Tepung kunyit terbuat dari kunyit mentah yang dijemur hingga kering. Kemudian dihaluskan menggunakan mesin giling. Tepung kunyit ini, bagi masyarakat Sulawesi Selatan pada umumnya digunakan sebagai bumbu untuk memasak ikan dan daging. Kunyit juga digunakan sebagai pewarna makanan, seperti pada nasi kuning.
Tanaman rempah ini tumbuh subur di Kelurahan Lemoe, Kecamatan Bacukiki, Kota Parepare. Selain sebagai bumbu masak, kunyit juga digunakan sebagai obat herbal tradisional sejak lama.
Tanaman keluarga rhizoma ini dibudidayakan warga untuk menambah penghasilan. Seorang warga Kelurahan Lemoe bernama Siangka, sejak lama bekerja sebagai petani kunyit. Perempuan 35 tahun ini memanfaatkan pekarangan dan lahan kosong di sekitar rumahnya untuk budidaya kunyit.
Suaminya bekerja sebagai buruh tani sawah. Siangka dan suaminya dikaruniai dua anak. Keluarga ini hidup sederhana, tinggal di rumah panggung, seperti rumah orang Bugis-Makassar pada umumnya. Di pekarangan rumahnya dan lahan kosong itulah dimanfaatkan Siangka menanam dan memelihara berbagai tanamannya, termasuk tanaman kunyit.
Siangka aktif menghadiri pertemuan Kelompok Konstituen Sumber Harapan di wilayahnya. Siangka semakin semangat dan aktif pada kegiatan kelompok konstituen, setelah diundang sebagai peserta pelatihan manajemen usaha yang difasilitasi oleh tim Yayasan Lembaga Pengkajian Pengembangan Ekonomi dan Masyarakat (YLP2EM) dalam Program INKLUSI-BaKTI.
Pada kegiatan pelatihan itu, Siangka mendapat inspirasi dan motivasi bahwa hasil kebun kunyitnya itu bisa menjadi sumber pendapatan keluarga. Bukan hanya itu, Siangka juga berkomitmen agar usahanya bisa melibatkan orang lain yang lebih banyak. Ia pun melibatkan tetangganya bersama-sama mengembangkan budidaya kunyit dan mengolahnya menjadi tepung kunyit yang bernilai ekonomis.
Ia secara rutin melakukan pertemuan informal bersama tetangganya. Dari situ lahir komitmen bersama untuk lebih fokus lagi menanam bibit kunyit lokal dan mengolah kunyit yang sudah dipanen sebelumnya.

Mengolah kunyit mentah menjadi tepung kunyit, Siangka menggunakan mesin giling. Tetapi sebelum dimasukkan ke mesin, Siangka harus mengupas kulit kunyit. Dicuci sampai bersih. Ia memastikan proses pencucian dilakukan dengan tepat, yaitu menghilangkan bekas-bekas tanah di kulit kunyit. Mengupas kunyit dan menghilangkan bagian kunyit yang rusak. Tidak jarang tangan Siangka dan tetangganya teriris pisau. Tetapi dengan kemauan kuat, kini usaha tepung kunyit sudah bisa diproduksi sesuai permintaan konsumen.
Tepung kunyit produksi Siangka dan para tetangganya diberi nama merek "Sumber Harapan". Nama itu diambil dari nama kelompok konstituen dimana Siangka bergabung. Tepung kunyit produksinya sudah dikemas plastik, namun masih sangat sederhana. Jika dilihat dari penampilan kemasannya, masih jauh dari penampilan kemasan yang siap bersaing. Namun sudah ada kemajuan dibandingkan dari sebelumnya ketika masih dikelola seorang diri.
Kini tepung kunyit Sumber Harapan sedang dalam proses mendapatkan Nomor Induk Berusaha (IMB). Setelah IMB ini terbit, akan dilanjutkan mengajukan permohonan mendapatkan Izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) dari Dinas Kesehatan Kota Parepare.
