COVID-19 adalah penyakit yang diakibatkan oleh virus yang pertama kali diidentifikasi di Wuhan, Cina pada akhir 2019. Sebulan kemudian WHO menyatakan COVID-19 sebagai pandemi.
Kabupaten Bone terdiri dari 27 kecamatan, 335 desa, dengan Watampone sebagai ibukotanya. Jumlah penduduk di Bone adalah 751.026 orang. Seperti juga banyak daerah di Indonesia, Kabupaten Bone juga telah terlibat secara aktif dalam usaha pencegahan COVID-19. Sejak 15 Mei 2020, sebanyak 21.249 orang telah mengikuti tes dan terdapat enam kasus positif yang dikonfirmasi. Sebanyak 14 pasien dalam perawatan (PDP); 9.796 orang dalam pemantauan (ODP); dan 310 orang dalam risiko (ODR).
Pada April 2020, Tulodo melakukan penelitian guna bertujuan untuk menjawab pertanyaan seputar apa dampak COVID-19 di Indonesia dari waktu ke waktu? Penelitian ini menggali bagaimana masyarakat di Bone menanggapi situasi COVID-19, termasuk di dalamnya adalah perubahan perilaku kesehatan seperti pemakaian masker wajah, praktik mencuci tangan dengan sabun, dan perilaku menjaga jarak, dan bagaimana pandemi ini dapat berpengaruh terhadap kehidupan ekonomi mereka. Kami juga menggali lebih dalam tentang penggunaan saluran komunikasi serta informasi terkait COVID-19 oleh masyarakat.
Penelitian ini menggunakan metode potong lintang (cross-sectional) dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif, yang dilakukan setiap minggu dari 23 April hingga 15 Mei 2020. Hal ini memungkinkan kami untuk menelusuri data dari minggu ke minggu selama masa penelitian. Survei kuantitatif dilakukan melalui telepon dan online. Tulodo menggunakan metode bola salju untuk merekrut peserta melalui telepon, sementara untuk daring kami mendistribusikannya melalui mitra Tulodo. Target total sampel adalah sebanyak 450 responden, 360 responden berhasil dihubungi melalui telepon dan mengisi survei online. Untuk survei kualitatif, kami melakukan sebanyak 15 wawancara melalui telepon.
Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan perilaku terkait kesehatan selama pandemi COVID-19. Lebih dari 90% masyarakat telah mempraktikkan penggunaan masker wajah dan cuci tangan. Masyarakat juga telah mempraktikkan pembatasan jarak sosial dan lebih banyak orang tinggal di rumah pada minggu terakhir pengumpulan data.
Di sisi lain, COVID-19 juga telah memberikan dampak pada kehidupan masyarakat seperti sekitar separuh responden mengalami penurunan pendapatan dan kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sekitar 16% kehilangan pekerjaan. Sebagian besar masyarakat juga takut terinfeksi (68,3%) dan merasa stres atau marah (35,0%). Saat ini, negara-negara termasuk Indonesia sedang bersiap untuk transisi menuju kondisi normal baru di mana kehidupan sosial dan ekonomi dapat berfungsi kembali. Kesiapan dari pemerintah dan seluruh masyarakat akan menjadi penting. Masyarakat perlu dididik, dilibatkan, dan diberdayakan untuk menyesuaikan dengan normal baru.
Fokus Pada Pembatasan Jarak
Kebijakan pembatasan jarak memiliki pengaruh yang signifikan dalam mengurangi mobilisasi masyarakat di Indonesia. Ketika kebijakan pembatasan jarak mulai dikurangi, masyarakat perlu tetap diedukasi tentang bagaimana terus mempraktikkan pembatasan jarak pada masa normal baru. Penekanan harus pada tetap tingga di rumah sesering mungkin, termasuk memberikan insentif ekonomi, seperti subsidi upah dan makanan, serta disinsentif, seperti denda dan peringatan untuk mereka yang melanggar peraturan atau kebijakan bagi kondisi normal baru seperti memakai masker wajah dan mempraktikkan pembatasan jarak.
Dukungan Bagi yang Mengalami Penurunan Pendapatan dan Kehilangan Pekerjaan
COVID-19 telah berdampak pada tingkat pendapatan masyarakat dan status pekerjaan, dengan demikian penting untuk mengembangkan strategi untuk mengatasi masalah ini dalam situasi normal yang baru. Program seperti KUBE, PKH, Rastras, KIS dan lain-lain perlu diperkuat. Dukungan, termasuk proyek padat karya dan kredit mikro, harus diberikan melalui komunitas masyarakat seperti. PKK, BKMT, kelompok tani dan nelayan. Selain itu perlu juga mengidentifikasi siapa sasaran yang tepat untuk penerima manfaat. Penting juga untuk mengkomunikasikan bagaimana sistem atau mekanisme penyaluran dukungan sosial ini kepada masyarakat untuk menghindari kesenjangan sosial.
Menargetkan Kelompok Lansia
Hampir setengah dari responden melaporkan setidaknya ada seorang responden berusia di atas 60 tahun yang tinggal dalam satu rumah. Dengan demikian penting untuk mempertimbangkan saluran komunikasi yang tepat dan materi yang menargetkan orang lanjut usia karena mereka lebih rentan terhadap COVID-19. Media tradisional seperti televisi dan radio surat kabar masih merupakan saluran yang tepat untuk menyasar kelompok lansia di Indonesia. Dalam situasi COVID-19 ini, media ini menjadi saluran penting. Anggota keluarga yang lain juga dapat bertindak sebagai saluran penting untuk menyampaikan informasi kepada para lansia sehingga informasi dapat disalurkan secara akurat dan efektif.
Mengurangi Stigma Sosial dan Meningkatkan Kesehatan Mental
Stigma sosial yang timbul selama COVID-19 perlu dikurangi terutama dalam situasi normal baru. Sebagaimana ada beberapa kasus positif di Bone, kita perlu memahami bahwa mereka yang tidak memiliki penyakit tetapi memiliki karakteristik yang sama dengan mereka yang dikonfirmasi dengan COVID-19 (misalnya tinggal di lokasi yang sama dengan pasien COVID-19) kemungkinan besar akan mengalami stigma sosial. Ada kebutuhan untuk mendidik masyarakat tentang cara mengurangi stigma sosial. Pemerintah nasional dan daerah perlu mendidik masyarakat tentang COVID-19 dan penularannya untuk mengurangi stigma sosial ini. Mekanisme untuk meningkatkan kesehatan mental di masyarakat dan individu perlu ditingkatkan, termasuk sistem rujukan.
Untuk mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai laporan ini dapat mengunjungi website www.tulodo.com