Salah satu indikator lingkungan sehat apabila memenuhi Lima Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Kelima pilar tersebut adalah tidak buang air besar sembarangan, mencuci tangan pakai sabun, mengelola air minum dan makanan secara aman, mengelola sampah dengan benar, dan mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman. Sanitasi pada umumnya masih menjadi permasalahan di masyarakat terutama penggunaan SPAL (Sarana Pembuangan Air Limbah). Sebagian besar menganggap SPAL belum menjadi kebutuhan utama terutama di pedesaan.
Ini pula yang terjadi di Desa Su’rulangi Kecamatan Polongbangkeng Selatan Kabupaten Takalar cakupan SPAL baru 8,8 %. Artinya yang memiliki SPAL baru 39 dari 439 KK. Kondisi air limbah terbuang begitu saja sehingga menyebabkan bau, airnya tergenang serta dapat mencemari sumber air bersih dan mengakibatkan munculnya diare, cacingan, dan penyakit kulit. Tahun 2014, angka diare di desa Su’rulangi sebanyak 90 kasus dan meningkat menjadi 96 kasus pada tahun 2015.
Desa Su’rulangi terletak di Kecamatan Polombangkeng Selatan serta merupakan Wilayah kerja Puskesmas Bulukunyi. Pada tahun 2014 desa Surulangi telah mendeklarasikan sebagai desa Open Defecation Free (ODF) atau desa yang tidak ada lagi masyarakat yang buang air besar dengan cara sembarangan. Demikian pula dengan ketiga pilar lainnya telah dilaksanakan meskipun belum optimal. Namun masih ada satu pilar yang belum dilaksanakan yaitu pengolahan limbah cair rumah tangga. Berangkat dari masalah ini petugas sanitarian Puskesmas Bulukunyi melakukan pemantauan di Desa Surulangi memikirkan agar desa tersebut dapat melaksanakan lima pilar STBM.
Hal ini tidaklah mudah dilakukan karena berhubungan dengan pembangunan fisik yang menggunakan biaya. Untuk itu petugas memberikan ide yang kemudian dikoordinasikan dengan pemerintah desa untuk membuat inovasi dalam bidang kesehatan yaitu Pembuangan Air Limbah Sederhana dan Bermanfaat (BUAH SABAR) bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan di desa tersebut agar bisa terhindar dari penyakit berbasis lingkungan dengan cara pembuatan SPAL sederhana yang tidak memerlukan biaya yang banyak.
Dalam hal ini inovasi yang ingin dilaksanakan yaitu pembuatan Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) sederhana dari sumber daya lokal yang ada di wilayah desa Su'rulangi seperti bambu, ban bekas, ijuk dan pasir. Pembuatan SPAL sederhana ini tergolong unik karena menggunakan bahan lokal seperti bambu untuk menutup lubang galian, batu gunung, pasir dan ijuk dapat dimasukkan ke dalam lubang dengan tujuan untuk menyaring air sebelum meresap ke dalam tanah. Kemudian ditutup dengan anyaman bambu yang dilapisi karung agar baunya tidak keluar, kemudian air buangan dialirkan ke lubang yang telah dibuat dengan menggunakan pipa. Dengan demikian tidak ada lagi genangan air yang berbau yang dapat mencemari sumber air bersih dan mengganggu secara estetika yang membuat orang lain yang melihat merasa jijik. Selain itu, masyarakat tidak perlu membeli bahan tersebut karena mudah dijumpai di Desa Su’rulangi yang merupakan daerah tambang penghasil batu gunung maupun pasir.
SPAL bukanlah hal yang baru, selama ini banyak dijumpai adalah SPAL Permanen yang membutuhkan banyak biaya sehingga kalangan ekonomi menengah kebawah tidak mampu membuat karena mementingkan kebutuhan primer. Selama ini air limbah buangan dari dapur tergenang begitu saja akan tetapi setelah membuat SPAL sederhana air buangan tersebut terbuang ke lubang yang telah disiapkan. Meskipun penutupnya hanya dari bambu tetapi sudah tidak menimbulkan bau dan tidak menjadi tempat bagi vektor seperti lalat dan tikus berkembang biak.
Pihak-pihak terkait yang mengusulkan dan berperan penting dalam penyusunan dan pelaksanaan inovasi tersebut yaitu Sanitarian, Kepala Puskesmas, Dinas kesehatan (Seksi Penyehatan Lingkungan), Koramil Kecamatan Polombangkeng Selatan dan Aparat Desa Su'rulangi.
Pendekatan yang dilakukan selain kepada pemerintah Desa yaitu pendekatan kepada masyarakat sendiri dengan menjalin pertemanan dengan mereka dan bersikap ramah agar terjalin keakraban serta melibatkan kader dan tokoh masyarakat sebagai motivator dalam kegiatan ini. Selain itu Puskesmas memberikan Reward berupa bingkisan dan sertifikat bagi kepala dusun yang aktif bekerja sama dalam meningkatkan kesehatan lingkungan selain itu pihak Puskesmas juga memonitor serta memberikan pengarahan kepada masyarakat untuk menciptakan kesehatan lingkungan. Secara berkala dilakukan sosialisasi kepada warga mengenai masalah kesehatan tidak hanya memberikan pemahaman terkait perubahan perilaku, namun intervensi yang sesungguhnya dilaksanakan oleh pemerintah Desa untuk menggerakkan masyarakat agar mau membuat SPAL sederhana. Demikian pula dengan kader desa sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan kegiatan ini terutama pendekatan kepada masyarakat serta melaporkan kepada petugas perkembangan tentang pembuatan SPAL sederhana ini.
