Bendera Penyelamat Ibu dan Anak di Sinoa
Penulis : Sumarni Arianto
  • Foto: Dok. Puskesmas Sinoa
    Foto: Dok. Puskesmas Sinoa

Tantangan dalam hal kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Setiap tiga menit, di suatu tempat di Indonesia, anak di bawah usia lima tahun meninggal. Selain itu, setiap jam seorang perempuan meninggal karena melahirkan atau sebab-sebab yang berkaitan dengan kehamilan (UNICEF, 2012). Sampai saat ini telah banyak program-program pembangunan kesehatan di Indonesia yang ditujukan guna menanggulangi masalah-masalah kesehatan ibu dan anak (Maas, 2004).

Pemerintah Kabupaten Bantaeng, turut merespons tantangan ini. Program Bendera SASKIA sebuah Inovasi dari Puskesmas Sinoa, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. SASKIA singkatan dari Satu Bendera Satu Sasaran Kesehatan Ibu dan Anak, merupakan bendera penanda yang diberikan pada sasaran kesehatan ibu dan anak.

Sebelum inovasi ini lahir, sasaran kesehatan ibu dan anak sangat sulit terpantau. Hal ini disebabkan karena tidak ada suatu tanda atau simbol bahwa di rumah tersebut ada sasaran kesehatan ibu dan anak karena petugas terkadang tidak menemukan lokasi rumah sasaran saat berkunjung. Di sisi lain keluarga, masyarakat dan pemerintah desa kurang peduli terhadap status kesehatan dari sasaran kesehatan ibu dan anak. Akibatnya pada tahun 2016 ada 18% ibu hamil persalinannya ditolong oleh dukun beranak (data cakupan program kesehatan ibu dan anak Puskesmas Sinoa), status kesehatan ibu hamil tidak terkontrol secara berkala, masih ada bayi yang belum memperoleh imunisasi dasar lengkap, dan masih ada balita dengan status gizi kurang.

Data cakupan Puskesmas Sinoa tahun 2016 menunjukkan bahwa persalinan yang ditolong oleh dukun beranak sebesar 18% (40 dari 222 ibu bersalin), ibu bersalin yang dilakukan di rumah sebesar 13,6% (192 dari 222 ibu bersalin), yang tidak memperoleh imunisasi dasar lengkap sebesar 12,8% (219 dari 251 bayi), masih ada balita gizi kurang sebanyak 22 orang.

Bendera SASKIA ini dipasang oleh bidan dan kader posyandu yang terdiri dari 4 warna untuk ibu hamil yaitu warna hijau, biru, merah muda, merah tua, 1 warna untuk bayi yaitu kuning dan 1 warna untuk balita yaitu ungu.

Bendera dipasang di pagar rumah, sehingga mudah dilihat oleh siapapun, khususnya ibu hamil risiko tinggi dan balita gizi kurang akan mendapatkan kunjungan pemantauan status kesehatannya sekali seminggu dari petugas kesehatan serta melakukan tindakan rujukan bila diperlukan.

Di awal inovasi tahun 2017, lokus diimplementasikan di 2 desa (Bonto Bulaeng dan Bonto Maccini), dengan pertimbangan kedua desa tersebut paling tinggi kasus kesehatan ibu dan anak. Selama kurang lebih enam bulan berjalan, terjadi peningkatan cakupan pelayanan program kesehatan ibu dan anak khususnya ibu hamil, bayi dan balita.

Foto: Dok. Puskesmas Sinoa

Pada tahun 2018 dilakukan pengembangan lokus pada 4 desa lainnya (Bonto Tiro, Bonto Karaeng, Bonto Majannang dan Bonto Mate'ne) yang memiliki masalah yang sama terkait pelayanan kesehatan ibu dan anak. Inovasi ini juga cukup mudah untuk direplikasi karena hanya menggunakan bendera sebagai penanda serta membutuhkan komitmen dari keluarga, masyarakat dan pemerintah desa.

Inovasi ini juga melibatkan tenaga bidan. Sampai saat ini setiap dusun memiliki satu bidan desa yang berstatus non ASN. Penempatan bidan desa ditetapkan sesuai domisili. 90% bidan mengabdi di kampungnya sendiri. Selebihnya direkrut dari luar. Bidan-bidan ini ditugaskan memperhatikan orang-orang dan kondisi kesehatannya melalui penanda bendera Saskia.

