Menjaga Kemandirian Pangan di Kepulauan
Penulis : Nyur Yawati

Dampak perubahan iklim terhadap ketahanan pangan semakin dirasakan di setiap belahan dunia. Namun tahukah Anda bahwa masyarakat terutama kelompok perempuan di wilayah kepulauan ternyata memiliki beban ganda. Meski tak mudah, inilah geliat perempuan-perempuan menjaga kemandirian pangan di Pulau Panjang, Kabupaten Seram Bagian Timur.

 

Pagi pukul tujuh laut tampak teduh, kami bergegas menaiki long boat. Deru mesin terdengar setelah kami siap dengan segala perangkat untuk standar keamanan di laut. Perjalanan menyeberang dari Pulau Gorom ke Pulau Panjang ini kami lakukan pada Oktober saat ombak cukup bersahabat. Namun, jika kita menyeberang di bulan Februari-Maret seperti sekarang, maka kita harus siap menghadapi gelombang besar. 

Transportasi laut adalah satu-satunya cara menuju Pulau Panjang dan begitu pula sebaliknya jika ingin bepergian dari Pulau Panjang ke pulau lainnya. Jangan bayangkan ada armada regular yang bisa dinaiki setiap saat. Jika ingin menyeberang, kita harus menyewa long boat dengan biaya 500 ribu rupiah untuk satu kali penyeberangan sehingga untuk bolak-balik setidaknya butuh biaya satu juta. Itu pun harus dipesan pada hari sebelumnya sebab belum tentu long boat yang ada siap dengan bahan bakar. Ya, di sini bahan bakar pun tidak mudah didapatkan. Bagaimana dengan transportasi penduduk lokal? Jawabannya sama. Agar biaya lebih murah, biasanya penduduk lokal menggunakannya secara rombongan untuk berbagi ongkos sewa.

Satu jam berselang, pemandangan laut lepas berganti dengan rumah-rumah dan pepohonan.  Pak Ramli, sang kapten, mengambil tongkat panjang untuk mengarahkan long boat mendekat ke dermaga. Jangan membayangkan sebuah dermaga besar yang bisa digunakan kapal bersandar. Ini adalah dermaga sederhana dengan anak tangga yang terbuat dari kayu. Letaknya sangat dekat dengan pemukiman warga. 

Pulau Panjang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), Provinsi Maluku. Di pulau ini terdapat tiga negeri (desa) intervensi Program Pengembangan Penghidupan yang inklusif di Kawasan Timur Indonesia (BangKIT), yaitu Negeri Wisalen (Pulau Panjang), Ruku-Ruku, dan Perik Basaranggi.

Seperti wilayah kepulauan di Kabupaten SBT pada umumnya, penghidupan masyarakat Pulau Panjang sangat bergantung pada sumber daya pertanian/perkebunan, hutan bakau, terumbu karang, dan perikanan tangkap (Baseline Survey BangKIT, 2023). Sementara itu karakter aktivitas penghidupan masyarakatnya tidak selalu tetap, cenderung bervariasi dan berganti-ganti menyesuaikan musim.

Dengan akses yang terbatas baik untuk mobilitas orang maupun barang, kita bisa bayangkan bagaimana masyarakat di kepulauan harus memenuhi kebutuhan pangan. Ya, tidak ada pilihan kecuali menjaga kemandirian. Itu pula yang mendorong masyarakat di tiga desa intervensi Program BangKIT dalam menyusun rencana penghidupan desa (Village Livelihood Plan/VLP).

Dari hasil musyawarah perencanaan penghidupan yang difasilitasi Program BangKIT, secara garis besar inisiatif yang dikembangkan oleh masyarakat Pulau Panjang adalah bidang perkebunan/pertanian (pangan dan hortikultura) dan perikanan tangkap. Inisiatif tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan peningkatan pendapatan dan terpenuhinya kebutuhan pangan.

Dalam aktivitas penghidupan sebuah rumah tangga, tak ada perbedaan peran laki-laki dan perempuan. Keduanya berperan besar dalam memenuhi kebutuhan pangan dan pendapatan. Namun demikian, di Pulau Panjang beban yang dirasakan perempuan bisa lebih besar. 

