Membangun Papua dan Papua Barat dengan Data
Penulis : Jeni Karay
  • 60% dari total penduduk Papua tinggal di wilayah pedalaman, pegunungan dan delta sungai serta kepulauan. Sebagian besar penduduk hidup terisolir karena kendala geografis, akibatnya berbagai layanan vital seperti kesehatan dan pendidikan menjadi hal yang sulit diakses warga <br> Foto: Dok. LANDASAN/Yayasan BaKTI
    60% dari total penduduk Papua tinggal di wilayah pedalaman, pegunungan dan delta sungai serta kepulauan. Sebagian besar penduduk hidup terisolir karena kendala geografis, akibatnya berbagai layanan vital seperti kesehatan dan pendidikan menjadi hal yang sulit diakses warga
    Foto: Dok. LANDASAN/Yayasan BaKTI

“Tanah Papua tanah yang kaya
Surga kecil jatuh ke bumi
Seluas tanah, sebanyak madu
Adalah harta harapan...”

Sepenggal lirik lagu musisi asal Papua, Edo Kondologit yang sering dilantunkan ini menjadi gambaran umum tentang Tanah Papua. Gunungnya yang menjulang tinggi, hutan yang masih luas dan hijau, kekayaan alam yang seakan tidak pernah habisnya serta lautan luasnya yang masih menyimpan banyak misteri.  Dengan sebaran masyarakat yang begitu luas, infrastruktur yang belum memadai, pemerintah dituntut untuk dapat mengatasi setiap kesenjangan yang ada di masyarakat. Salah satunya adalah data kependudukan.

Data kependudukan menjadi begitu penting terutama bagi Papua dan Papua Barat dimana sebaran masyarakatnya begitu luas. Data kependudukan yang tersedia akan sangat membantu pemerintah mulai dari pemerintahan kampung hingga pemerintah pusat dalam merencanakan prioritas pembangunan dengan tepat sasaran atau dengan kata lain hasil pembangunan yang menggunakan data yang akurat akan memberikan dampak yang nyata bagi masyarakat.

Menjembatani antara pentingnya data dan tantangan topografi Papua dan Papua Barat yang menjadi salah satu hambatan dalam penyediaan data, Program LANDASAN yang merupakan bagian dari KOMPAK sebagai kerjasama bilateral Pemerintah Australia dan Pemerintah Republik Indonesia, menyediakan sebuah aplikasi Sistem Administrasi dan Informasi Kampung (SAIK) dan Sistem Administrasi dan Informasi Distrik (SAID).

Ketersediaan data khususnya data kependudukan menjadi prioritas penting dalam perencanaan pembangunan, Manison Kiwo dari Kampung Wunabunggu, Kabupaten Lanny Jaya, Papua.
Ketersediaan data khususnya data kependudukan menjadi prioritas penting dalam perencanaan pembangunan, Manison Kiwo dari Kampung  Wunabunggu, Kabupaten Lanny Jaya, Papua.
Foto: Dok. LANDASAN/Yayasan BaKTI


SAIK yang berbasis web berisi data kependudukan, sosial dan ekonomi setiap individu yang berada di dalam satu kampung. Sistem ini dapat digunakan secara online maupun offline sehingga tidak memerlukan jaringan internet untuk area-area di daerah Papua maupun Papua Barat yang masih belum memiliki jaringan komunikasi yang memadai.

Selain menjadi basis data, SAIK juga merupakan alat administrasi untuk mengurus surat-surat kependudukan di tingkat kampung. Dampaknya, dengan menggunakan SAIK bisa dengan cepat diketahui kepala keluarga mana saja yang belum memiliki surat-surat kependudukan seperti KTP, Akta Kelahiran dan Kartu Keluarga. Data dalam SAIK juga selalu terbaru sejalan dengan jumlah jiwa (kelahiran ataupun kematian yang terjadi di kampung tersebut) yang membuat data di SAIK bisa menjadi basis data yang bisa digunakan oleh pihak lain untuk mengetahui sebuah daerah maupun bagi pemerintah kampung untuk menyusun program-program pengembangan kampung dalam rancangan pembangunan kampung. Ketika SAIK di setiap kampung ditarik ke distrik, maka jadilah SAID (Sistem Administrasi dan Informasi Distrik/Kecamatan).