Setelah inovasi Bendera SASKIA diimplementasikan telah memberikan dampak positif terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak karena sasaran dengan mudah ditemukan oleh petugas kesehatan yang berkunjung sehingga sasaran KIA terpantau secara kontinyu. Inovasi ini pula, turut menumbuhkan kepedulian dari keluarga, masyarakat dan pemerintah desa terkait status kesehatan ibu dan anak.

Pada tahun 2019, data cakupan di Puskesmas Sinoa menunjukkan terjadi peningkatan dari tahun ke tahun secara signifikan. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan pada tahun 2017 sebesar 93,3 %, pada tahun 2018 meningkat 6,7% sehingga menjadi 100% dan bertahan hingga kini. Kemudian pada persalinan yang dilakukan di fasilitas kesehatan pada tahun 2017 sebesar 42,3%, pada tahun 2018 meningkat pesat sebesar 100% dan bertahan di tahun berikutnya, tetap mempertahankan zero kematian ibu dan bayi.

Bendera SASKIA
Sisi inovatif dari inovasi ini adalah digunakannya bendera sebagai penanda sasaran kesehatan ibu dan anak yang dikibarkan di rumah-rumah warga.

Selama ini penanda status kesehatan itu berupa stiker yang ditempel di dinding rumah warga. Namun stiker tidak dapat digunakan berulang, sedangkan penggunaan bendera sebagai penanda selain lebih mudah terlihat karena ditempatkan pada pagar rumah atau bagian depan rumah, bendera ini juga dapat digunakan berulang serta dapat digunakan pada sasaran lainnya setelah masa pemantauannya selesai.

Dok. Puskesmas Sinoa

Inovasi Bendera SASKIA telah membawa Kabupaten Bantaeng menjadi satu-satunya kabupaten dan inovasi di Provinsi Sulawesi Selatan yang berhasil masuk dalam Top 45 Inovasi Pelayanan Publik (SINOVIK) tahun 2020. Lomba Inovasi Pelayanan Publik yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) RI, diikuti oleh sejumlah kementerian, lembaga, provinsi, pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah. Sebelumnya, Bendera SASKIA juga memperoleh penghargaan pada tingkat Provinsi Sulawesi Selatan yakni Top 30 inovasi pelayanan Publik SulSel dan menerima Indonesia Award 2020 oleh Inews TV.

Dari inovasi ini kita belajar bahwa sebuah inovasi yang baik tidak selalu harus sophisticated/canggih. Meskipun terlihat sederhana dalam pelaksanaannya namun yang terpenting adalah daya ungkit dan dampak yang dihasilkan

Persoalan mindset, kebiasaan lama ataupun budaya boleh jadi menjadi tantangan di awal pelaksanaan inovasi namun dengan pendekatan persuasif, kolaborasi dan kemitraan oleh semua pemangku kepentingan, tantangan dapat ditaklukkan.

 

Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang inovasi ini dapat menghubungi:  H. Iwan Setiawan, SKM., M.Kes (Kepala Puskesmas Kec. Sinoa). Email: nur.imaniah26@gmail.com

Submission Agreement

Terimakasih atas  ketertarikan Anda untuk mengirimkan artikel ke BaKTINews. Dengan menyetujui pernyataan ini, Anda memberikan izin kepada BaKTINews untuk mengedit dan mempublikasikan artikel Anda di situs web dan situs afiliasinya, dan dalam bentuk publikasi lainnya.
Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.  Redaksi akan mempromosikan artikel Anda melalui situs kami dan saluran media sosial kami.
Dengan mengirimkan artikel Anda ke BaKTINews dan menandatangani kesepakatan ini, Anda menegaskan bahwa artikel Anda adalah asli hasil karya Anda, bahwa Anda memiliki hak cipta atas artikel ini, bahwa tidak ada orang lain yang memiliki hak untuk ini, dan bahwa konten Artikel Anda tidak mencemarkan nama baik atau melanggar hak, hak cipta, merek dagang, privasi, atau reputasi pihak ketiga mana pun.

Anda menegaskan bahwa Anda setidaknya berusia 18 tahun dan kemampuan untuk masuk ke dalam kesepakatan ini, atau bahwa Anda adalah orang tua atau wali sah dari anak di bawah umur yang menyerahkan artikel.
 
Satu file saja.
batasnya 24 MB.
Jenis yang diizinkan: txt, rtf, pdf, doc, docx, odt, ppt, pptx, odp, xls, xlsx, ods.