“Peneliti menghasilkan pengetahuan melalui proses penelitian, di mana hasilnya berkontribusi dalam mengubah persepsi, pemikiran, perilaku, serta tindakan masyarakat.” Demikian disampaikan oleh Ibu Marilyn Metta, Head of GEDSI and Partnership Unit KONEKSI, dalam sambutannya pada pembukaan GEDSI Writing Training bagi anggota Jaringan Peneliti Indonesia Timur, Provinsi Papua Barat. Dalam kesempatan tersebut, beliau juga menegaskan bahwa salah satu strategi efektif KONEKSI untuk mengurangi kesenjangan sosial di masyarakat adalah dengan mendorong integrasi prinsip Kesetaraan Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial (GEDSI) dalam setiap tahapan penelitian, mulai dari desain hingga diseminasi hasil.
Pengarusutamaan GEDSI dalam kegiatan penelitian merupakan aspek fundamental untuk memastikan bahwa hasil riset mampu memberikan dampak nyata bagi seluruh kelompok masyarakat, termasuk mereka yang selama ini termarjinalkan. Pentingnya isu GEDSI dalam penelitian adalah untuk memastikan bahwa hasil riset benar-benar relevan dan bermanfaat bagi seluruh kelompok masyarakat, termasuk yang seringkali termarjinalkan. Dengan memasukkan perspektif GEDSI dalam penelitian, hasil riset akan lebih inklusif dan dapat digunakan untuk menciptakan kebijakan yang lebih adil dan setara.
Penelitian yang mempertimbangkan GEDSI dapat memberikan dampak yang lebih luas bagi masyarakat, karena hasil riset dapat digunakan untuk untuk menginformasikan kebijakan dan praktik yang lebih inklusif dan ramah bagi semua kelompok masyarakat. Hasil penelitian tersebut dapat mendukung hak-hak dasar dan meningkatkan kesejahteraan semua orang, termasuk perempuan, anak-anak, penyandang disabilitas, dan kelompok marginal lainnya. Dengan kata lain, memasukkan isu GEDSI dalam penelitian akan memperbesar kemungkinan bahwa hasil dapat memberikan manfaat dan dampak positif bagi seluruh masyarakat.
Penelitian dengan pendekatan GEDSI juga memastikan bahwa semua kelompok masyarakat, termasuk kelompok marginal, terlibat dalam proses penelitian, mulai dari menentukan topik penelitian, mengumpulkan data, menganalisis, hingga menuliskan dan menyebarkan hasil penelitian. Dengan memasukkan perspektif GEDSI, penelitian dapat menjadi sarana untuk mengidentifikasi dan mengatasi berbagai bentuk diskriminasi dan ketidaksetaraan yang ada dalam masyarakat.
Kesadaran akan pentingnya prinsip ini mendorong BaKTI dan KONEKSI menyelenggarakan Lokakarya Penulisan GEDSI pada bulan Mei 2025 di dua wilayah yaitu Sulawesi Tenggara dan Papua Barat. Tujuan utama pelatihan ini adalah untuk memperkuat pemahaman peserta mengenai prinsip GEDSI melalui pendekatan interseksional. Pendekatan ini menekankan pentingnya melihat berbagai bentuk ketimpangan berdasarkan gender, disabilitas, usia, lokasi geografis, etnis, dan status sosial ekonomi sebagai faktor yang saling terkait/interseksionalitas dalam menciptakan ketidakadilan sosial.
Untuk wilayah Sulawesi Tenggara, kegiatan berlangsung di Kota Kendari pada 19 -21 Mei 2025. Kegiatan di Kota Kendari diikuti 39 peneliti dari Jaringan Peneliti Indonesia Timur, khususnya Provinsi Sulawesi Tenggara, sebagai bagian dari komitmen memperkuat kapasitas peneliti dalam membangun praktik penelitian yang lebih inklusif dan transformatif. Peserta yang berasal dari berbagai latar belakang—termasuk akademisi, peneliti dari lembaga swadaya masyarakat, jurnalis, serta mitra disabilitas dari jaringan SAPDA (Sentra Advokasi Perempuan, Difabel dan Anak) —berpartisipasi aktif dalam sesi-sesi pembelajaran. Kehadiran peserta dari luar Sulawesi Tenggara, seperti Yogyakarta, NTT dan Ambon, memperkaya dinamika diskusi dan perspektif yang muncul dalam setiap sesi.
Materi pelatihan disampaikan oleh empat trainer berpengalaman, yaitu Lies Marcoes, Nurhady Sirimorok (Universitas Hasanuddin), Prof. Kathryn Robinson (Australian National University/ANU), dan Salman Samir (BaKTI). Para trainer memberikan kombinasi materi teoritis dan praktis, dimulai dari pengenalan konsep GEDSI hingga strategi menuliskannya dalam bentuk artikel ilmiah maupun tulisan populer. Konsep GEDSI diperkenalkan tidak hanya sebagai perangkat analisis, tetapi juga sebagai kerangka ideologis yang mendasari keseluruhan proses penelitian yang inklusif dan transformatif.

Foto: Proses pelaksanaan GEDSI Writting Training oleh salah satu pemateri.
