Masa depan bangsa ada di tangan orang muda. Ungkapan ini memiliki semangat konstruktif bagi pembangunan dan perubahan. Orang mudalah yang dapat merubah pandangan orang terhadap suatu bangsa dan menjadi tumpuan para generasi terdahulu untuk pembangunan suatu bangsa dengan ide/gagasan baru, wawasan yang luas berdasarkan nilai-nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat.
Dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober 2023, Yayasan BaKTI kembali menggelar Diskusi Inspirasi BaKTI secara virtual dengan mengangkat tema “Bersama Pemuda Majukan Indonesia”. Kali ini menghadirkan tiga pemuda penerima beasiswa Program INSPIRASI – Indonesia Selandia Baru untuk Generasi Muda Inspiratif (Indonesia Young Leaders Programme). INSPIRASI merupakan program yang dikelolah oleh UnionAid di New Zealand bekerjasama dengan Yayasan BaKTI sebagai mitra di Indonesia.
Program INSPIRASI didukung oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga dan didanai oleh Pemerintah New Zealand. Tujuan dari program ini adalah untuk memberikan capacity building kepada para pemuda usia 20-30 tahun dari kawasan timur Indonesia dengan latar belakang dari NGO atau CSO. Ketiga narasumber tersebut adalah Yusri, Tirza Theorupun dan Nurul Inayah. Yusri adalah salah satu penerima beasiswa program INSPIRASI tahun 2022 dan saat ini bekerja sebagai Program Analyst di Yayasan Indonesia Mengabdi. Hana Tirza C. Theorupun adalah salah satu alumni INSPIRASI 2021 dan Manager pengembangan program di Yayasan Sasi Alam Indonesia (YASI.ID). Nurul Inayah, adalah penerima beasiswa INSPIRASI tahun 2021 dan saat ini menjadi Manajer Program dan Sutradara Kala Teater. Ketiga narasumber berbagi pengalaman terkait (1) Aktivitas dan program yang dikerjakan oleh narasumber bersama komunitasnya (2) Pengalaman menarik ketika teman-teman mengikuti program INSPIRASI di Selandia Baru? (3) Pembelajaran yang diperoleh selama mengikuti program INSPIRASI dan mengaplikasikan pembelajaran tersebut pada kerja-kerja sosial kemanusiaan baik itu dengan teman komunitas maupun dengan lembaga lain.
“Penting untuk diketahui bahwa dalam dunia development, ketika ada masalah maka orang-orang yang paling dekat untuk bisa mengurai masalah tersebut adalah peers/sebaya. Jika ada isu generasi muda maka sebaiknya diselesaikan oleh generasi muda, ingin mengedukasi remaja maka idealnya memberdayakan para remaja untuk melakukannya, dan lain sebagainya. Metode peers ini yang diterapkan oleh ketiga narasumber muda hebat kali ini.” Ucap Bapak Muhammad Yusran Laitupa (Direktur Eksekutif Yayasan BaKTI) dalam sambutan pembukaan.
Kala Teater, Project Kampanye Postpartum Depression
Postpartum depression merupakan sebuah fenomena yang berhubungan erat dengan kesehatan mental dan terjadi pada ibu pasca kelahiran yang ditandai dengan kehilangan mood, emosi yang tidak stabil, sering merasa bersalah, kecewa dan tidak mampu mengenali emosi. Pada kasus yang berat, ibu bahkan bisa merasa tidak memiliki ikatan dengan bayi dan berpotensi untuk melukai diri sendiri maupun bayinya.
Persoalan ini sebenarnya sangat penting namun masih tabu di tengah masyarakat. Tentu saja saat ini isu perempuan sudah banyak disoroti dan dibicarakan bersama. Hanya saja, belum banyak yang dapat melihat perspektif ada isu perempuan dengan title ‘ibu’ atau posisi seorang ibu masih belum cukup diangkat dan mendapat perhatian.