Misalnya saja bidang pertanian. Kegiatan pertanian/perkebunan di Pulau Panjang, terutama tanaman pangan dan hortikultura, sangat jarang dilakukan di pekarangan rumah karena tanahnya berpasir. Aktivitas tersebut harus dilakukan di lahan perbukitan (area tanah liat) yang letaknya sangat jauh dari pemukiman. Untuk menuju ke kebun, petani perempuan harus menempuh jarak sekitar dua kilometer dan melewati hutan bakau. Belum lagi jika musim kering dan sumber air jauh dari kebun.

Tak hanya itu, karakter lahan perkebunan di Pulau Panjang yang berada di perbukitan itu juga cukup sulit diolah. Dibutuhkan biaya dan tenaga besar untuk penyiapan lahan. Untuk mengatasinya, antar anggota keluarga biasanya berbagi peran misalnya laki-laki bekerja menyiapkan lahan dan perempuan yang melakukan perawatan. Namun bagi keluarga dengan kepala rumah tangga perempuan, mereka harus mengeluarkan biaya setidaknya 600 ribu rupiah untuk sewa tenaga.

Selain kondisi lahan, tantangan lain adalah masih terbatasnya pengetahuan dalam bertani. Cara bertani masyarakat di Pulau Panjang umumnya diperoleh secara turun temurun. Kini dengan semakin berubahnya kondisi, pengetahuan yang dimiliki masyarakat sudah tak lagi memadai.

Sebagai contoh serangan hama pada tanaman. Ibu Amina dari Desa Perik Basaranggi mengatakan bahwa tanaman kacang tanah miliknya mendapat serangan hama. Menurutnya, dulu tanamannya tidak membutuhkan pupuk tapi sekarang tidak bisa jika tanpa pupuk. Ibu Aminah juga menyampaikan bahwa dulu tanah di Pulau Panjang subur namun sejak 2021 mulai susah. “Sekitar 2021 mulai susah, hanya bisa untuk empat kali panen,” ujarnya.

Permasalahan lainnya adalah pola tanam di Pulau Panjang tidak menggunakan kalender tanam. Seperti masyarakat di Desa Ruku-Ruku yang menanam kapan saja saat bibit tersedia tanpa memperhatikan pola musim. Hal ini ternyata berisiko gagal panen jika ternyata pada musim tanam tersebut kondisi cuaca tidak mendukung atau ternyata saat itu hama muncul. Sebagaimana data survey baseline yang dilakukan Tim BangKIT pada akhir 2023, gagal panen merupakan salah satu dampak dari kejadian bencana yang paling banyak dirasakan masyarakat di Kabupaten SBT dalam 12 bulan terakhir. Salah satu upaya yang dilakukan oleh program BangKIT adalah memfasilitasi pelatihan teknis manajemen dan pengelolaan pertanian alami kepada para petani di Pulau Panjang pada tahun lalu. Pelatihan ini diberikan oleh Armin Salassa, Muhammad Wahid, dan Nur Wahid dari Komunitas Swabina Pedesaan Salassae (KSPS).

Mempelajari dan menerapkan pertanian alami memang butuh proses. Meski belum dilakukan secara masif, namun pertanian alami sudah sebagian diterapkan oleh petani di Pulau Panjang. Adalah Ibu Rafia Rumatiga dari Negeri Wisalen (Pulau Panjang) yang sudah mencoba mengembangkan pertanian secara alami. 

Perempuan yang akrab disapa Mama Lola ini mengikuti pelatihan pertanian alami pada Februari tahun lalu dan sudah menerapkannya, serta merasakan hasilnya. Jenis tanaman yang ditanam mulai dari kacang, bawang, kasbi, kasbi sagu, cabe, semangka, timun, dan sayur-sayuran. “Sayuran dipanen hampir setiap bulan ada, tidak banyak tapi cukup untuk makan sendiri, ada juga lebihnya dijual ke tetangga, dapatnya sekitar 50 ribu - 100 ribu rupiah untuk sayurannya, kalau untuk sagu kasbi bisa dapat sekitar 50 ribu - 200 ribu rupiah,” ungkap Mama Lola.

