Kadang penulisan hasil penelitian sulit dipahami. Selain karena menggunakan banyak istilah teknis dan ilmiah, penulisannya pun kebanyakan hanya diminati kalangan akademisi. Tidak tersosialisasikannya hasil penelitian juga menyebabkan penelitian sulit diterjemahkan sebagai dasar dalam membuat kebijakan. Jarangnya forum-forum yang mempertemukan peneliti dan pemangku kebijakan juga menjadikan hasil penelitian berakhir sebagai dokumen ilmiah semata. Padahal, penelitian seyogyanya merangkum hasil analisis dari temuan-temuan ilmiah di lapangan yang juga penting diketahui oleh para pengambil kebijakan. Dengan begitu, mereka dapat menyusun kebijakan berdasarkan data kondisi di lapangan.
Di Indonesia timur, sama seperti di wilayah lainnya, para peneliti berbasis di universitas dan lembaga penelitian. Posisi mereka sebenarnya memainkan peran penting khususnya dalam memberikan masukan bagi kebijakan. Namun, di Indonesia timur, lembaga-lembaga penelitian sering kali tidak memiliki jaringan dengan pemerintah, peneliti atau lembaga penelitian di level nasional dan internasional. Mereka umumnya masih mengalami kesulitan dalam berkolaborasi dengan peneliti lain, dan seringkali tidak memiliki sumber daya dan sistem internal yang diperlukan untuk menghasilkan penelitian berkualitas tinggi.

Forum yang mempertemukan para peneliti dan pemangku kebijakan untuk bertukar pengetahuan pun menjadi langkah strategis dalam upaya menyebarluaskan hasil penelitian hingga menjadi bagian dalam memberikan masukan bagi kebijakan. Satu forum ini baru saja dilaksanakan di Makassar. Knowledge and Innovation Exchange Roadshow Sukses berlangsung pada 18-19 Agustus 2025. Dipilihnya Makassar sebagai salah satu lokasi kegiatan ini bukan tanpa sebab. Makassar menjadi pusat representatif bagi Kawasan Indonesia Timur, wilayah yang berkembang pesat secara ekonomi, namun menghadapi tantangan sosial-ekologis seperti kerentanan iklim, risiko bencana, dan kelompok marjinal. Tema acara ini menekankan pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan inklusif, pemanfaatan pengetahuan lokal, dan penerapan solusi berkelanjutan untuk mengatasi dampak perubahan iklim.
Mengusung tema Komunitas Tangguh, Masa Depan yang Berkelanjutan, kegiatan ini bertujuan untuk memfasilitasi pertukaran pengetahuan di bidang lingkungan dan perubahan iklim, mendorong pembelajaran bersama dan pertukaran pengalaman, hingga memperluas jangkauan wawasan dan temuan penelitian, memastikan informasi diberikan kepada khalayak yang lebih luas, termasuk pembuat kebijakan, praktisi, dan pemangku kepentingan. Kegiatan ini juga untuk memicu koneksi dan berbagai pengetahuan antar pemangku kepentingan utama yang relevan, menunjukkan bagaimana penelitian bersama mendorong solusi berbasis bukti untuk pembangunan Indonesia. Ini dilakukan melalui fasilitasi hubungan dan dialog antara mitra pengetahuan, pembuat kebijakan, komunitas, dan sektor swasta agar mereka dapat mengakses pengetahuan, lembaga, dan pakar untuk menjawab kebutuhan bukti kebijakan dan teknologi.

