Pengabdian Guru Herlina Silubun Untuk Anak-Anak Asmat (Bagian 2) Selesai
Penulis : Petrus Supardi
  • Foto: Petrus Supardi/Yayasan BaKTI
    Foto: Petrus Supardi/Yayasan BaKTI

Hal pertama yang dilakukan Herlina setelah ditunjuk menjadi Kepala Sekolah adalah menggelar rapat bersama para guru untuk menentukan prioritas perbaikan di SD YPPK St. Martinus de Pores Ayam. Kebetulan pada saat itu, dana BOS juga telah cair. Dari rapat tersebut disepakati bahwa hal-hal pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan perbaikan infrastruktur diantaranya, perbaikan WC yang rusak, perbaikan ruang sirkulasi yang menghubungkan kedua gedung sekolah dan perbaikan pintu-pintu kelas yang mulai rusak.

Selain itu, Herlina berpikir untuk segera memperbaiki ruang perpustakaan yang selama ini menjadi gudang untuk menyimpan meja dan kursi yang sudah rusak. Tetapi, ia harus bersabar, karena dana BOS tidak sepenuhnya bisa dipakai untuk perbaikan sekolah sekaligus. “Dana BOS tidak banyak, sehingga perbaikan dilakukan bertahap. Perpustakaan akan diperbaiki pakai dana BOS tahap berikut,” tutur Herlina.

Selain itu, pekarangan sekolah yang selama ini dipenuhi belukar akan dibersihkan dan dimanfaatkan untuk kebun sekolah. “Lahan di belakang sekolah, saat ini masih dipenuhi rumput, tetapi ke depan, saya akan pimpin orang tua siswa untuk bersihkan dan bikin kebun sekolah” tutur Pastor Paroki St. Martinus de Pores Ayam, Pastor Fransiskus Vesto Maing, Pr pada saat pelatihan SPM dan MBS di Ayam.

Serasa gayung bersambut. Semangat dan komitmen Herlina untuk melakukan perbaikan SD YPPK St. Martinus de Pores Ayam bertepatan pula dengan kehadiran KOMPAK LANDASAN di Distrik Akat. Herlina Sopia Silubun berkomitmen mengawal seluruh proses perbaikan di SD YPPK St. Martinus de Pores Ayam.  

Pada kunjungan tersebut, Herlina mendapat kesempatan mengikuti Pelatihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) II, yang akan digelar di Agats, pada 19-20 Februari 2018. Herlina bersama rekan gurunya hadir pada pelatihan tersebut. Berbekalkan pelatihan singkat itu, Herlina mulai melakukan perbaikan di SD YPPK St. Martinus de Pores Ayam.

Guru Herlina juga menaruh perhatian pada Perpustakaan yang sudah lama terbengkalai. “Itu bukan Perpustakaan. Itu gudang saja. Tetapi, kami akan perbaiki,” kisahnya.

Sekolah harus menjadi tempat yang nyaman bagi para murid, perbaikan pada fasilitas pendukung kegiatan belajar akan meningkatkan kualitas muridnya. Foto : Petrus Supardi/Yayasan BaKTI
Sekolah harus menjadi tempat yang nyaman bagi para murid, perbaikan pada fasilitas pendukung kegiatan belajar akan meningkatkan kualitas muridnya.
Foto : Petrus Supardi/Yayasan BaKTI


Akhir Juli 2018, Herlina sudah mulai membenahi perpustakaan. Ruangan yang sebelumnya menjadi tempat menaruh barang-barang bekas, kini berubah rupa menjadi ruang baca yang ramah anak. Rak-rak buku melekat pada dinding perpustakaan. Sedangkan lantai papan yang sebelumnya kusam kini dibalut karpet hijau. Anak-anak bisa leluasa mengambil buku di rak. Kemudian, mereka duduk bersila dan membacanya.

“Sekarang, saya menghabiskan banyak waktu di ruang perpustakaan. Saya mengawasi langsung anak-anak yang datang membaca buku di perpustakaan. Anak-anak senang sekali ke perpustakaan. Anak-anak kelas satu, mereka suka lihat gambar. Kalau anak-anak kelas dua, kelas tiga, mereka sudah bisa baca,” tutur Herlina penuh haru.

“Perpustakaan kami kini sudah memiliki koleksi buku sebanyak dua ribu buku bacaan dan buku pelajaran siswa. Ke depan, kami akan menambah koleksi buku bacaan untuk anak-anak,” tutur Herlina dengan penuh rasa bangga.

Herlina bersama dengan para guru lainnya juga membersihkan pekarangan sekolah. Sejak dirinya menjadi kepala sekolah, sampah yang biasa ditumpuk di halaman depan sekolah telah dipindahkan ke belakang. Selain itu, halaman belakang sekolah yang sebelumnya hutan lebat, kini telah bersih.

Bulan Agustus-September 2018, melalui kehadiran Bruder Elias Logo OFM, yang difasilitasi oleh LANDASAN, SD YPPK St. Martinus de Pores Ayam membuka kebun sekolah. Halaman belakang yang sebelumnya ditumbuhi rumput dan pohon-pohon yang tinggi, kini menjadi kebun sekolah.

Herlina menyadari dirinya tidak bisa bekerja sendiri bersama para guru untuk membenahi SD YPPK St. Martinus de Pores Ayam. Ia membutuhkan keterlibatan orang tua. Karena itu, ia membentuk Komite Sekolah yang terdiri dari orangtua murid, tua-tua adat dan tokoh perempuan. Dalam pertemuan tersebut, Paulus Bowbiram terpilih menjadi ketua Komite Sekolah dan Sergius Peri sebagai Sekretaris dan Yuliana Siforo sebagai bendahara.

