Membekali Guru PAUD di Pulau Saparua
  • 21 guru dari 10 PAUD di Pulau Saparua dan 1 PAUD dari Pulau Nusa Laut mengikuti program pelatihan ini. <br> Foto: Dok. Heka Leka
    21 guru dari 10 PAUD di Pulau Saparua dan 1 PAUD dari Pulau Nusa Laut mengikuti program pelatihan ini.
    Foto: Dok. Heka Leka

Kebijakan pemerintah yang menetapkan satu desa satu PAUD, mendorong antusiasme para praktisi pendidikan dan masyarakat untuk menginisiasi pembukaan kelompok bermain dan taman kanak-kanak di setiap desa.  Dengan berjamurnya keberadaan PAUD di setiap desa, maka penting untuk dipastikan bahwa setiap anak mengalami sistem pembelajaran yang memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan mereka secara positif. Salah satu faktor yang turut mendukung terciptanya sebuah satuan pendidikan yang berkualitas adalah kualitas dari tenaga pendidik. Pendidik yang berkompeten akan menciptakan sebuah kegiatan pembelajaran yang efektif bagi anak dan mendukung tumbuh-kembang anak dengan baik. Namun pada realitanya, sebagian besar tenaga pendidik PAUD adalah lulusan sekolah menengah atas dan tidak memiliki latar belakang pendidikan PAUD, sehingga pelaksanaan kegiatan pembelajaran belum sesuai dengan tahapan perkembangan anak.

Kondisi yang sama juga terjadi di Provinsi Maluku. Kualitas pendidikan anak usia dini di Maluku saat ini masih perlu mendapat perhatian khusus. Realita inilah yang mendorong Heka Leka menginisiasi gerakan peningkatan mutu tenaga pendidik di Maluku. Inisiatif ini telah dimulai 4 tahun lalu melalui mobilisasi tenaga relawan datang ke Maluku untuk kegiatan pembelajaran kreatif dengan para guru. Namun gerakan ini belum direncanakan secara strategis, terstruktur, teratur dan terukur. Melalui pembelajaran selama 6 bulan di Selandia Baru memberikan kesempatan bagi saya untuk belajar  menciptakan sebuah gerakan cerdas yang berdampak bagi komunitas kami. Hasil dari pembelajaran ini didesain untuk diaplikasikan dalam bentuk sebuah projek pengembangan masyarakat. Pelatihan dasar Guru PAUD menjadi program yang strategis untuk dikembangkan untuk menjawab tantangan dalam pendidikan anak usia dini di Provinsi Maluku. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan letak geografis yang terdiri dari pulau-pulau, turut memengaruhi kualitas pendidikan di semua pulau-pulau di Maluku. Kebanyakan dari guru-guru PAUD hanya berijasah SMA dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda.

Dok. HekaLeka
Foto: Dok. HekaLeka


Program ini didesain untuk melengkapi guru-guru di taman bermain dan taman kanak-kanak, agar memiliki pengetahuan dan keterampilan memadai dalam menerapkan kurikulum pendidikan anak usia dini yang sesuai dengan aspek-aspek perkembangan anak.  Program ini telah disusun dan dilengkapi dengan modul pelatihan yang sebelumnya telah direview oleh beberapa ahli pendidikan anak usia dini dari Selandia Baru, Margareth Fritzzgibbon dan Judy Tyler serta Lestia Primayanti, Direktur Sekolah Kembang. Sebanyak 21 guru dari 10 PAUD di Pulau Saparua dan 1 PAUD dari Pulau Nusa Laut  mengikuti program pelatihan dasar pendidikan anak usia dini ini. Pelatihan berlangsung selama 6 hari dalam 3 bulan yaitu dari 21 Maret – 18 Mei 2019. workshop ini ada 3 kali dalam tiga bulan. Setelah satu workshop selesai, tiap peserta diberi waktu 3 minggu untuk menerapkan materi yang diberikan. Begitu seterusnya selama 3 bulan dengan topik berbeda yang dipelajari para guru.