Masyarakat menyambut baik inovasi ini, mereka terlibat secara aktif dan partisipatif dalam pembuatannya. Dalam waktu satu tahun (2016), SPAL yang terbangun sebanyak 97 unit dan bertambah menjadi 231 unit (2017). Ini memberikan dampak menurunnya kasus diare menjadi 41 kasus (42,71 %) tahun 2017 dan lingkungan terlihat lebih bersih. Terbangunnya Rumah Sehat 15 KK. Sebelum adanya inovasi rumah sehat di Desa Su'rulangi hanya 2 KK dan setelah inovasi sebanyak 15 KK berdasarkan syarat sanitasi dasar. Selain itu Adanya Surat Keputusan Tim Percepatan pembuatan SPAL sederhana Desa Su'rulangi dengan jumlah penanggung jawab sebanyak 11 orang.
Untuk pemantauan penggunaan SPAL sederhana sudah dianggarkan dalan dana BOK Puskesmas, hal ini dilakukan demi kelangsungan kegiatan ini dan memberikan semangat kepada petugas Kesehatan Lingkungan di Puskesmas agar lebih giat dan bersemangat dalam melakukan pemantauan.
Beberapa Desa di wilayah kerja Puskesmas Bulukunyi sudah mereplikasi kegiatan ini bahkan dari desa wilayah Puskesmas lain yaitu Mappakasunggu dan Galesong, serta Lembaga seperti Bill Melinda Gate Foundation (BMGF) telah melakukan kaji banding.
Dari jumlah pengguna SPAL sederhana yang semakin meningkat, dapat dilihat bahwa program inovasi ini berhasil dilaksanakan dengan baik. Ini merupakan hasil kerja keras dan komitmen yang telah dibangun bersama untuk menciptakan masyarakat dan lingkungan yang sehat.
Untuk evaluasi dan pemantauan kemajuan pembuatan SPAL sederhana ini, maka setiap 2 kali dalam sebulan petugas turun ke desa melakukan pemantauan perkembangan tentang pembuatan SPAL tersebut dan juga selalu melakukan koordinasi dengan kepala desa Su’rulangi dan kepala dusun serta melibatkan kader agar melaporkan kepada sanitarian jika ada warga yang telah membuat sendiri SPAL sederhana.
Kepala Desa Su’rulangi juga tidak main-main dalam kegiatan tersebut bahkan untuk memberikan perhatian kepada kader desa yang sudah banyak membantu dalam peningkatan sarana kesehatan lingkungan maka kepala desa berencana akan memberi anggaran kepada kader yang turun ke masyarakat untuk melakukan pemicuan.
Terciptanya masyarakat sehat yang mandiri dan berkemampuan akan menjadi harapan tersendiri bagi pihak Puskesmas dan pemerintah desa serta pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ini saat mereka berhasil mengaplikasikan kesehatan lingkungan dengan baik. Jika masyarakat sehat, maka hal ini akan menciptakan generasi yang mandiri terutama secara finansial karena jiwa dan tubuh yang sehat tentunya akan memberikan semangat tersendiri serta rasa fokus bagi mereka dalam bekerja. mereka tidak akan terbebani untuk berobat ke dokter sehingga konsentrasi dalam bekerja akan semakin meningkat. ketika mereka sudah mandiri secara finansial, maka mereka berkemampuan untuk mengaktualisasikan diri dalam kehidupan masing-masing.Diharapkan dengan adanya kegiatan Inovasi ini dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama di Desa Su'rulangi dan di wilayah kerja Puskesmas Bulukunyi lainnya.
Inovasi Buah Sabar diikutsertakan dalam Sistem Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) Kemenpan dan Reformasi Birokrasi. Inovasi Pelayanan Publik adalah terobosan jenis pel ayanan publ i k bai k yang merupakan gagasan/ide kreatif orisinal dan/atau adaptasi/modifikasi yang memberikan manfaat bagi masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung. Inovasi ini melalui proses seleksi, coaching yang dilakukan tim independen dari GIZ, Yayasan BaKTI, Kompak, PKP2A LAN, STIA LAN yang dalam prosesnya bekerja sama dengan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan (Ortala) Setda Provinsi Sulawesi Selatan. Biro Ortala bertindak sebagai leading sektor pelayanan publik yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan inovasi pelayanan untuk diikutsertakan pada kompetisi tingkat nasional melalui SINOVIK (Sistem Inovasi Pelayanan Publik).
Tujuan dari kolaborasi pemerintah dan mitra pembangunan dalam kegiatan seleksi dan coaching ini salah satunya adalah untuk menguatkan pencapaian good governance.