Salah satu peserta, Ibu Eva Solina Gultom dari Universitas Halu Oleo, menyampaikan pengalamannya, “Saya sangat senang dapat berpartisipasi dalam lokakarya ini, karena memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai prinsip GEDSI serta memperkaya wawasan saya dengan berbagai teknik penulisan yang sebelumnya belum pernah saya pelajari. Bagi saya, isu GEDSI merupakan tema yang relevan sepanjang masa dan akan selalu penting untuk dikaji dan disuarakan dalam berbagai konteks.” Pernyataan ini menggambarkan antusiasme peserta sekaligus menunjukkan nilai strategis pelatihan ini dalam membentuk cara pandang peneliti terhadap kesetaraan dan keadilan sosial.
Banyak peserta yang berasal dari kalangan dosen dan peneliti akademik merasa bahwa pelatihan ini tidak hanya menguatkan pemahaman teoritik mereka, tetapi juga memberikan keterampilan praktis yang sangat dibutuhkan dalam proses menulis, seperti bagaimana merancang studi literatur yang efektif, mengakses big data/data sekunder, membangun argumen berbasis bukti, serta menyusun abstrak dan kerangka tulisan yang koheren. Teknik-teknik ini dipaparkan dengan pendekatan aplikatif yang membuat peserta lebih percaya diri dalam menulis dan mempublikasikan karya mereka, baik di jurnal ilmiah maupun di media publik.
Sementara itu, kegiatan Lokakarya Penulisan GEDSI di Provinsi Papua Barat dilaksanakan di Kabupaten Manokwari. Kegiatan ini juga berlangsung selama tiga hari, yaitu pada 26 - 28 Mei 2025. Sebanyak 33 peneliti mengikuti kegiatan ini, terdiri dari 20 peneliti perempuan, 13 laki-laki, dan 3 diantaranya merupakan peneliti disabilitas. Peserta mayoritas berasal dari Universitas Papua (UNIPA), partisipan institusi lain seperti STKIP Muhammadiyah, Badan Riset dan Inovasi Daerah Manokwari, serta perwakilan penyandang disabilitas yang tergabung dalam jaringan SAPDA.
Sama dengan pelaksanaan training di Kendari, untuk mendalami teknik penulisan, peserta dibagi ke dalam dua kelas: kelas penulisan artikel jurnal yang difasilitasi oleh Prof. Kathryn Robinson dan Salman Samir, serta kelas penulisan populer dipandu oleh Lies Marcoes dan Nurhady Sirimorok. Pembagian ini memungkinkan peserta memilih pendekatan penulisan yang sesuai dengan minat dan latar belakang akademik mereka.
Salah satu peserta, Ibu Agustina Sylvanie Mori Muzendi, dosen dan peneliti dari UNIPA, mengungkapkan bahwa penulisan populer merupakan pengalaman baru baginya. Selama ini, ia terbiasa menulis artikel untuk jurnal ilmiah yang hanya dibaca oleh kalangan akademik dan sering kali diarahkan pada kepentingan institusional. “Sebaliknya,” ujarnya, “tulisan populer memiliki potensi yang lebih besar untuk menjangkau masyarakat luas dan menyuarakan isu-isu yang selama ini tersembunyi, terutama terkait GEDSI.”
Senada dengan itu, Bapak Albertus Girik Allo, juga peneliti dari UNIPA, menyoroti pentingnya keterlibatan dalam jejaring peneliti Indonesia Timur. Selain memperluas pemahaman tentang GEDSI, keterlibatan ini juga memperkaya kolaborasi lintas disiplin, yang menjadi semakin penting dalam pengembangan penelitian masa kini.
Secara individu dan kolektif, para peneliti yang hadir dalam kegiatan Lokakarya Penulisan GEDSI baik di Kota Kendari maupun Kabupaten Manokwari diharapkan mampu mempromosikan perspektif GEDSI dalam penelitian mereka. Dengan demikian, hasil penelitian tidak hanya berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga menciptakan solusi yang inovatif dan berkelanjutan untuk mengatasi tantangan pembangunan di Indonesia Timur secara lebih adil dan inklusif.

Foto: Peserta GEDSI Writting Training di Manokwari pada 26-28 Mei 2025
Pelatihan penulisan GEDSI ini bukan hanya menjadi wahana peningkatan kapasitas teknis peserta dalam menulis, tetapi juga memperkuat kesadaran kritis mereka terhadap pentingnya kesetaraan dan inklusi dalam praktik riset. Dengan menghadirkan narasumber berpengalaman dan menyuguhkan pendekatan yang interaktif serta berbasis pengalaman nyata, kegiatan ini berhasil mendorong transformasi cara pandang dan praktik menulis di kalangan peneliti Indonesia Timur. Lebih dari sekadar pelatihan, lokakarya ini telah membangun fondasi bagi ekosistem riset yang lebih adil, setara, dan berkelanjutan di bawah payung jejaring KONEKSI.
Informasi lebih lanjut:
Untuk informasi mengenai program KONEKSI dalam mendukung pengembangan Jaringan Peneliti Indonesia Timur melalui email peneliti.timur@bakti.or.id