“Saya merasa sangat terbantu dengan adanya komite sekolah. Mereka membantu menjaga keamanan sekolah. Mereka terlibat memperbaiki jalan yang rusak. Kalau ada anak yang tidak masuk sekolah, mereka biasa mengecek ke rumah siswa tersebut,” tutur Herlina.

Herlina juga melakukan berbagai terobosan perbaikan di SD YPPK St. Martinus de Pores Ayam. Ia memiliki impian bahwa setiap anak Asmat harus merasa senang dan nyaman di sekolah. “Saya buat sekolah menjadi bagus supaya anak-anak senang datang ke sekolah. Kalau sekolah sudah menjadi tempat yang nyaman, maka dengan sendirinya anak-anak akan semakin rajin datang ke sekolah,” tutur Herlina.

Setelah melakukan perbaikan infrastruktur, hal selanjutnya yang dilakukan oleh Herlina adalah mengatasi anak-anak yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah. Satu hal yang sangat disadari Herlina adalah anak-anak yang sudah tidak mau belajar selepas pulang sekolah.

Anak-anak di Asmat. Lebih banyak menghabiskan hari mereka dengan bermain seusai waktu sekolah. Kebijakan di SD YPPK St. Martinus de Pores Ayam dengan menambah 1 jam waktu belajar dari waktu normal di sekolah ditujukan agar mereka lebih maksimal menggunakan waktunya untuk belajar. Foto : Fadhilah Mansyur/Yayasan BaKTI
Anak-anak di Asmat. Lebih banyak menghabiskan hari mereka dengan bermain seusai waktu sekolah. Kebijakan di SD YPPK St. Martinus de Pores Ayam dengan menambah 1 jam waktu belajar dari waktu
normal di sekolah ditujukan agar mereka lebih maksimal menggunakan waktunya untuk belajar.
Foto : Fadhilah Mansyur/Yayasan BaKTI


Untuk mengatasi kondisi tersebut, Herlina menyiasatinya dengan menambah jam pelajaran di kelas. “Biasa di rumah anak-anak tidak terbiasa belajar, maka kalau sekolah selesai pukul 12.05 WIT, saya biasa minta para guru kami tambah waktu sampai pukul 13.00 WIT. Setelah itu, anak-anak boleh pulang ke rumah,” tambahnya.

Herlina menjelaskan bahwa di SD YPPK St. Martinus de Pores Ayam, tidak asal libur. “Kami di sini, libur hanya pada hari raya keagamaan. Selain itu, kami tidak libur. Karena, kalau kami libur terus, nanti anak-anak pikir tidak sekolah jadi mereka ikut orang tua pergi ke dusun,” tegas Herlina.

Tantangan lainnya adalah luas kelas yang tidak memadai untuk digunakan oleh jumlah siswa Kelas 1 yang mencapai 80-an siswa. “Siswa kelas satu adalah yang paling rajin datang ke sekolah. Jumlah yang terlalu banyak dan ruangan yang sempit membuat guru kewalahan. Untuk mengatasi kondisi ini, kami membuka kelas siang khusus untuk Kelas 1. Dengan demikian, siswa Kelas 1 dapat menempati tiga ruang kelas dan proses belajar menjadi lebih nyaman,” jelas Herlina.

Herlina Sopia Silubun tidak berjalan sendirian dalam memperbaiki SD YPPK St. Martinus de Pores Ayam. Ia bersama para guru senantiasa ditopang oleh Pastor Paroki St. Martinus de Pores Ayam, Pastor Vesto Maing, Pr. “Pastor Vesto selalu hadir dan memberikan dukungan kepada kami di sekolah. Dia sangat memperhatikan sekolah ini,” tutur Herlina.

Ia juga menambahkan bahwa Kepala UPTD Pendidikan Distrik Akat, Blasius Fofied turut memberikan perhatiannya. Blasius selalu ke sekolah dan menyapa para guru. Selain itu, ia juga bersedia mengantar para guru ke Agats menggunakan speed boat kalau ada kebutuhan mendesak.
Kehadiran KOMPAK LANDASAN di Distrik Akat memberikan semangat baru bagi Herlina. Melalui pelatihan SPM dan MBS serta pendampingan yang diberikan oleh Koodinator Distrik Akat, Arita Meak membantu Herlina dan para guru SD YPPK St. Martinus de Pores Ayam.

Submission Agreement

Terimakasih atas  ketertarikan Anda untuk mengirimkan artikel ke BaKTINews. Dengan menyetujui pernyataan ini, Anda memberikan izin kepada BaKTINews untuk mengedit dan mempublikasikan artikel Anda di situs web dan situs afiliasinya, dan dalam bentuk publikasi lainnya.
Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.  Redaksi akan mempromosikan artikel Anda melalui situs kami dan saluran media sosial kami.
Dengan mengirimkan artikel Anda ke BaKTINews dan menandatangani kesepakatan ini, Anda menegaskan bahwa artikel Anda adalah asli hasil karya Anda, bahwa Anda memiliki hak cipta atas artikel ini, bahwa tidak ada orang lain yang memiliki hak untuk ini, dan bahwa konten Artikel Anda tidak mencemarkan nama baik atau melanggar hak, hak cipta, merek dagang, privasi, atau reputasi pihak ketiga mana pun.

Anda menegaskan bahwa Anda setidaknya berusia 18 tahun dan kemampuan untuk masuk ke dalam kesepakatan ini, atau bahwa Anda adalah orang tua atau wali sah dari anak di bawah umur yang menyerahkan artikel.
 
Satu file saja.
batasnya 24 MB.
Jenis yang diizinkan: txt, rtf, pdf, doc, docx, odt, ppt, pptx, odp, xls, xlsx, ods.