehingga dapat diperoleh feedback baik dari sisi proses implementasi dan juga dari sisi konseptual.
Pengembangan konsep ini juga berkesempatan mendapat input langsung baik dari sisi pemerintah daerah maupun dari masyarakat desa dan stakeholder kunci lainnya di lokus kegiatan. Program ini menargetkan adanya pengembangan perencanaan desa yang inklusif dan berkelanjutan dalam pengembangan penghidupan masyarakat sebagai media yang menunjang ataupun yang dapat meningkatkan iklim perbaikan penghidupan bagi masyarakat desa.
Konsep Pembangunan Inklusif
Istilah inklusif sudah marak dibicarakan dan dikembangkan berbagai kalangan baik secara individu maupun lembaga, terutama dalam konteks pembangunan seperti pembangunan inklusif, pertumbuhan inklusif, hingga perencanaan inklusif. Pembangunan inklusif dapat diartikan sebagai sebuah konsep pembangunan sosial dan ekonomi yang menekankan pentingnya pelibatan seluruh segmen masyarakat terutama bagi kelompok marginal, miskin dan rentan, serta kepemilikan akses yang sama dan mendapatkan manfaat dari peluang yang tercipta dari inisiatif pembangunan. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi setiap individu masyarakat untuk berpartisipasi, dan berkontribusi serta menikmati manfaat pertumbuhan ekonomi ataupun kemajuan sosial, tanpa memandang latar belakang, identitas, atau keadaan mereka.
Namun, konsep Pembangunan yang inklusif sebenarnya cukup sulit untuk bisa digambarkan secara sederhana sebagai pendekatan pembangunan yang melibatkan semua orang. Hal ini karena ada dua hal prinsip yang dianut dalam pembangunan inklusif yakni “keterlibatan semua pihak” dan “kesetaraan”. Mengupayakan pelibatan semua pihak/orang dalam sebuah perencanaan pembangunan secara logistik cukup sulit dan menantang apalagi jika suatu wilayah memiliki karakter geografis yang luas, begitu juga dengan sebaran penduduk yang tersebar dimana-mana.
Selain itu, kesetaraan cenderung jauh lebih menantang untuk diimplementasikan, terutama bagi kelompok-kelompok marginal, perempuan ataupun orang-orang difabel, akibat faktor kondisi sosial ekonomi dan institutional. OIeh sebab itu, pembangunan inklusif juga perlu mengenali bahwa masing-masing individu penyusun masyarakat dan sistem sosial ini memiliki keberagaman elemen identitas, dimana elemen ada yang sulit atau tidak mungkin diubah dan ada juga unsur lain yang terbentuk akibat adanya interaksi dengan lingkungan, ataupun dengan masyarakat secara umum.
Perencanaan dapat saja dilakukan secara inklusif dengan melibatkan banyak pihak tapi hal ini tidak menjamin adanya kesetaraan, hal ini karena masing-masing elemen identitas individu dalam masyarakat sangat berbeda-beda, sehingga ada yang bisa mendominasi dari yang lain secara natural. Hal ini menyebabkan tingginya kesenjangan dalam pembangunan, hanya orang yang bersuara, atau kelompok yang dominan dapat mengarahkan prioritas pembangunan sesuai dengan kebutuhannya.
Maka dari itu, untuk mengatasi tantangan-tantangan ini memerlukan pendekatan yang komprehensif agar hambatan sistemik ini dapat diatasi, mendorong inklusi sosial, dan memberdayakan kelompok marginal dan individu penyandang disabilitas untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat. Hal ini termasuk menerapkan undang-undang dan kebijakan anti-diskriminasi, berinvestasi pada infrastruktur dan layanan aksesibilitas, mempromosikan pendidikan inklusif dan peluang kerja, mengembangkan jaringan dukungan sosial, menantang stereotip dan stigma, dan memastikan partisipasi dan keterwakilan yang bermakna dalam proses pengambilan keputusan.
Untuk menyeimbangkan antara elemen sosial, ekonomi dan lingkungan maka konsepsi tentang keberlanjutan juga perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan suatu pembangunan. Dalam konteks yang lebih kecil, memodifikasi sistem yang sudah ada seperti perencanaan desa dengan memasukkan unsur-unsur inklusif dan keberlanjutan di dalamnya adalah sebuah upaya yang saat ini dilakukan oleh Program BangKIT.