Sederhananya, SAID merupakan gabungan dari SAIK yang ada di kampung-kampung yang kemudian dikumpulkan di tingkat distrik. SAID juga memuat data kependudukan, sosial dan ekonomi penduduk di distrik, serta cakupan layanan Puskesmas serta Sekolah Dasar (SD). Selain itu, SAID juga memuat data tentang perencanaan dan penganggaran kampung di dalam satu distrik. Tercatat hingga saat ini terdapat 205 kampung yang telah menggunakan SAIK maupun SAID dan beberapa diantaranya telah memanfaatkan data SAIK  sebagai basis data dalam pembangunan kampung.

Kekuatan dari SAIK dan SAID ini tak lepas dari peran kader di masing-masing kampung yang telah dilatih dan diberikan pendampingan oleh tim LANDASAN. Hingga saat ini terdapat 443 kader yang tersebar di 225 kampung di Papua dan Papua Barat. Kader-kader ini merupakan anak-anak muda kampung yang dipilih oleh pemerintah kampung untuk membantu proses pengambilan data di masyarakat, penginputan data ke dalam SAIK, membantu layanan surat-menyurat dan seterusnya. Jangan kira semua kader kampung di Papua dan Papua Barat memiliki kemampuan teknologi informasi yang memadai. Mungkin untuk wilayah yang dekat dengan kota tidak begitu memiliki tantangan. Wilayah-wilayah yang jauh dari kota dan pemerintahan distrik menjadi tantangan untuk bisa mengoperasikannya. Tapi disinilah menariknya.

Pendampingan yang diberikan oleh LANDASAN tidak hanya sekedar memberikan sistem dan panduan untuk menggunakannya, namun juga memberikan bimbingan teknologi seperti bagaimana mengetik sepuluh jari dan menggunakan laptop sebelum melatih bagaimana menggunakan SAIK maupun SAID ini.  Inilah yang membuat program SAIK-SAID ini dapat berjalan mandiri dan dikelola oleh masyarakat kampung sendiri. SAIK-SAID juga secara tidak langsung membantu mengembangkan kemampuan kader kampung dalam penggunaan teknologi informasi yang dibutuhkan dalam perkembangan masa kini.

Data Membuat Pelayanan Semakin Dekat
Tidak mudah untuk mendata tujuh kampung yang menyebar luas di area seluas lebih dari lima belas ribu kilometer di area Sentani Timur. Belum lagi tantangan yang dihadapi seperti keadaan geografis yang menuntut masyarakat hanya dapat menggunakan jasa transportasi air, atau jalan darat yang tentunya jauh dari pusat pemerintahan kabupaten apalagi distrik. Dengan kondisi seperti ini, seringkali ditemukan bahwa beberapa warga kampung tak dapat mengakses pembuatan NIK, Akta Kelahiran ataupun Kartu Keluarga karena harus menempuh jarak yang jauh dan dana yang tidak kecil bila dibandingkan dengan pendapatan mereka sehari-hari.

Dalam LANDASAN tahap I berbagai pelatihan telah dilakukan. Dari pelatihan kader kampung, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kampung (RPJMK), bahkan penjelasan kepada pemerintah kampung tentang betapa pentingnya SAIK bagi pembangunan kampung. Berbagai manfaat nyata telah dinikmati oleh beberapa kampung di distrik Sentani Timur dari pendataan warga kampung hingga untuk mendistribusikan berbagai bantuan yang masuk ke kampung. LANDASAN tidak berhenti sampai disitu saja. Dalam kelanjutan LANDASAN II ada berbagai perbaikan yang ditingkatkan. Dari kampungnya yang sebelumnya belum memiliki kader hingga kampung yang akhirnya mandiri dapat membuat RPJMKnya secara mandiri.

