Kepala Puskesmas : “Bu Ani, ini saya lihat kita sekeluarga belum ada yang ikut vaksin COVID-19, kenapa bu?”
Bu Ani : “Ini Bu Kapus, Bapaknya bilang tidak usah vaksin.”
Kepala Puskesmas : “Kenapa bisa Bu Ani?
Pak Arman : “Karena banyak yang bilang di internet kalau vaksin itu bahaya, bisa ki meninggal nanti.”
Kepala Puskesmas : “Bu Ani dan Pak Arman, itu vaksin gunanya supaya kita kebal sama penyakit. Memang ada sebagian orang yang demam dan pegal-pegal setelah divaksin, tapi itu cuma sementara ji. Itu artinya daya tahan tubuh ta sedang bekerja supaya bisa lebih kuat melawan virus. Karena vaksin itu sebenarnya virus yang sudah dilemahkan. Setelah itu, Insyaallah kita akan lebih kebal terhadap virus.”
Pak Arman : “Jadi itu yang biasa dilihat di internet bagaimana Bu Kapus?”
Kepala Puskesmas : “Harus ki cek kembali Pak Arman, apakah berita itu benar atau tidak. Jangan sampai berita bohong, karena sekarang itu banyak sekali informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Ada itu caranya Pak Arman untuk cek berita itu benar atau bohong.”
Pak Arman : “Oh begitu, kalau begitu kita ajar ka caranya. Nanti saya cari tau dulu.”
Kepala Puskesmas : “Iya, silakan Pak Arman. Kami tunggu di Puskesmas ya Pak Arman dan keluarga untuk mendapatkan vaksinnya. Minggu depan ada jadwal vaksin lagi di Puskesmas.”
Pak Arman : “Iye Bu Kapus, Insya Allah saya datang mi minggu depan.”
Apa yang anda lakukan ketika hendak menyampaikan sebuah pesan atau informasi? Ya, komunikasi adalah jawabannya. Komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian informasi-informasi, pesan-pesan, gagasan-gagasan atau pengertian-pengertian, dengan menggunakan lambang-lambang yang mengandung arti atau makna, baik secara verbal maupun nonverbal dari seseorang atau sekelompok orang kepada seseorang atau sekelompok orang lainya.
Pada dasarnya, berikut adalah sejumlah unsur yang terlibat dan mempengaruhi proses komunikasi menurut Wiryanto dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Komunikasi.
Komunikator, yaitu orang atau pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Dalam hal ini komunikator bertindak sebagai penyampai pesan. Namun, dalam komunikasi antar pribadi, komunikator tidak hanya bertindak sebagai penyampai pesan melain juga menginterpretasi respon dari komunikan dan memberikan umpan balik atas respons tersebut. Karena itu, komunikator juga dituntut menjadi pendengar yang baik di samping menjadi penyampai pesan yang baik.
Pesan, merupakan seperangkat tanda baik secara verbal maupun nonverbal yang mewakili keadaan khusus komunikator untuk disampaikan kepada komunikan.
Komunikan; yaitu orang atau pihak yang menerima dan menginterpretasi pesan. Dalam komunikasi antar pribadi, komunikan bersifat aktif. Selain menerima pesan, komunikan juga menginterpretasi dan memberikan umpan balik kepada komunikator.
Respons, merupakan sebuah tanggapan yang dilakukan oleh komunikan setelah menerima pesan dari komunikator.
Terakhir, terdapat pula konteks komunikasi yang terbagi menjadi tiga dimensi yaitu ruang, waktu dan nilai. Konteks ruang merujuk kepada lingkungan tempat terjadinya komunikasi. Konteks waktu merujuk kepada kapan terjadinya komunikasi. Sementara kontek nilai merujuk kepada nilai sosial dan nilai budaya yang mempengaruhi suasana komunikasi.
Salah satu tujuan komunikasi adalah adanya perubahan pendapat. Perubahan pendapat ini bisa terjadi saat proses komunikasi berlangsung atau mampu pula setelahnya. Hal tersebut tergantung bagaimana penyampaian yang dilakukan sang komunikator. Selain itu, Tujuan komunikasi yang lainnya adalah untuk mengubah perilaku. Dalam hal ini, perubahan perilaku dapat terjadi apabila terdapat kesesuaian antara apa yang dikemukakan oleh komunikator dengan komunikan. Penyampaian ini juga tergantung pada kepercayaan yang diperoleh oleh komunikator dari para komunikan. Karena itu, metode komunikasi antar pribadi adalah kecakapan yang diperlukan oleh para komunikator yang bertujuan untuk melakukan perubahan sosial di masyarakat.
Komunikasi antar pribadi sesungguhnya baru akan tercipta kalau terdapat kesadaran dari dua pihak untuk mengamati keadaan masing-masing pihak dan memberikan respons atas keadaan tersebut. Sebagaimana sifat komunikasi, maka hubungan yang terjadi ditandai dengan adanya sikap saling memperhatikan, saling memahami dan penuh pengertian dan keakraban. Pemahaman yang dimaksud tidak hanya terjadi pada materi komunikasi, tetapi juga pada pemahaman terhadap keunikan pribadi masing-masing.
Kesadaran akan perbedaan-perbedaan inilah yang memungkinkan komunikasi itu menjadi tumbuh dan berkembang. Komunikasi seperti ini akan berbeda dengan suasana komunikasi yang dilakukan dalam situasi lain, contohnya komunikasi antara pembeli dengan penjual di pasar atau antara petugas pencatatan sipil dan warga saat hendak melakukan perekaman KTP. Contoh komunikasi ini tidak mungkin akan tumbuh dan berkembang sebagaimana komunikasi antar pribadi karena jalinan hubungan untuk menjadi akrab tidak menjadi tekanan utama. Hal yang menjadi perhatian pada contoh komunikasi ini hanyalah pada pemahaman materi komunikasi.
Komunikasi Antar Pribadi untuk Perubahan Perilaku Sosial
Dalam perubahan perilaku komunikasi dapat diartikan sebagai proses pemindahan pesan dari komunikator kepada penerima atau komunikan secara langsung atau melalui saluran dalam rangka mengubah atau mempengaruhi perilakunya. Terdapat tiga prinsip utama mengenai komunikasi antar pribadi untuk perubahan perilaku sosial.
Pertama adalah, membangun keakraban. Hubungan yang akrab adalah faktor penting untuk mengajak orang. Acapkali bukan argumen sahih yang membuat orang mau diajak tapi karena kita disukai atau akrab dengan orang itu. Dalam hubungan yang akrab, komunikasi menjadi lebih menyenangkan dan mudah untuk memperoleh kepercayaan dari komunikan. Dengan begitu, semakin mudah pula kita mempengaruhi komunikan atas tujuan komunikasi yang kita lakukan.
Prinsip kedua adalah berbicara dan mendengarkan. Agar dapat ‘memasukkan’ pesan yang pas kepada orang lain, kita perlu mendengarkan orang. Jangan sampai karena kita yang hendak menyampaikan pesan atau mengajak seseorang pada perubahan tertentu, lantas malah kita yang terlalu banyak berbicara. Justru karena ingin mengajak orang lain pada perubahan atau pemahaman tertentu, kita perlu membantu orang agar berbicara lebih banyak dan lebih dulu. Tujuannya agar kita dapat memahami apa yang dipikirkan atau dikhawatirkan orang tersebut, sehingga kita bisa menyampaikan pesan yang sesuai.
Kunci Komitmen.
Mungkin sekarang komunikan mengatakan mau. Namun, mereka masih bisa berubah sikap bila setelahnya mendapat pesan berbeda yang mempengaruhi. Entah karena hoaks, omongan orang lain, ataupun perubahan pikiran sendiri. Karena itu, saat orang sudah setuju atau mau, maka sikap positif orang itu perlu “dikunci” agar dalam perjalanannya tidak mudah berubah. Bila orang sudah mau, kunci komitmennya dengan pertanyaan ulang atau penegasan. Bila belum mau, jangan mendesak. Teruslah berkomunikasi dengan sabar.
Menanggulangi Hoaks dan Misinformasi Kesehatan
Sebagai upaya menciptakan perubahan sosial masyarakat dalam menghadapi hoaks dan misinformasi kesehatan, maka program Social Behaviour Change (SBC) yang didukung oleh UNICEF melalui Yayasan BaKTI bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan Mengadakan kegiatan Penguatan Kapasitas Komunikator untuk Penanggulangan Hoaks dan Misinformasi Kesehatan dengan Teknik Komunikasi Antar Pribadi. Kegiatan ini dilaksanakan di empat wilayah program yaitu Kota Makassar, Kabupaten Maros, Bone dan Wajo pada 7-16 Maret 2023. Penguatan kapasitas ini melibatkan lima ratus orang peserta, yang kemudian disebut sebagai komunikator. Kelima ratus orang komunikator ini terdiri dari berbagai unsur di antaranya, tenaga kesehatan, perwakilan kelompok-kelompok masyarakat dan siswa-siswi SMA/Sederajat.
Kegiatan Penguatan Kapasitas Komunikator untuk Penanggulangan Hoaks dan Misinformasi Kesehatan dengan Teknik Komunikasi Antar Pribadi ini difasilitasi oleh lima orang trainer yang telah dilatih sebelumnya dalam Training of Trainer Penanggulangan Hoaks dan Misinformasi Kesehatan. Dalam kegiatan ini, para komunikator memperoleh pengetahuan dan mempraktekan teknik Komunikasi Antar Pribadi (KAP) yang berguna untuk membangun komunikasi yang efektif dengan masyarakat. Selain itu, para peserta juga memperoleh penguatan literasi digital meliputi pengenalan internet dan media sosial, perlindungan data pribadi dan identifikasi informasi benar dan hoaks.
Semua pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan ini selanjutnya akan menjadi bekal bagi para komunikator untuk mengedukasi masyarakat di sekitar mereka tentang cara menanggulangi hoaks dan misinformasi kesehatan. Hingga satu bulan ke depan, proses edukasi dari komunikator kepada masyarakat sekitarnya akan berlangsung. Diharapkan dengan upaya ini, informasi mengenai penanggulangan hoaks dan misinformasi kesehatan dapat diterima dengan baik di masyarakat. Dengan begitu, kemampuan literasi digital masyarakat pun dapat meningkat, dan ikut meningkatkan pula cakupan kesehatan masyarakat.