Pembangunan Pertanian Menjadi Strategi Menurunkan Kemiskinan di Lombok Timur di Masa Pandemi
Penulis : Maharani
  • Foto: Adwit B. Pramono/Yayasan BaKTI
    Foto: Adwit B. Pramono/Yayasan BaKTI

Di masa pandemi COVID-19 ini mengakibatkan semua sektor pembangunan mengalami penurunan pertumbuhan. Bahkan, ada yang sampai minus. Hal ini berdampak buruk bagi perekonomian masyarakat, tak terkecuali di Lombok Timur.

Pada Desember 2019 yang lalu, jumlah penduduk miskin di Lombok Timur menurut data Badan Pusat StatistiK (BPS) Lombok Timur sebanyak 193.650 orang atau 16,15%. Sedangkan garis kemiskinan berada pada sekitar 430 juta rupiah per kapita per bulan.

Dilihat dari kacamata ekonomi, hanya sektor pertanian dan perdagangan yang masih bertahan di masa pandemi ini. Pertanian memberikan kontribusi yang nyata bagi pertumbuhan ekonomi di masa yang sangat sulit ini. Terutama peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Ini terjadi baik di perkotaan maupun perdesaan. BPS menyebutkan pada Maret 2020, sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 74,71 persen di perkotaan dan 74,73 persen di pedesaan.

Selama September 2019 dan Maret 2020, garis kemiskinan mengalami kenaikan. Dari 414 juta rupiah per kapita per bulan pada September 2019 menjadi 430 juta rupiah per kapita per bulan pada Maret 2020. Dengan memperhatikan komponen garis kemiskinan (GK) terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan.

Melihat hal tersebut, di masa pandemi ini akan berpengaruh terhadap sendi kehidupan masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan. Mengapa begitu? Perekonomian yang lesu, menyebabkan perusahaan-perusahaan mengalami kerugian yang berujung pada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) untuk mengurangi beban perusahaan. Selain itu, pola pembelian konsumen yang berubah akibat dari kebijakan Social Distancing. Hal ini dilakukan demi memutus rantai penyebaran COVID-19.

Banyak sektor perekonomian yang mengalami keterpurukan sejak wabah pandemi ini hadir. Mulai dari sektor real estate yang sepi pembeli, sektor hiburan yang mengalami pemberhentian sementara, sektor barang dan jasa yang mengalami penurunan permintaan, dan masih banyak lainnya. Namun tanpa kita sadari, ada salah satu sektor dari sekian sektor lainnya yang tidak mengalami kerugian. Bahkan dapat dikatakan untung akibat dari pandemi COVID-19 yaitu sektor pertanian.

Memang pertanian memberikan kontribusi yang nyata bagi perekonomian Lombok Timur. Namun, pertanian tidak bisa berdiri sendiri. Ada sektor lain yang menjadi pendukungnya, seperti transportasi dan pariwisata, terutama perhotelan dan jasa restoran. Jika hal ini mengalami kontradiksi, maka akan berpengaruh pula kepada sektor pertanian ini.

Pada kondisi keadaan apapun, manusia akan tetap mempertahankan kebutuhan pangan masing-masing. Hal tersebutlah yang sangat mendasar sehingga sektor pertanian tidak mengalami pengaruh dan perubahan yang cukup berarti pada kondisi pandemi COVID-19.

Hasil dari produk sektor pertanian adalah sayuran dan buah-buahan, yang mana kedua produk tersebut terus mengalami permintaan yang sangat signifikan sejak wabah pandemi COVID-19 melanda. Selain dikarenakan himbauan dari pemerintah untuk mencegah penyebaran COVID-19 dengan mengonsumsi sayuran dan buah-buahan.

Pergeseran masa panen dari Maret menjadi April sehingga puncak panen padi terjadi pada  triwulan kedua 2020 juga memberikan hal yang positif bagi pertanian di masa pandemi ini.     Sementara itu ditinjau dari sisi epidemiologi, virus Corona mayoritas menyebar di perkotaan atau kawasan padat penduduk. Artinya, pertanian yang mayoritas tidak berada di perkotaan relatif lebih aman.