Isu tentang depresi pasca kelahiran pada ibu masih dianggap tabu karena alasannya berlapis. Pertama, karena kita masih sangat dipengaruhi oleh ideologi gender (pembagian peran antara lelaki dan perempuan) di mana seorang ibu dianggap memiliki sejumlah peran dan harus bertanggung jawab penuh terhadap pengasuhan anaknya. Sehingga mereka merasa memiliki standar untuk menjadi ibu yang baik. Karena tekanan-tekanan tersebut akhirnya mengarah ke domestifikasi perempuan. Kedua, ada komen negatif dari masyarakat sekitar yang diterima oleh seorang ibu dan akan sangat berpengaruh pada kesehatan mentalnya.
Untuk itu, hal pertama yang harus dilakukan adalah menyuarakan isu ini untuk meningkatkan awareness masyarakat. Kala Teater melakukan riset, lalu mengampanyekannya lewat media pertunjukan/teater dan media sosial serta diskusi. Dari riset tersebut diperoleh hasil bahwa 59 ibu yang mengalami gejala umum postpartum depression. Hasil riset juga menunjukkan banyak sekali persentase yang menunjukkan bahwa sistem atau ekosistem ibu pasca kelahiran benar-benar perlu direkonstruksi atau dibenahi kembali.
Sedangkan dalam pertunjukan teater dibagi menjadi tiga bagian yaitu Konstruksi masyarakat yang menempatkan seorang ibu di posisi yang tidak adil, respons negatif dari orang lain baik itu dari keluarga maupun orang yang berada di lingkungan sekitar, dan beban pengasuhan yang selalu dilimpahkan sepenuhnya kepada ibu karena sistem patriarki masih sangat melekat di masyarakat. Di bagian akhir pertunjukan Kala Teater juga membawa audiens untuk ikut mendekonstruksi semua konstruksi negatif masyarakat. Pertunjukan ini adalah corong atas suara-suara ibu yang tidak berani mengatakan isi hatinya.
Naya, sapaan akrab Nurul Inayah juga berbagi pembelajaran yang diperoleh selama mengikuti Program INSPIRASI. “New Zealand adalah negara maju yang sistem patriarkinya sudah tidak begitu melekat. Hal yang bisa saya lihat di New Zealand adalah di New Zealand mereka memberdayakan bapak untuk menjadi aset dalam upaya mencegah persoalan postpartum depression ini” Ujar Naya di akhir sesinya
Kerja-kerja kesenian dan kebudayaan tidak hanya sebagai hiburan semata namun juga memiliki peran penting untuk bisa menyoal terkait isu-isu sosial. Secara umum, pengerjaan isu-isu sosial memang bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti edukasi atau pendekatan religi dan sebagainya. Namun banyak yang lupa bahwa pendekatan estetika (kesenian dan kebudayaan) adalah pendekatan yang mampu kembali mengasah kepekaan masyarakat terhadap situasi yang terjadi.
Pengelolaan Sumber Daya Alam Berkelanjutan di Maluku
“Saya adalah orang yang tinggal di Ambon dan ada beberapa kegiatan atau aktivitas yang saya harus lakukan di Jawa karena tidak ada di Ambon, seperti misalnya keperluan tes bahasa Inggris sehubungan dengan persyaratan beasiswa. Jadi, saya berpikir bahwa kenapa sulit untuk mendapatkan sesuatu di Ambon? Hal ini yang membuat saya berpikir bahwa ada ketimpangan besar yang kita semua alami. Tidak perlu jauh-jauh membicarakan antara Ambon dan Jakarta. Bicara saja antara Ambon dan Pulau Seram, antara kota-kota dan pedesaan, ketimpangannya itu terasa. Isu tentang ini yang digodok terus-menerus dan menjadi fokus ketika saya mengikuti program INSPIRASI.” Ucap Hana Tirza C. Theorupun, Manajer Pengembangan Program Yayasan Sasi Alam Indonesia (YASI.ID) mengawali presentasinya.
Jika dilihat dari posisi pembangunan saat ini, wilayah Maluku berada di posisi yang rentan termasuk juga pemuda desanya. Infrastruktur yang belum memadai membuat produktivitas masyarakat juga tidak optimal. Sektor pertanian juga belum berjalan dengan maksimal termasuk mengenai ekonomi, perdagangan dan sebagainya membuat sektor tersebut semakin kompleks. Hal ini berpengaruh pada masyarakat yang belum bisa memunculkan potensi diri dengan sebaik-baiknya.