Selain di bidang pertanian, pemenuhan kebutuhan pangan juga dilakukan melalui aktivitas perikanan tangkap. Pernah mendengar tradisi Bameti? Bameti adalah tradisi mencari lauk pauk keluarga yang dilakukan perempuan saat air laut surut (meti). Pada 2019 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan kearifan lokal masyarakat Maluku ini sebagai warisan budaya tak benda. 

Di Pulau Panjang tradisi Bameti juga dilakukan untuk memenuhi pangan sehari-hari. Selain Bameti ada juga Balobe. Tak berbeda dengan Bameti, Balobe juga merupakan aktivitas mencari ikan, gurita, dan lainnya, hanya saja aktivitas ini dilakukan pada malam hari. “Mama-mama cari ikan juga, bisa sore, malam, atau subuh tergantung surut air asin, selain ikan juga ada gurita” ungkap Abu Bakar Difinubun, Project Fasilitator Program BangKIT di wilayah Pulau Panjang.

Ikan hasil tangkapan rata-rata untuk konsumsi pribadi. Sementara gurita yang terlebih dahulu dikeringkan biasanya dijual jika ada pesanan. “Kalau ada yang pesan maka biasanya gurita dikeringkan dan dikirimkan, ada yang dikirim untuk anak-anak mereka yang kuliah atau keluarga mereka yang tinggal di Bula atau Ambon,” Abu menjelaskan.

Aktivitas bameti dan balobe tidak bisa dilakukan jika hujan deras dan angin kencang yang biasanya terjadi saat pancaroba. Tidak ada bameti dan balobe maka tidak ada juga lauk pauk untuk keluarga. Ditambah dengan kondisi cuaca yang tidak menentu, maka perlu upaya menyiapkan cadangan makanan yang dapat digunakan saat kondisi rentan.

Tahun lalu program BangKIT memberikan pelatihan teknis untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mengolah hasil perikanan seperti membuat ikan kering dan abon. Meski belum dibuat dalam skala besar untuk usaha, namun masyarakat sudah dapat berproduksi untuk konsumsi pribadi.

Pulau Panjang adalah pulau yang indah dengan hamparan pasir putih dan laut yang biru. Pulau Panjang juga kaya sumber alam dari hutan dan perairan. Namun demikian untuk mengelola sumber penghidupan tersebut, masyarakat harus dihadapkan dengan banyak tantangan terutama bagi perempuan.

Mama Lola adalah ibu rumah tangga yang sehari-hari mengurus keluarga. Mama Lola juga pergi ke kebun yang jaraknya dua kilometer dari rumah. Saat air laut surut Mama Lola juga ikut Balobe dan Bameti. Ya, setiap hari ia memastikan bahwa keluarganya mendapatkan kecukupan pangan dan ekonomi.

 

Info Lebih Lanjut:

Nyur Yawati adalah Local Governance & Gender Specialist Program BangKIT-Yayasan BaKTI. 

Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai Program BangKIT, Anda dapat menghubungi info@bakti.or.id

Submission Agreement

Terimakasih atas  ketertarikan Anda untuk mengirimkan artikel ke BaKTINews. Dengan menyetujui pernyataan ini, Anda memberikan izin kepada BaKTINews untuk mengedit dan mempublikasikan artikel Anda di situs web dan situs afiliasinya, dan dalam bentuk publikasi lainnya.
Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.  Redaksi akan mempromosikan artikel Anda melalui situs kami dan saluran media sosial kami.
Dengan mengirimkan artikel Anda ke BaKTINews dan menandatangani kesepakatan ini, Anda menegaskan bahwa artikel Anda adalah asli hasil karya Anda, bahwa Anda memiliki hak cipta atas artikel ini, bahwa tidak ada orang lain yang memiliki hak untuk ini, dan bahwa konten Artikel Anda tidak mencemarkan nama baik atau melanggar hak, hak cipta, merek dagang, privasi, atau reputasi pihak ketiga mana pun.

Anda menegaskan bahwa Anda setidaknya berusia 18 tahun dan kemampuan untuk masuk ke dalam kesepakatan ini, atau bahwa Anda adalah orang tua atau wali sah dari anak di bawah umur yang menyerahkan artikel.
 
Satu file saja.
batasnya 24 MB.
Jenis yang diizinkan: txt, rtf, pdf, doc, docx, odt, ppt, pptx, odp, xls, xlsx, ods.