Pandemi COVID-19 memiliki potensi yang bisa menyebabkan krisis pangan global. Rantai pasokan pangan terancam di tengah pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan larangan perjalanan. Kebijakan terkait pencegahan penyebaran COVID-19 turut berimplikasi pada kebijakan pangan maupun kemampuan produksi pangan. Realitas itu menunjukkan, ketahanan pangan sama pentingnya dengan kesehatan masyarakat.

Lombok Timur harus berani membuat suatu terobosan konkrit di bidang pertanian ini untuk menghambat peningkatan jumlah kemiskinan di daerah. Maka, langkah utama yang perlu dilakukan adalah meningkatkan produksi petani melalui kebijakan input dan memberikan insentif bagi harga komoditi andalan daerah.

Hasil dari Survei Pertanian Antar Sensus (SUTAS) 2018 menyebutkan jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Lombok Timur mencapai 170 ribu atau mencapai 567 ribu jumlah anggota rumah tangga. Oleh karena itu, sebagian besar penduduk Kabupaten Lombok Timur memiliki profesi sebagai petani dan menggantungkan kehidupannya dari hasil pertanian.

Fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi petani merupakan  bantuan berupa benih/bibit, program padat karya, stabilisasi stok dan harga pangan, serta distribusi dan transportasi pangan yang merupakan bantuan agar petani bisa mandiri. Anggaran tersebut menjadi modal pemerintah mendongkrak produktivitas pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.

Keberpihakan terhadap petani kecil pun harus ditunjukkan dengan optimalisasi peran penyuluh. Pandemi COVID-19 tidak boleh menjadi penghalang penyuluh untuk terus mendampingi petani. Penyuluh pertanian dapat memanfaatkan teknologi informasi digital sehingga pendampingan bisa dilakukan kapan pun dan di mana pun.

Tidak hanya satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) teknis yang harus berbuat. Semua SKPD pun harus fokus dalam menjalankan program yang dibuat. Jangan ada ego sektoral yang terjadi. Program harus terkoneksi dan melibatkan semua pihak seperti akademisi, sektor swasta maupun lembaga sosial yang ada di daerah.

Semoga dengan adanya program yang langsung efektif terhadap petani memberikan pengaruh yang nyata bagi pertumbuhan ekonomi daerah dan mampu menekan angka kemiskinan di Kabupaten Lombok Timur ini.

Artikel ini telah dimuat sebelumnya di https://massmedia.id/pembangunan-pertanian-menjadi-strategi-menurunkan-kemiskinan-di-lombok-timur-pada-masa-pandemi 

Submission Agreement

Terimakasih atas  ketertarikan Anda untuk mengirimkan artikel ke BaKTINews. Dengan menyetujui pernyataan ini, Anda memberikan izin kepada BaKTINews untuk mengedit dan mempublikasikan artikel Anda di situs web dan situs afiliasinya, dan dalam bentuk publikasi lainnya.
Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.  Redaksi akan mempromosikan artikel Anda melalui situs kami dan saluran media sosial kami.
Dengan mengirimkan artikel Anda ke BaKTINews dan menandatangani kesepakatan ini, Anda menegaskan bahwa artikel Anda adalah asli hasil karya Anda, bahwa Anda memiliki hak cipta atas artikel ini, bahwa tidak ada orang lain yang memiliki hak untuk ini, dan bahwa konten Artikel Anda tidak mencemarkan nama baik atau melanggar hak, hak cipta, merek dagang, privasi, atau reputasi pihak ketiga mana pun.

Anda menegaskan bahwa Anda setidaknya berusia 18 tahun dan kemampuan untuk masuk ke dalam kesepakatan ini, atau bahwa Anda adalah orang tua atau wali sah dari anak di bawah umur yang menyerahkan artikel.
 
Satu file saja.
batasnya 24 MB.
Jenis yang diizinkan: txt, rtf, pdf, doc, docx, odt, ppt, pptx, odp, xls, xlsx, ods.