Di bulan pertama workshop, topik yang diperkenalkan adalah memahami tumbuh kembang anak.  Anak usia dini memiliki karakteristik berbeda dengan usia sesudahnya, baik dalam fisik biologis, motorik, kognitif, moral, dan psiko-sosialnya. Oleh karena itu perlakuan dan pendidikan untuk anak usia dini juga spesifik, di mana harus mempertimbangkan kesesuaian dengan usia kronologis serta pertumbuhan dan perkembangannya. Bagi orang tua, pendidik maupun pihak yang terkait di bidang pendidikan pra sekolah, menjadi sebuah keharusan untuk memahami tumbuh kembang anak usia dini yang bertujuan untuk membantu menumbuh kembangkan anak-anak secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Foto: Dok. HekaLeka
Foto: Dok. HekaLeka


Topik ini dibedah dalam 2 hari pertemuan dan para peserta belajar  melalui metode refleksi pribadi, inquiry learning dan diskusi. Peserta diberikan pula kesempatan untuk refleksi sebelum dan setelah sesi bagaimana mereka mengajar selama ini dan apakah cara pengajarannya telah sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Usai refleksi, peserta kemudian berdiskusi dalam kelompok apa saja hal yang harus diubah dari cara mengajar masing-masing. Rencana perubahan dari hasil diskusi kelompok yang akan dikembangkan di sekolah masing-masing kemudian diterapkan dalam waktu 3 minggu berikutnya. Hasil penerapannya didiskusikan lagi dalam pertemuan selanjutnya di bulan kedua.

Anastasia Krofan dari TK Air Hidup Desa Tiouw, Kecamatan Saparua Kabupaten Maluku Tengah mengungkapkan perasaan syukurnya setelah ikut pelatihan ini. Awalnya beliau berpikir bahwa di sekolah anak harus diisi dengan ilmu saja. Pandangannya berubah ketika hadir dalam ruang pelatihan. Ternyata hak anak harus diperhatikan dan anak harus belajar dalam suasana yang nyaman tanpa tekanan.

“Pelatihan ini mendorong saya untuk terus berinovasi dan berkreatifitas mengembangkan diri lebih baik sehingga orang tua bisa lebih memercayai kami untuk mendidik anak mereka” kata Anastasia

Di bulan kedua para peserta mengeksplorasi metode pembelajaran bermain sambil belajar. Metode ini sangat penting untuk diajarkan kepada guru, mengingat sistem pembelajaran PAUD yang diterapkan di Maluku masih menggunakan metode yang sama dengan sekolah dasar yaitu anak dikondisikan untuk duduk dengan baik dan mendengar penjelasan guru di kelas. Untuk memperkenalkan para guru tentang teknik pembelajaran yang berbasis pada permainan, sesi ini disusun dengan menggunakan metode eksperimental. Para guru dibagi dalam beberapa kelompok dan mereka akan berkeliling dan mencoba 5 jenis permainan yang telah kami siapkan di setiap pos belajar.     

Beberapa di antaranya adalah memancing huruf, membentuk play dough, membuat menara dari kertas bekas dan berkreasi dengan alam. Metode ini dipakai untuk memberikan kesempatan bagi para guru untuk mengalami sensasi bermain yang bermakna sehingga pengalaman ini yang akan mendorong mereka untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan kepada anak di kelas. Setelah sesi materi tentang metode belajar sambil bermain, para peserta diminta untuk menciptakan kelas pintar 3D dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia.     

Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan imajinasi dan harapan para guru untuk sebuah perubahan yang akan mereka dilakukan di kelas mereka. Susana Pasanea dari KB Tunas Leilisal Desa Itawaka, Kecamatan Saparua Kabupaten Maluku Tengah mengatakan sangat puas dengan pelatihan ini karena begitu banyak perubahan luar biasa yang harus dia lakukan terkait dengan cara mengajar, dan menerapkan belajar sambil bermain.

“Ketika saya menerapkan metode ini respon dari anak-anak luar biasa. Bahkan mereka tidak mau berhenti dari permainan yang kami sediakan. Saya bersyukur diberikan pelatihan gratis untuk menambah pengetahuan tentang  cara mengajar anak yang lebih baik” ungkap Susana Pasanea dari KB Tunas Leilisal Desa Itawaka, Kecamatan Saparua Kabupaten Maluku Tengah.