Konsep Penghidupan yang berkelanjutan
Penghidupan sendiri adalah segala sesuatu yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup, seperti makanan, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan. Namun, bagaimana seseorang memperoleh penghidupan mereka dapat memiliki dampak yang signifikan tidak hanya pada kehidupan mereka sendiri, tetapi juga pada lingkungan sekitar dan masyarakat secara keseluruhan.
Konsep penghidupan berkelanjutan menempatkan fokus pada upaya memperoleh sumber pemenuhan kebutuhan hidup yang tidak hanya memenuhi kebutuhan saat ini, tetapi juga memperhitungkan dampak jangka panjang terhadap lingkungan alam dan masyarakat. Dengan kata lain, penghidupan berkelanjutan adalah tentang bagaimana menciptakan keberlangsungan hidup yang seimbang antara kebutuhan manusia dan keseimbangan ekosistem.
Salah satu pendekatan untuk mencapai penghidupan yang berkelanjutan adalah dengan memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana. Misalnya, dalam sektor pertanian, petani dapat beralih ke praktik-praktik pertanian organik yang ramah lingkungan dan mengurangi penggunaan pestisida dan pupuk kimia berbahaya. Ini tidak hanya membantu menjaga kesehatan tanah dan air, tetapi juga meningkatkan kualitas hasil panen serta memberikan manfaat jangka panjang bagi kesehatan manusia. Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi penghidupan berkelanjutan.
Pendidikan dan Keterampilan
Pendidikan dan keterampilan memainkan peran kunci dalam membangun penghidupan yang berkelanjutan. Melalui pendidikan yang berkualitas, seseorang dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk bersaing di pasar kerja yang semakin kompleks. Selain itu, investasi dalam pendidikan juga membuka pintu bagi peluang-peluang baru dan memberdayakan individu untuk mengambil kontrol atas nasib mereka sendiri.
Program-program pelatihan keterampilan juga penting dalam memberikan akses kepada orang-orang untuk memperoleh keterampilan yang dibutuhkan dalam berbagai industri. Misalnya, pelatihan dalam bidang teknologi informasi atau keterampilan kerajinan dapat membantu meningkatkan peluang pekerjaan dan membuka pintu bagi penghasilan yang lebih baik bagi banyak orang.
Kewirausahaan dan Inovasi
Kewirausahaan dan inovasi juga dapat menjadi sarana penting dalam membangun penghidupan yang berkelanjutan. Dengan menciptakan usaha-usaha baru yang inovatif, individu dapat tidak hanya menciptakan peluang kerja bagi diri mereka sendiri tetapi juga bagi orang lain di komunitas mereka. Selain itu, inovasi juga dapat membawa solusi baru untuk tantangan lingkungan dan sosial yang kompleks.
Dukungan Komunitas dan Kemitraan
Tidak dapat dipungkiri bahwa dukungan komunitas dan kemitraan antara berbagai pemangku kepentingan juga sangat penting dalam membangun penghidupan yang berkelanjutan. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat sipil dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Penghidupan adalah inti dari kehidupan manusia, tetapi bagaimana kita memperolehnya, dapat memiliki dampak yang besar tidak hanya pada diri kita sendiri tetapi juga pada lingkungan dan masyarakat di sekitar kita. Dengan mengadopsi pendekatan yang berkelanjutan dalam mencari nafkah, kita dapat memastikan bahwa kebutuhan kita dipenuhi tanpa merusak ekosistem yang mendukung kehidupan kita.
Melalui pendidikan, keterampilan, inovasi, dan dukungan komunitas, Kita dapat membangun masa depan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan bagi semua orang. Konsep ini juga mempertimbangkan unsur-unsur kerentanan dan risiko serta peran institusi dan tata kelola pemerintah dalam memberikan peluang penghidupan bagi masyarakat. Tata kelola yang efektif, institusi inklusif, dan akses terhadap proses pengambilan keputusan sangat penting untuk mendorong penghidupan yang adil dan berkelanjutan. Secara umum, pendekatan penghidupan berkelanjutan memberikan kerangka kerja holistik untuk memahami interaksi kompleks antara manusia, aset-aset mereka, dan lingkungan sosio-ekonomi mereka, dan untuk merancang intervensi yang efektif untuk mendukung penghidupan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan.