Kawasan Timur Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah namun masih menghadapi berbagai tantangan pembangunan. Tingkat kemiskinan yang relatif tinggi, indeks pembangunan manusia yang rendah, serta kesenjangan infrastruktur menjadi beberapa isu yang perlu mendapat perhatian serius. Untuk itu, diperlukan upaya kolaboratif dan sinergis antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk peneliti, pemerintah, dan swasta.
Semangat pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Salah satu penyebabnya adalah belum terhubungnya pembuat kebijakan serta sektor swasta (pelaku usaha) di daerah dengan penelitian berbasis bukti ilmiah yang kuat.
Disinilah kebutuhan akan adanya mekanisme atau ruang formal bagi para stakeholder (peneliti, pemerintah dan sektor swasta) berkolaborasi untuk mendorong proses perumusan kebijakan yang berbasis bukti dan inovasi. Para pembuat kebijakan di daerah dan sektor swasta perlu terhubung dengan penelitian berbasis bukti ilmiah yang kuat.
Pemerintah, sektor swasta dan peneliti perlu dapat terhubung satu sama lain agar penyusunan kebijakan dan pengambilan keputusan dapat lebih komprehensif, realistis dan berkelanjutan, serta berbasis bukti yang diperkuat data, hasil riset, dan analisis ilmiah. Melalui kolaborasi pemerintah, swasta dan peneliti dalam penyusunan kebijakan, pemerintah daerah dapat menunjukkan komitmen terhadap transparansi dan akuntabilitas, karena kebijakan yang dibuat memiliki dasar ilmiah yang jelas sehingga meningkatkan efektivitas pemerintahan.
Kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan peneliti akan menghasilkan kebijakan yang lebih baik di Indonesia Timur. Peneliti menyediakan data dan analisis untuk pengambilan keputusan yang tepat dan berbasis bukti, sehingga mengurangi risiko keputusan yang bersifat spekulatif. Kolaborasi ini juga meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pemerintah, serta memperkuat kapasitas dalam menggunakan riset untuk kebijakan yang efektif.
Jaringan kolaborasi antar peneliti juga merupakan hal yang krusial. Di dalam jaringan ini terdapat berbagai kegiatan seperti pelatihan, pengembangan, dan kesempatan berkolaborasi dalam penelitian bersama. Program KONEKSI hadir sebagai wadah untuk mendorong pertukaran pengetahuan, memperluas jaringan, dan melaksanakan kegiatan pengembangan kapasitas di Indonesia Timur.
Yayasan BaKTI dengan dukungan KONEKSI, menyelenggarakan pertemuan Forum Pengetahuan Peneliti Indonesia Timur bagi para peneliti Nusa Tenggara Timur di Kupang pada tanggal 12 November silam. Forum ini bertujuan mempertemukan jaringan peneliti Indonesia Timur dengan pemerintah dan sektor swasta untuk menjembatani kesenjangan antara penelitian dan kebijakan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta mendorong pembangunan inklusif yang berkelanjutan.
Forum Pengetahuan Peneliti Indonesia Timur dihadiri oleh 38 peserta yang merupakan perwakilan dari Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Pemerintah Kota Kupang, peneliti dan akademisi dari perguruan tinggi yang ada di Kota Kupang, anggota peneliti Indonesia Timur, serta peneliti penerima dana hibah penelitian KONEKSI. Secara khusus, forum ini juga bertujuan mengidentifikasi kebutuhan dukungan penelitian untuk isu-isu strategis daerah yang menjadi fokus dalam dokumen perencanaan pembangunan dan dukungan pemerintah nasional dan daerah (sumber daya, peluang) guna memperkuat jaringan peneliti Indonesia Timur dalam menyiapkan hasil penelitian yang memperkaya proses penyusunan kebijakan di daerah.
“Banyak tantangan dan isu pembangunan di tingkat lokal yang menjadi isu prioritas pemerintah daerah yang belum terselesaikan. Kolaborasi antara peneliti, pemerintah, dan swasta dalam mengembangkan pengetahuan melalui penelitian niscaya menghasilkan rekomendasi kebijakan yang inovatif dan tepat sasaran untuk pembangunan yang lebih efektif di kawasan timur Indonesia” ungkap M. Yusran Laitupa selaku Direktur Eksekutif Yayasan BaKTI.
Program KONEKSI mempunyai fokus yang kuat pada kesetaraan dan inklusi sosial termasuk bagaimana mengatasi kesenjangan pengetahuan secara regional di Indonesia. Terdapat kebutuhan yang jelas akan jaringan yang memungkinkan para peneliti untuk berkolaborasi dalam kegiatan yang relevan seperti pelatihan terstruktur, pembangunan jaringan, dan menghubungkan peluang penelitian kolaboratif antar anggota.
“KONEKSI memiliki fokus yang kuat pada kesetaraan dan inklusi sosial, termasuk bagaimana mengatasi kesenjangan pengetahuan secara regional di Indonesia. KONEKSI juga mendukung siklus Pengetahuan-untuk-Kebijakan (K2P) dan Pengetahuan-untuk-Inovasi (K2I) dengan cara yang saling melengkapi dan sinergis,” jelas Jana Hertz, Team Leader KONEKSI.
Program ini juga akan mendukung siklus Pengetahuan-untuk-Kebijakan (K2P) dan Pengetahuan-untuk- Inovasi (K2I) dengan cara yang saling melengkapi dan sinergis. Sehubungan dengan hal tersebut, Yayasan BaKTI dan KONEKSI mendorong pertukaran pengetahuan, memperluas jaringan dan kontak dalam bidang pengembangan dan penelitian di Indonesia Timur, serta melaksanakan kegiatan pengembangan jaringan dan koalisi, penelitian dan kapasitas kepemimpinan dan dampak kebijakan dan industri.
Forum Pengetahuan Peneliti Indonesia Timur juga mengundang Perencana pada Direktorat Pendidikan Tinggi dan IPTEK, Kementerian PPN/ Bappenas, Bapak Dani Ramadhan, untuk memberikan arahan mengenai Peran pengetahuan dan inovasi dalam mendukung pembuatan kebijakan daerah agar sejalan dengan RPJPN, RPJMN dan RKP khususnya di wilayah Indonesia Timur. Mewakili Pemerintah Provinsi NTT, Sekretaris BAPPERIDA Provinsi NTT, Bapak Maxianses H. Manafe, S.Sos., M.Si menyampaikan paparan mengenai Riset untuk Pembangunan: Kebutuhan Penelitian dalam Menjawab Isu Strategis di Provinsi NTT dan dari KADIN Provinsi NTT, Ibu Ar. Maxi Julians Rihi Dara, ST, MEMD menyampaikan kebutuhan kolaborasi swasta dan peneliti guna mengembangkan inovasi.
Sebelumnya, Yayasan BaKTI melalui dukungan Program KONEKSI telah melaksanakan serangkaian kegiatan diskusi kelompok terfokus (FGD) di sembilan provinsi target program yang salah satu tujuannya adalah membentuk jaringan peneliti Indonesia Timur termasuk mendiskusikan isu strategis di masing-masing daerah. Dari hasil FGD tersebut, ditemukan beberapa isu strategis yang menguat seperti ancaman perubahan iklim, kerentanan terhadap bencana, bonus demografi, ketimpangan ekonomi, angka kemiskinan yang masih tinggi, keterbatasan infrastruktur dan konektivitas, kualitas manusia yang masih rendah, serta kearifan lokal dan peran masyarakat adat di wilayah Timur Indonesia yang sering kali diabaikan dalam pembangunan.
Jaringan peneliti yang telah terbentuk di masing-masing provinsi menghimpun peneliti- peneliti dari berbagai perguruan tinggi, lembaga penelitian, Litbang Pemerintah Daerah serta NGO yang memiliki komitmen yang sama dalam mengembangkan penelitian kolaboratif yang inklusif dan berkelanjutan. Oleh karena itu, untuk menghubungkan Jaringan Peneliti Indonesia Timur dan pemerintah nasional, pemerintah daerah dan pihak swasta maka sebuah forum diskusi regional yang mempertemukan pihak-pihak tersebut akan dilaksanakan Yayasan BaKTI dan KONEKSI.
Melalui Forum Pengetahuan Peneliti Indonesia Timur ini, Yayasan BaKTI dan KONEKSI berupaya mengidentifikasi kebutuhan dukungan penelitian untuk isu-isu strategis di kawasan timur Indonesia. Beberapa isu strategis yang menjadi fokus diskusi antara lain ancaman perubahan iklim, kerentanan terhadap bencana, bonus demografi, ketimpangan ekonomi, kualitas manusia, serta kearifan lokal dan peran masyarakat adat.