Kegiatan ini telah berhasil mempertemukan para peneliti, pemangku kepentingan, pelaku usaha hingga media dengan menghadirkan kurang lebih 400 peserta dalam dua hari. Pada hari pertama, dalam sesi pleno pembukaan, para pembicara menekankan pesan bersama yaitu solusi iklim harus inklusif, sesuai konteks, dan berangkat dari realitas lokal. Kerentanan unik di Kawasan Timur Indonesia, mulai dari ancaman pesisir hingga ketidakpastian mata pencaharian, memerlukan kebijakan yang tidak hanya mengikuti prioritas nasional tetapi juga mendengarkan suara komunitas yang paling terdampak. Juga perlu memastikan pengetahuan lokal dan pengalaman hidup menjadi dasar pengambilan keputusan adalah kunci untuk mencapai ketahanan jangka panjang.
Kegiatan lalu dilanjutkan dengan diskusi panel yang menghadirkan 26 pembicara dalam enam sesi diskusi yang mewakili berbagai lembaga penelitian, akademisi, pemangku kebijakan, dan organisasi masyarakat sipil. Para pembicara menyampaikan gagasan yang menyoroti strategi ketangguhan iklim di Indonesia Timur, berbagai model adaptasi berbasis komunitas untuk ketahanan iklim, menunjukkan bagaimana komunitas rentan dapat mempersiapkan diri menghadapi dampak perubahan iklim, serta menyoroti peran perempuan dan masyarakat adat dalam kebijakan adaptasi iklim, hingga menekankan posisi kelompok marginal dalam membentuk solusi iklim yang inklusif dan berkeadilan. Sejalan dengan diskusi, juga terdapat pameran poster riset yang memberikan kesempatan bagi peserta untuk melihat dan berinteraksi langsung dengan berbagai studi dan inisiatif yang relevan dengan tema sesi.
Di hari kedua Knowledge & Innovation Exchange (KIE) Makassar Roadshow, berfokus pada praktik penelitian dengan perspektif kesetaraan gender, disabilitas, dan inklusi sosial (GEDSI). GEDSI menekankan pentingnya memastikan suara, kebutuhan, dan perspektif perempuan, difabel, serta kelompok rentan lainnya hadir dan diperhitungkan dalam setiap tahapan proses penelitian. Pendekatan ini penting, karena tidak hanya mendorong keadilan dan keberpihakan, tetapi juga memperkuat relevansi serta dampak hasil penelitian bagi berbagai lapisan masyarakat.
Di sini, cerita komunitas dibawa langsung ke dalam forum, presentasi poster, dan lokakarya kolaboratif. Ada delapan penerima hibah KONEKSI menampilkan riset mereka melalui poster yang menunjukkan bagaimana prinsip GEDSI diterapkan dalam proyek penelitian terkait lingkungan dan perubahan iklim. Di sesi ini semua suara termasuk perempuan, difabel dan kelompok marjinal, diajak untuk menyaksikan bagaimana semua elemen ikut membentuk arah riset dan kebijakan. Dengan semangat kolaborasi, kita menghubungkan pengetahuan dengan aksi nyata untuk masa depan yang inklusif, tangguh, dan berkelanjutan.

Di akhir sesi, peserta lalu melakukan diskusi kelompok terfokus, untuk mengidentifikasi dan merancang kemitraan penelitian yang berdampak bagi Indonesia Timur. Setiap kelompok terdiri dari para peserta yang berasal dari berbagai sektor mulai dari peneliti atau akademisi, pemangku kebijakan, sektor swasta dan organisasi masyarakat sipil. Sebanyak 15 kelompok pun telah mengidentifikasi kontribusi dan peluang kolaborasi yang dapat dilakukan hingga merumuskan pengembangan kapasitas dan ekosistem berkelanjutan yang dapat dijalankan.
Selama dua hari acara Knowledge and Innovation Roadshow (KIE) Makassar ini pun menjadi ruang pertemuan lintas sektor. Peneliti, pembuat kebijakan, pelaku usaha, dan komunitas lokal berkumpul untuk berbagi pengetahuan, menjalin kolaborasi, dan mendorong pembangunan berkelanjutan. Kegiatan ini menghadirkan diskusi yang menegaskan bahwa ketahanan berkelanjutan hanya dapat dicapai melalui kolaborasi lintas sektor dan multi-level.
Bersama BaKTI, KONEKSI mendukung, memfasilitasi dan menghubungkan jaringan peneliti individu dari berbagai universitas daerah melalui beberapa forum dan jaringan yang sudah ada. Pengembangan dan pemeliharaan jaringan ini lebih lanjut pun dilakukan untuk memperluas hubungan antar peneliti menjadi hubungan kelembagaan untuk meningkatkan akses, dan peluang bagi individu dan lembaga di Indonesia Timur untuk terlibat dan memperluas kemitraan penelitian secara nasional dan internasional.
Sebelumnya, Yayasan BaKTI telah melakukan pemetaan peneliti di sembilan wilayah program. Provinsi tersebut adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat; Papua dan Papua Barat. Selanjutnya dilakukan serangkaian lokakarya pendahuluan atau Focus Group Discussion (FGD) di setiap provinsi yang membahas mengenai bagaimana membangun dan memelihara jaringan, mekanisme koordinasi/strategi keterlibatan dengan dan di antara jaringan, termasuk mengidentifikasi dan menyepakati platform komunikasi yang dapat diakses oleh semua anggota jaringan. Tantangan dan pembelajaran dalam melakukan penelitian kolaboratif juga dibahas dalam kegiatan ini.

Peneliti dan pemerintah sebagai pengambil kebijakan hingga pelaku usaha perlu dihubungkan dan difasilitasi sebagai upaya untuk mendorong kontribusi penelitian bagi penyusunan kebijakan dan inovasi baik regional maupun nasional. Kolaborasi yang baik antara peneliti, pemerintah dan industri (swasta) dengan pendekatan perspektif kesetaraan dan inklusivitas dapat mendorong semangat, gagasan, dan inisiatif yang dapat berkontribusi dalam penyusunan kebijakan dan inovasi guna peningkatan pembangunan berkelanjutan di Kawasan Timur Indonesia.