Namun, dari kerentanan yang ada di pedesaan, Tirza juga melihat bahwa pemuda desa memiliki satu kekuatan yaitu modal sosial yang mereka miliki sangat kuat. Salah satunya adalah Desa Keta, sebuah desa kecil di Kabupaten Seram bagian timur. Pemuda desa di sana adalah pemuda hebat yang tidak pernah berhenti untuk maju. Mereka membangun sebuah taman baca di desa tersebut di mana taman baca itu menjadi satu-satunya aset sosial yang memiliki kekuatan untuk meningkatkan pendidikan anak-anak di Desa Keta. Pemuda desa di sanalah yang bergerak untuk membangun taman baca tersebut. Hanya saja karena fokus mereka di bidang pendidikan, mereka harus mengorbankan mata pencaharian yang dimiliki dan harus tinggal di desa untuk fokus pada anak-anak di sana.
Nah, berdasarkan contoh nyata di Desa Keta-Seram bagian timur tadi, Tirza kemudian memfokuskan action project saya di Desa Keta-Seram bagian timur. Ia ingin bagaimana pemuda desa bisa membangun dan mengembangkan taman baca untuk anak di desa tersebut namun di sisi lain mereka tetap bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, Ia membuat satu project untuk mengembangkan strategi mata pencaharian dan penghidupan di Desa Keta.
Berdasarkan permasalahan yang ada di Desa Keta dan Pulau Osi serta pelajaran yang Ia peroleh dari INSPIRASI, Tirza dan teman-teman masuk di kelompok pemuda desa, yang merupakan bagian dari co-design process. Co-design process adalah metode partisipatif yang diperolehnya dari program INSPIRASI, dengan memetakan masalah dan potensi desa termasuk aset-aset desa secara infrastruktur, aset-aset secara ekosistem, finansial dan lain sebagainya yang dapat dimanfaatkan.
Pada proses inilah terbentuk diskusi mengenai vulnerability atau kerentanan yang dimiliki oleh pemuda desa. Setelah memetakan permasalahan dan potensi yang ada muncullah satu ide solusi yang akan dibuat menjadi prototipe. Co-design process membuka ruang untuk menghasilkan inovasi-inovasi termasuk dari pemuda-pemuda desa melalui prototipe. da output produk yang bisa diaplikasikan untuk menyelesaikan suatu isu.
Hal penting lain yang dilakukan dan ditekankan selama menjalankan project adalah bagaimana membangun mindset untuk fokus di kekuatan/potensi desa disamping fokus pada permasalahan yang ada. Hal ini juga yang dipelajari selama berada di New Zealand.
Isu Perkawinan Anak
Isu perkawinan anak menjadi isu yang penting karena dampaknya mampu merenggut hak anak. Perkawinan disebut perkawinan anak ketika anak menikah di bawah usia 19 tahun baik itu usia anak laki-laki maupun perempuan.
“Selama proses pembelajaran di program INSPIRASI, kita belajar untuk tidak langsung membicarakan solusi dari isu yang ada. Namun, kita harus benar-benar mengetahui dan memahami penyebab dan faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi terjadinya suatu masalah. Salah satu framework yang saya pelajari di INSPIRASI adalah problem venn atau pohon masalah. Framework ini juga yang saya implementasikan dalam proses pemecahan isu perkawinan anak.” Ujar Yusri-Program Analyst Yayasan Indonesia Mengabdi mengawali presentasinya.
Isu perkawinan anak merupakan salah satu isu yang sangat kompleks dan tidak bisa hanya satu stakeholder yang bekerja saja. Salah satu dampak dari perkawinan anak adalah postpartum depression seperti yang dijelaskan oleh Inayah sebelumnya. Dampak dari perkawinan anak tidak hanya dirasakan oleh pelaku saja namun juga hingga ke generasi selanjutnya; bayinya bisa mengalami stunting dan lain sebagainya.