Kedua dokumen ini, menjadi syarat untuk mengajukan penerbitan sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia. Tim YLP2EM sendiri masih terus berupaya kelompok usaha tepung kunyit Sumber Harapan agar semua dokumen yang dipersyaratkan dapat dilengkapi.
Pasar tepung kunyit ini cukup luas karena selain dibutuhkan sebagai bahan memasak ikan dalam skala pasar lokal, juga terbuka untuk pasar di luar Kota Parepare. Bahkan pemasarannya bisa sampai di seluruh Indonesia karena para perantau Bugis-Makassar tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Lidah orang Bugis-Makassar doyan makan ikan yang dimasak dengan menggunakan tepung kunyit. Karena itu, potensi usaha ini bisa berkembang pesat mengikuti persebaran warga Bugis-Makassar. Ini berarti, pemasaran kunyit yang diproduksi oleh kelompok Sumber Harapan dapat memanfaatkan persebaran di daerah-daerah yang merupakan ”perkampungan” orang Bugis-Makassar di berbagai wilayah.
Kunyit pun adalah salah satu rempah yang dikenal sebagai penyedap dan pewarna makanan. Ragam penggunaan olahan tepung kunyit pun ada dalam keseharian masyarakat, seperti nasi kuning. Menu tradisional ini disukai masyarakat. Proses membuat nasi kuning membutuhkan tepung kunyit untuk memberikan warna kuning pada nasi.
Kunyit juga digunakan sebagai herbal atau pengobatan tradisional, di mana produsen obat-obatan tradisional membutuhkan kunyit berkualitas dan yang diproduksi secara kontinu. Kunyit mengandung sejumlah nutrisi penting.
Dalam satu sendok teh kunyit bubuk, terkandung sejumlah nutrisi yang penting bagi tubuh, berupa kalori 29 gram, protein 0,91 gram, lemak 0,31 gram, karbohidrat 6,31 gram, dan serat sebanyak 2,1 gram. Selain itu, rempah ini mengandung nutrisi lain, seperti mangan, zat besi, potasium, dan vitamin C. Kandungan tanaman rempah ini bisa membuat tubuh makin sehat. Karena itu, kunyit telah lama digunakan sebagai salah satu bahan dalam produksi jamu.
Kini Siangka tidak lagi seorang diri menjalankan usaha pengolahan kunyit menjadi tepung kunyit. Tetapi para tetangganya sebagian sudah ikut terlibat dalam usaha kelompok Sumber Harapan. Ini merupakan suatu langkah maju bagi Siangka dalam memanfaatkan kunyit dan memberdayakan warga sekitarnya.
Kebutuhan Siangka dan anggota kelompoknya saat ini yaitu kemasan yang lebih menarik, teknologi mesin giling kunyit, teknologi pengolahan menjadi tepung, teknologi pengeringan kunyit setelah menjadi tepung kunyit. Jika kunyit tersebut akan dijual dalam bentuk kering dan kemasan, tentu juga harus memenuhi standar-standar tertentu.
Selain itu dibutuhkan trik jitu memasarkan tepung kunyit. Membutuhkan dukungan pemasaran serta pendampingan kelompok, dan dukungan kebijakan Pemerintah Kota Parepare dalam bentuk akses dan jejaring.
Namun, masalah lain yang dihadapi Siangka adalah cuaca. Saat musim hujan, panen kunyit harus ditunda. Pasalnya setelah dipanen, kunyit harus dijemur untuk menghilangkan kadar airnya. Proses ini membutuhkan waktu kira-kira 2-3 hari untuk mengeringkan secara keseluruhan. Walau begitu, upaya Siangka dan Kelompok Konstituen Sumber Harapan bisa menjadi inspirasi bahwa kita bisa memanfaatkan berbagai sumber alam yang ada di sekitar kita. Dengan bersama-sama, kita bisa melangkah lebih jauh.
Info Lebih Lanjut:
Penulis adalah Asisten Program INKLUSI-BaKTI-YLP2EM Parepare