The Big Build, sebuah kegiatan restorasi terumbu karang tunggal terbesar di dunia dilakukan di kepulauan Spermonde (Sangkarang), Sulawesi Selatan. Kegiatan ini diinisiasi PT Mars Indonesia, -sebuah perusahaan kakao asal Amerika Serikat, yang ada di Sulawesi Selatan. Kegiatan ini dilaksanakan di Salisi’ Besar, perairan Pulau Bontosua, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, selama empat hari, 10-13 Juli 2023.
Aktivitas ini melibatkan ratusan orang, termasuk 49 penyelam dari lembaga konservasi, peneliti, perguruan tinggi, pemerintah, LSM, dan sektor bisnis, serta puluhan warga dan kelompok perempuan. Penanaman 30.000 fragmen terumbu karang dilakukan dengan menggunakan 2.000 reef stars atau biasa dikenal dengan nama spider.
Di perairan Spermonde, yaitu Pulau Bontosua dan Pulau Badi, Pangkep, sejak tahun 2011, lewat proyek yang disebut sebagai Sheba Hope Grows Coral Reefs. Mars telah melakukan restorasi di area seluas 4,5 hektar dengan 35.939 reef stars yang sudah dipasang, ditambah 2.000 reef stars yang dipasang pada kegiatan kali ini.
Menurut Profesor David Smith, Chief Marine Scientists, Mars Inc., inisiatif ini bertujuan untuk membantu mempercepat pemulihan 185.000 m² terumbu karang di berbagai lokasi di seluruh dunia pada tahun 2029.
Proyek The Big Build melalui pemasangan 2.000 reef stars yang melibatkan para penyelam, warga dan kelompok perempuan dinilai sebagai aksi restorasi terumbu karang tunggal terbesar di dunia di tahun 2023, di mana sebanyak 30.000 fragmen karang ditanam dalam aksi ini. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia.
Hal ini sebutnya adalah respon dari krisis laut yang akan menghilangkan 90 persen terumbu karang pada tahun 2040-an, yang bakal berdampak bagi lebih dari 500 juta orang yang tergantung pada terumbu karang untuk mata pencarian mereka.
“Lebih dari 50 persen terumbu karang telah hilang dalam 50 tahun terakhir, dan 20 tahun ke depan kita akan kehilangan 90 persen. Bersama-sama kita berpeluang untuk menyelamatkan terumbu karang yang berharga,” katanya dalam acara pembukaan The Big Build, Senin (10/7/2023).
Indonesia sendiri disebutnya, telah menjadi pelopor upaya pemulihan terumbu karang dunia.
Sebelum melakukan restorasi, para penyelam telah dilatih teknik Mars Assisted Reef Restoration System (MARRS) yang digunakan dalam restorasi ini. MARRS dinilai sebagai metode restorasi terumbu karang yang murah dan dapat diperluas secara nyata.
“Dengan melatih lebih banyak mitra, kami berharap dapat mengubah nasib terumbu karang dan masa depan kita bersama untuk menjadi lebih baik,” tambah Smith.
Secara global, Mars bekerja sama berbagai pihak telah memasang sekitar 68.000 reef stars yang mencakup hampir 900.000 fragmen terumbu karang di 35 lokasi di 10 negara. Adapun Indonesia, - khususnya Kepulauan Spermonde, adalah yang terbesar.
Pemasangan fragmen karang kelompok perempuan di Pulau Bontosua Pangkep. Sebanyak 2.000 reef stars dipasang dalam proyek ini, di mana satu reef stars terdiri dari 15 fragmen karang. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia.
Reef Stars
Marine Program Manager Mars Sustainable Solution, Lily Damayanti, menyebut pihaknya terus mengembangkan dan menyempurnakan metode restorasi ekosistem terumbu karang yang murah dan dapat direplikasi melalui MARRS ini.
“Metode MARSS ini bukan hanya terkait media saja, tetapi juga mencakup pemilihan lokasi dan memperoleh bibit. Cara membuat media harus benar-benar bagus dengan lapisan yang bagus,” jelas Lily.
Reef stars sendiri berbentuk struktur baja heksagonal, dimana fragmen terumbu karang akan menempel di konstruksi yang akan dipasang menutupi bagian puing-puing karang yang tandus, atau celah di antara karang hidup yang tersisa di terumbu.
Rangka reef stars ini terbuat dari besi 10 SNI yang kuat dan tahan lama, dan dibentuk lewat cetakan yang sama untuk setiap reef stars. Besi berbentuk seperti jaring laba-laba (spider web) ini lalu dilumuri pasir dan resin. Dalam satu reef stars biasanya akan diikat 15 fragmen karang.
“Reef stars ini cocok di daerah patahan karang. Tidak semua daerah cocok dengan metode ini. Dengan melibatkan banyak mitra kita bisa kombinasi dengan metode yang sudah mereka lakukan di lokasinya masing-masing,” jelas Lily.
Dari pengalaman sebelumnya, kegagalan restorasi melalui metode reef stars disebabkan pemilihan lokasinya yang tidak sesuai, cara pelapisan rangka yang tidak bagus, pemeliharaan rutin yang tidak ada, dan ketiadaan pelibatan masyarakat sekitar untuk menjaga dan melakukan monitoring terumbu karang.
Jelas Lily, dalam satu dekade terakhir ini upaya konservasi yang dilakukan Mars di Pulau Bontosua telah memberi dampak. Dalam periode waktu 28 bulan, reef stars telah meningkatkan pertumbuhan terumbu karang dari 20 menjadi 70 persen.
Selain itu, populasi ikan telah meningkat sebesar 175 persen, dengan lebih dari 25.000 ikan per hektar. Jumlah spesies ikan yang terus berpulih di terumbu karang itu telah meningkat sebesar 10 persen selama periode waktu yang sama.
Pemilik Mars Inc., Frank Mars, mengatakan amat penting untuk mendorong investasi dan membangun koalisi untuk memulihkan terumbu karang.
“Melalui kerja sama untuk melakukan restorasi terumbu karang secara langsung dan berbagi pengetahuan dengan masyarakat, swasta, LSM, dan komunitas peneliti, kami yakin kita dapat mempercepat laju restorasi secara global,” jelasnya.
Menurutnya, pendekatan Mars terhadap restorasi terumbu karang sejalan dengan keyakinan perusahaan dalam bekerja dengan komunitas di sekitar lokasi Mars beroperasi, yaitu mengembangkan strategi inovatif dan mata pencaharian lokal yang berkelanjutan.