Sulawesi Utara memiliki histori yang unik dan mengagumkan. Selama berpuluh tahun masyarakat hidup secara tradisional. Maka tak heran, segala peralatan, termasuk persenjataan dibuat dengan tangan dan memanfaatkan benda-benda dari alam.
Sama seperti daerah lain, Sulawesi Utara juga punya senjata tradisional yang dahulu membantu para pahlawan menumpas penjajah. Konon, beberapa senjata tradisional provinsi ini telah ada sejak 5.000 tahun silam. Good News From Indonesia telah merangkum empat senjata tradisional khas Sulawesi Utara sebagai berikut.
1. Pedang Bara Sangihe
Pedang bara Sangihe sangat lekat dengan nama Hengkeng U Nang, seorang pahlawan kelahiran 1590, asal Sulawesi Utara. Senjata itu ibarat teman baginya karena selalu dibawa ke mana-mana. Dia pun kerap menggunakan pedang bara Sangihe untuk melawan para penjajah.
Sedari kecil, Hengkeng U Nang sangat rajin mengasah keahliannya dalam bergulat serta ketangkasan dalam memainkan pedang bara. Pahlawan asal Timeno Kiawang Siau itu begitu mahir memainkan pedang bara. Dia pernah diangkat menjadi Kontraktor Proyek Pembangunan Armada Angkatan Laut pada tahun 1612.
Bentuk pedang bara Sangihe sangat unik. Gagangnya memiliki dua cabang. Ujung pedang bara sangat tajam dan juga punya dua cabang. Di antara dua cabang itu terdapat gerigi, sekilas menyerupai paruh burung. Pedang bara Sangihe menjadi salah satu senjata tradisional yang sangat terkenal di Sulawesi Utara.
2. Peda atau Santi
Peda adalah senjata tradisional khas Minahasa, penduduk pribumi menyebutnya santi. Senjata yang berupa parang ini dahulu digunakan oleh para waraney, orang yang memimpin dan melindungi suku, menafkahi keluarga, serta menjaga tradisi para leluhur Minahasa.
Konon, parang ini pertama kali dibuat pada lima ribu tahun lalu oleh Opo Marentek atau pandai besi. Masyarakat Sulawesi Utara percaya, santi sudahada sebelum meletupnya perang Minahasa melawan penjajah dari Spanyol yang dikenal dengan Perang Tasikela.
Santi dalam bahasa Tombulu artinya pemisah. Selain berperang, santi juga digunakan sebagai alat berburu dan bertani. Bentuk santi mirip dengan pedang tradisional lainnya, seperti kampilan dari Mindanau, mandau dari suku Dayak, atau parang nenek moyang suku Toraja.
Santi atau peda memiliki panjang 50 sentimeter, dibuat dengan bahan logam besi pilihan, sehingga menghasilkan kualitas yang kuat dan tahan lama. Bagian gagang peda terbuat dari kayu yang keras. Lalu, pada hulu pedang terdapat cabang yang menyerupai paruh burung, Parang Peda dilengkapi dengan sarung yang terbuat dari bahan kayu.
Santi ada beberapa macam dengan kegunaan yang berbeda. Tiga di antaranya: taradu, lolambot, dan kowit.
Taradu dipakai saat upacara mangayou atau sumayou (mengambil kepala), sedangkan lolambot (pedang panjang) digunakan khusus untuk pertarungan terbuka. Santi jenis inilah yang biasa dibawa para Waraney untuk berperang.
Lolambot dibuat lebih panjang dan lebih tipis dari tarandu agar memudahkan prajurit untuk menggunakannya. Lalu, perisai di atas gagang pedang ini sengaja dibuat melintang agar mudah menjepit senjata musuh ketika terdesak.
Terakhir, kowit digunakan hanya untuk berjaga-jaga terhadap musuh atau binatang. Pedang ini sering dibawa oleh para walian atau pembesar Minahasa, misalnya saat perjalanan jauh atau pertemuan besar, dengan menjepitkannya di antara lengan dan badan.
3. Perisai Sulawesi Utara
Sulawesi Utara memiliki senjata penangkis yang disebut perisai Sulawesi Utara. Ini jenis senjata yang biasa digunakan dalam perang untuk menangkis dan mempertahankan diri dari serangan musuh.
Perisai umumnya digunakan bersama pedang. Senjata yang ini sangat esensial dan dianggap penting untuk melawan musuh saat berperang.
Perisai terbuat dari bahan kayu sangat kuat, namun ringan, lalu dihias dengan motif hewan atau daun. Di bagian belakang senjata, diberi pegangan yang terbuat dari kayu agar tidak mudah terlepas saat terkena hantaman senjata musuh.
Kadang kala orang melapisi senjata ini dengan campuran logam sebagai hiasan menambah kesan pamor. Hal itu bermaksud untuk menandakan pemiliknya adalah sosok terpandang atau berstatus sosial tinggi.
Perisai Sulawesi Utara sering dijadikan sebagai lambang daerah di beberapa kota di Indonesia, salah satunya di Sulawesi Utara. Lambang daerah ini dibentuk persegi lima dengan dasar warna biru langit dengan bagian tepi kuning, jingga, serta keemasan.
Lambang daerah ini dibentuk persegi lima dengan dasar warna biru langit dengan bagian tepi kuning-jingga serta keemasan.
4. Keris
Sulawesi Utara juga memiliki keris. Sebuah legenda menceritakan bahwa masyarakat Sulawesi Utara telah menggunakan senjata keris sebelum banyak beredar di tanah air pada abad ke-9.
Keris memang sering diyakini sebagai benda pusaka dengan kekuatan mistis yang cukup kuat. Tak hanya itu, keris dikenal cukup berbahaya, bahkan mematikan. Akan tetapi, senjata jenis ini tidak terlalu sering digunakan masyarakat Sulawesi Utara.
Keris Sulawesi Utara dibuat berlapis dari campuran beberapa logam. Keris ini memiliki ciri khas dan unik pada mata bilahnya. Kini benda bersejarah ini telah disimpan dan dirawat di Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara, Kota Manado.
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/07/13/mengagumi-4-senjata-tradisional-sulawesi-utara-konon-sudah-ada-5000-tahun-silam