Manajemen perilaku menjadi topik yang dipelajari pada bulan ke tiga workshop. Topik ini sangat penting untuk dibicarakan karena Maluku adalah salah satu provinsi yang masih menerapkan hukuman fisik pada anak di sekolah walaupun menurut peraturan pemerintah, praktik hukuman fisik tidak lagi diizinkan di sekolah. Dalam sesi refleksi pribadi, peserta diminta untuk merefleksikan pengalaman yang tidak menyenangkan di sekolah dulu. Sebagian besar berkaitan dengan hukuman fisik yang diberikan oleh guru maupun orangtua. Pengalaman ini menjadi kunci untuk masuk dalam materi mengenal hak-hak anak dan peran guru dalam mendorong terpenuhinya hak-hak anak di sekolah. Setelah sesi ini, para guru juga mendapat kesempatan untuk mempelajari penerapan metode disiplin positif di sekolah. Sesi ini bertujuan untuk membentuk pola pikir dan perilaku guru yang menerapkan tujuh prinsip yakni menghormati anak, mendorong perilaku sosial yang positif, disiplin diri dan karakter anak, memaksimalkan partisipasi anak, mendukung tumbuh kembang anak dan kebutuhan akan kehidupan yang layak, menghormati motivasi dan tujuan hidup anak, menegakkan keadilan dan mempromosikan solidaritas.

Foto: Dok. HekaLeka
Foto: Dok. HekaLeka


Metode Pengajaran Disiplin Positif bertujuan untuk mengakhiri kekerasan di sekolah. Mitos bahwa hukuman kekerasan memberi dampak positif bagi anak-anak, perlu diakhiri. Hukuman fisik tidak menciptakan anak yang kuat dan pandai, namun mengingkari hak anak-anak untuk mendapatkan pendidikan yang bebas dari kekerasan. Melalui sesi pembelajaran inipun para guru bersepakat untuk menandatangi deklarasi sekolah ramah anak, yang antara lain berisi; komitmen setiap guru untuk membantu tumbuh-kembang anak dengan menciptakan suasana belajar yang positif dan aman buat anak, berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata yang positif dan santun kepada anak, tidak menggunakan kekerasan dalam bentuk fisik, psikis dan verbal kepada anak, melindungi anak dari segala bentuk kekerasan,  memperlakukan anak dengan baik dan sopan tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama, status sosial, kemampuan dan fisik, mendengar anak dan menanggapi setiap pendapat anak dengan serius dan menjadi duta perlindungan anak di masyarakat dengan mengadvokasi orangtua dan masyarakat demi terpenuhinya hak-hak anak.

Lewat tiga bulan pembelajaran ini dapat memberikan pengetahuan baru dan meningkatkan kualitas para guru dalam mengajar terutama dalam menciptakan ruang kelas yang ramah terhadap anak, kreatif  dan menarik.  Terima kasih untuk dukungan UnionAID, BaKTI dan semua pihak sehingga  terlaksana kegiatan ini dengan baik. Salam Maluku Cerdas!

Submission Agreement

Terimakasih atas  ketertarikan Anda untuk mengirimkan artikel ke BaKTINews. Dengan menyetujui pernyataan ini, Anda memberikan izin kepada BaKTINews untuk mengedit dan mempublikasikan artikel Anda di situs web dan situs afiliasinya, dan dalam bentuk publikasi lainnya.
Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.  Redaksi akan mempromosikan artikel Anda melalui situs kami dan saluran media sosial kami.
Dengan mengirimkan artikel Anda ke BaKTINews dan menandatangani kesepakatan ini, Anda menegaskan bahwa artikel Anda adalah asli hasil karya Anda, bahwa Anda memiliki hak cipta atas artikel ini, bahwa tidak ada orang lain yang memiliki hak untuk ini, dan bahwa konten Artikel Anda tidak mencemarkan nama baik atau melanggar hak, hak cipta, merek dagang, privasi, atau reputasi pihak ketiga mana pun.

Anda menegaskan bahwa Anda setidaknya berusia 18 tahun dan kemampuan untuk masuk ke dalam kesepakatan ini, atau bahwa Anda adalah orang tua atau wali sah dari anak di bawah umur yang menyerahkan artikel.
 
Satu file saja.
batasnya 24 MB.
Jenis yang diizinkan: txt, rtf, pdf, doc, docx, odt, ppt, pptx, odp, xls, xlsx, ods.