Regina Kadakolo dari Kampung Teluk Dore, Papua Barat adalah dua dari sekian banyak kader kampung yang membantu kepala kampungnya menjalankan Sistem Administrasi Informasi Kampung (SAIK)
Regina Kadakolo dari Kampung Teluk Dore, Papua Barat adalah dua dari sekian banyak kader kampung yang membantu kepala kampungnya menjalankan Sistem Administrasi Informasi Kampung (SAIK)
Foto: Dok. LANDASAN/Yayasan BaKTI


Selain itu di fase ini data dari kampung sudah terintegrasi dengan distrik (SAID), sehingga seluruh pendataan dari sekolah-sekolah, Puskesmas-Puskesmas dari 7 kampung, 8 sekolah dan 1 Puskesmas dapat disatukan. Laporan-laporan Puskesmas bulanan, triwulan juga dimasukkan dalam SAID. Bahkan penyakit apa saja di Puskesmas yang paling tinggi juga dibarui dalam SAID. Dokumen-dokumen penting sekolah seperti Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), RKAS dimasukkan juga dalam SAID sehingga dapat terpantau di distrik.

Dampak dari SAID ini memudahkan pelayanan kependudukan dan catatan sipil. Awalnya masyarakat harus bolak-balik untuk mengurus kartu keluarga, sekarang kader-kader kampung yang mendata untuk melihat kepala-kepala keluarga mana saja yang belum memiliki data akta kelahiran, NIK maupun kartu keluarga. Dari data tersebut distrik menyurat ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil)     yang kemudian membantu perekaman dan menindaklanjutinya. Dengan adanya SAID, pelayanan menjadi lebih dekat ke masyarakat kampung. Masyarakat kini tak harus pergi ke Gunung Merah (kantor Kabupaten) untuk mengurus, tapi bisa ke area Kalkhote yang jaraknya lebih dekat.

Menyelamatkan Nyawa Dengan Data
Kampung Waren, Distrik Momi Waren, Manokwari Selatan Provinsi Papua Barat juga merasakan dampak dari SAIK yang telah digunakan sejak tahun 2017. Berjarak 3 jam perjalanan dari Kota Manokwari membuat Kampung Waren menjadi salah satu kampung yang jauh dari layanan fasilitas rumah sakit umum yang hanya berada di Kota Manokwari. Dalam data SAIK, selain berbagai data kependudukan, ekonomi, dan sosial, ada juga tentang kesehatan yaitu golongan darah. Data tentang golongan darah inilah yang digunakan oleh warga Kampung Waren untuk mengatasi masalah yang selama ini menjadi permasalahan pelik bagi warga.

Sebelum ada SAIK, kasus ibu melahirkan maupun kecelakaan adalah kasus terbanyak yang berujung pada kurangnya pasokan darah bagi masyarakat bahkan kematian. Acap kali pasien-pasien ini harus dirujuk ke rumah sakit umum di Manokwari. Ketika tiba di rumah sakit, masalah tidak segera usai. Keluarga pasien harus mencari golongan darah yang sama untuk melakukan transfusi.

Berbicara tentang transfusi, berbicara mengenai biaya yang dikeluarkan. Serta tidak semua masyarakat di kampung memiliki keluarga yang tinggal di kota. “Sa sebagai perempuan, sa pikir skali. Karna kadang tong pu mama-mama yang mau melahirkan trada darah. Tong bicara biaya. Belum cari de pu orang, belum transfusi, mahal skali..” tutur Ibu Sonya, Kader Kampung Waren yang memulai ceritanya tentang SAIK. Selain itu, syarat pendirian palang merah yang mengharuskan setidaknya ada satu rumah sakit di area tersebut, juga belum dapat dipenuhi oleh masyarakat di sekitaran kampung.

Sebelum ada SAIK, kasus ibu melahirkan maupun kecelakaan adalah kasus terbanyak yang berujung pada kurangnya pasokan darah bagi masyarakat bahkan kematian. Data tentang golongan darah yang telah terintegrasi dalam SAIK inilah yang digunakan untuk mengatasi masalah yang ada.
Sebelum ada SAIK, kasus ibu melahirkan maupun kecelakaan adalah kasus terbanyak yang berujung pada kurangnya pasokan darah bagi masyarakat bahkan kematian. Data tentang golongan darah yang telah terintegrasi dalam SAIK inilah yang digunakan untuk mengatasi masalah yang ada.
Foto: Dok. LANDASAN/Yayasan BaKTI


Melihat adanya keterkaitan dan peluang yang bisa menjadi solusi bagi warga melalui SAIK, maka dengan kerja sama antara kader, pemerintah kampung dan juga Puskesmas  Waren saling bekerja sama untuk turun ke dusun-dusun kampung melakukan pengambilan data. Tiap masyarakat yang didatangi akan diambil sampel darahnya oleh pihak dokter beserta spesialis kemudian dimasukkan dalam sistem SAIK oleh kader kampung. Kerja sama yang apik ini menghasilkan solusi cerdas bagi Kampung Waren dan Puskesmas Waren. Data dari golongan darah masyarakat kini telah menjadi Bank Darah Hidup yang bisa digunakan kapan saja oleh warga Kampung Waren.