Isu perkawinan anak menjadi salah satu isu yang harus diprioritaskan khususnya di Sulawesi Selatan. Berdasarkan data BPS terkait angka perkawinan anak di seluruh provinsi di Indonesia, persentase perkawinan anak di Sulawesi Selatan mencapai 9,33%. Angka ini berada di atas angka rata-rata nasional (8,06%). Kemudian berdasarkan data dari Kemenag, ada 5 kabupaten di Sulawesi Selatan yang memiliki jumlah kasus perkawinan anak yang terlaporkan yakni Sidrap, Wajo, Pinrang, Soppeng dan Sinjai. Namun, ini baru kasus yang terlaporkan belum yang tidak terlaporkan.
Yusri kemudian mengimplementasikan pembelajaran yang diperoleh selama menempuh Program INSPIRASI di New Zealand melalui project dengan isu perkawinan anak. Di awali dengan membuat system thinking, berdiskusi dan turun langsung di masyarakat, saya mengelaborasi penyebab dari perkawinan anak. Ternyata ada banyak sekali faktor yang berpotensi menyebabkan perkawinan anak dan saling berkaitan satu sama lain. Di antaranya karena tidak memahami dampak negatif begitu juga dengan orang tuanya. Mereka juga tidak mengetahui usia perkawinan anak yang ideal atau hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan. Oleh karena itu, program prototipe yang saya kembangkan berfokus pada peningkatan kesadaran pemahaman anak dan orang tua terkait kebijakan perkawinan anak dan dampaknya bila dilakukan.
Kemudian dari system thinking, Yusri kemudian membuat list potensi aktor di kabupaten maupun desa yang dapat diberdayakan. Kita sebagai outsider tidak dapat mengubah suatu komunitas atau desa, akan tetapi kita mampu bekerja sama dengan sumber daya manusia termasuk pemerintahan yang ada di suatu wilayah agar mereka bisa mengalami improvement.
Prototipe yang dihasilkan dari co-design dengan anak-anak maupun orang tua akan saya gunakan dalam proses pencegahan perkawinan anak. Adapun wilayah yang menjadi fokus utama saya ialah Kabupaten Bone di mana isu perkawinan anak di sana sangat erat kaitannya dengan agama. Religious leader memiliki power yang lebih kuat dan tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang ada di pemerintahan. Kami mencari religious leader yang sepemahaman dengan kami dan nantinya mereka yang akan melakukan kampanye pencegahan perkawinan anak kepada para orang tua melalui forum agama.
Sedangkan, prototipe dengan school-based program, kami bekerja dengan sekolah dan menyasar anak-anak karena hasil riset menunjukkan bahwa sekolah memiliki peran penting dalam pembentukan perilaku anak. Sekolah juga memiliki sumber daya yang dapat diajak bekerjasama seperti guru BK, forum anak dan beberapa elemen lainnya. Kami juga memilih siswa-siswa di sekolah sebagai agen perubahan yang akan mengkampanyekan pencegahan perkawinan anak.
Di Yayasan Indonesia Mengabdi, kami telah bekerja untuk isu perkawinan anak selama beberapa tahun. Salah satu output yang kami hasilkan ialah kerjasama dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan UNICEF Indonesia untuk mengembangkan mekanisme pencegahan dan penanganan perkawinan anak. Kami telah mengembangkan mekanisme ini bersama pengadilan agama, DP3A, Disdukcapil dan lembaga lainnya dalam upaya mengurangi angka perkawinan anak di Sulawesi Selatan. Dalam mekanisme yang dikembangkan, kami juga mengatur bagaimana pemenuhan hak anak tetap terlaksana meskipun anak telah menikah.
Mari menjaga komitmen bersama untuk berkontribusi dalam menyelesaikan berbagai isu yang ada. Mari menjadikan diri kita dan orang lain di sekitar sebagai orang yang tidak berhenti menebar manfaat.
Sahabat BaKTI yang ingin menyimak diskusi inspirasi BaKTI virtual ini, dapat mengunjungi YouTube Yayasan BaKTI