Bank Darah Hidup ini bukanlah kantong-kantong darah yang telah terisi dan disimpan. Namun Bank Darah Hidup adalah data golongan darah masyarakat yang bisa diakses oleh kader kampung maupun pihak Puskesmas bila ada masyarakat yang membutuhkan transfusi darah maupun rujukan ke rumah sakit Kota Manokwari.

Kampung Waren, satu dari 205 kampung di Papua dan Papua Barat yang telah menggunakan SAIK maupun SAID dan beberapa diantaranya telah memanfaatkan data SAIK sebagai basis data dalam pembangunan kampung.
Kampung Waren, satu dari 205 kampung di Papua dan Papua Barat yang telah menggunakan SAIK maupun SAID dan beberapa diantaranya telah memanfaatkan data SAIK sebagai basis data dalam pembangunan kampung.
Foto: Dok. LANDASAN/Yayasan BaKTI


Kampung Pelosok Menjadi Tidak Pelosok Lagi
Kampung Wunabunggu adalah kampung terakhir di Kabupaten Lanny Jaya yang berbatasan langsung dengan daerah Kabupaten Puncak Jaya. Untuk mencapai kampung ini, dibutuhkan perjalanan darat selama kurang lebih 45 menit menelusuri bukit, sungai maupun pinggiran jurang gunung. Jalan kendaraan menuju Kampung Wunabunggu belum ada sehingga untuk mencapai Kampung Wunabunggu harus dilanjutkan jalan kaki kurang lebih sepuluh kilometer. Komunikasi melalui telepon maupun internet belum sampai di kampung ini sehingga akses masyarakat dengan informasi terbaru yang biasanya dengan gampang diterima memerlukan tenaga lebih. Kampung yang terletak di bawah gunung ini terdiri dari 85 kepala keluarga dipimpin oleh kepala distrik dan juga kader kampung.
Peran kader kampung dalam penggunaan SAIK di Kampung Wunabunggu sangat besar. Kepala kampung yang kurang fasih dalam menggunakan laptop bisa terbantukan dengan kader kampung yang lebih muda dan bisa menyelesaikan pendataan serta penginputan data ke dalam SAIK. Selain itu apabila sebelumnya kepala kampung harus mendata secara manual dan dibawa ke kantor distrik, kini data yang dibawa begitu rapi tersusun secara digital.

Data SAIK sangat akurat dan ke depan dapat membantu pemerintah kampung dalam menyusun daftar pemilih tetap demi menjamin hak warga dalam Pemilu.
Data SAIK sangat akurat dan ke depan dapat membantu pemerintah kampung dalam menyusun daftar pemilih tetap demi menjamin hak warga dalam
Pemilu.
Foto: Dok. LANDASAN/Yayasan BaKTI


Sebelum adanya SAIK, pendataan Kampung Wunabunggu begitu lambat berjalan. Untuk mengetahui kepala keluarga mana yang sudah atau belum memiliki data kependudukan juga begitu susah didata. Pekerjaan masyarakat kampung yang merupakan petani membuat kepala keluarga sering tidak ada di rumah ketika pendataan. Tiap bulannya Pemerintah Kabupaten Lanny Jaya memberikan bantuan dana sebesar satu juta lima ratus ribu rupiah untuk membantu pendidikan dan penghidupan masyarakat di Kampung Wunabunggu. Syarat untuk menerima bantuan tersebut adalah dengan memiliki akun bank karena dana yang diberikan langsung ditransfer dan tidak dibagikan secara manual. Selama ini masyarakat kesusahan untuk membuka rekening karena tidak memiliki KTP maupun akta kelahiran untuk pembuatan KTP.

Ketika SAIK masuk ke Kampung Wunabunggu, banyak hal yang berubah. Terutama pendataan kepala keluarga menjadi begitu cepat dikerjakan. Manison, salah satu kader Kampung Wunabunggu bahkan dapat menyelesaikan proses penginputan data 85 kepala keluarga hanya dalam waktu tiga jam. Kini masyarakat Kampung Wunabunggu telah memiliki dokumen kependudukan yang lengkap untuk membantu mengurus sekolah, pembukaan rekening bank maupun perjalanan keluar kota yang menggunakan maskapai udara.

Dengan SAIK, layanan kependudukan menjadi lebih baik dan memudahkan masyarakat untuk memiliki dokumen kependudukan seperti Akte Kelahiran dan Kartu Keluarga. Foto : Dok. Program LANDASAN/Yayasan BaKTI
Dengan SAIK, layanan kependudukan menjadi lebih baik dan memudahkan masyarakat untuk memiliki dokumen kependudukan seperti Akte Kelahiran dan Kartu Keluarga. Foto : Dok. Program LANDASAN/Yayasan BaKTI
Foto: Dok. LANDASAN/Yayasan BaKTI


Perubahan yang terjadi di Kampung Wunabunggu menjadi bukti bahwa SAIK dapat digunakan secara offline hingga ke kampung yang tidak memiliki jaringan sinyal bahkan internet. Christian Sohilait selaku Sekertaris Daerah Kabupaten Lanny Jaya mengharapkan bahwa program SAIK ini bisa direplikasi ke berbagai kampung yang ada di Kabupaten Lanny Jaya untuk membantu masyarakat serta pemerintah untuk dapat memberikan layanan tepat guna bagi masyarakat.

Mendambakan Papua dan Papua Barat yang tidak terisolasi dengan informasi dan juga perkembangan yang signifikan perlahan-lahan dapat dicapai dengan pengelolaan basis data melalui SAIK dan SAID. Perencanaan ke depan, bekerja sama dengan pihak pemerintahan provinsi dan kabupaten, sistem berbasis data yaitu SAIK dan SAID ini bisa direplikasi di kampung-kampung lain yang belum menggunakan SAIK-SAID dengan harapan akan semakin banyak dampak perubahan positif yang  membantu pemerintahan kampung, distrik, dan pemerintahan di kabupaten yang saling berkaitan satu dengan yang lain membangun Provinsi Papua dan Papua Barat yang lebih baik.

Kekuatan dari SAIK dan SAID tak lepas dari peran kader kampung yang telah dilatih oleh tim LANDASAN. Kini ada 443 kader yang tersebar di 225 kampung di Papua dan Papua Barat. Foto : NJ. Tangkepayung/Yayasan BaKTI
Kekuatan dari SAIK dan SAID tak lepas dari peran kader kampung yang telah dilatih oleh tim LANDASAN. Kini ada 443 kader yang tersebar di 225 kampung di Papua dan Papua Barat.
Foto : NJ. Tangkepayung/Yayasan BaKTI

 

Submission Agreement

Terimakasih atas  ketertarikan Anda untuk mengirimkan artikel ke BaKTINews. Dengan menyetujui pernyataan ini, Anda memberikan izin kepada BaKTINews untuk mengedit dan mempublikasikan artikel Anda di situs web dan situs afiliasinya, dan dalam bentuk publikasi lainnya.
Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.  Redaksi akan mempromosikan artikel Anda melalui situs kami dan saluran media sosial kami.
Dengan mengirimkan artikel Anda ke BaKTINews dan menandatangani kesepakatan ini, Anda menegaskan bahwa artikel Anda adalah asli hasil karya Anda, bahwa Anda memiliki hak cipta atas artikel ini, bahwa tidak ada orang lain yang memiliki hak untuk ini, dan bahwa konten Artikel Anda tidak mencemarkan nama baik atau melanggar hak, hak cipta, merek dagang, privasi, atau reputasi pihak ketiga mana pun.

Anda menegaskan bahwa Anda setidaknya berusia 18 tahun dan kemampuan untuk masuk ke dalam kesepakatan ini, atau bahwa Anda adalah orang tua atau wali sah dari anak di bawah umur yang menyerahkan artikel.
 
Satu file saja.
batasnya 24 MB.
Jenis yang diizinkan: txt, rtf, pdf, doc, docx, odt, ppt, pptx, odp, xls, xlsx, ods.