Perekonomian Sulawesi Selatan sedang dalam masa transisi. Seperempat dari populasinya yang berjumlah hampir sembilan juta adalah kalangan muda, berusia antara 16 - 30 tahun, dengan banyak yang tinggal di daerah pedesaan. Namun, wilayah-wilayah ini sedang mengalami perubahan besar di bidang agraria di mana produktivitas pertanian menurun, pewarisan tanah ditantang, dan pemanfaatan tanah pertanian untuk perluasan perkotaan dan pembangunan infrastruktur. Perubahan ini mendorong generasi muda untuk mencari peluang kerja di tempat lain, di kota besar, perkebunan di luar pulau, atau di luar negeri.Studi tersebut berfokus di Maros, sebuah kabupaten yang dekat dengan ibu kota provinsi, Makassar. Dengan jumlah penduduk hampir 390.000 (2020), Maros adalah contoh area yang mengalami perubahan agraria yang cepat. Risalah kebijakan ini mengeksplorasi secara khusus bagaimana aspirasi kalangan muda berubah dan apa artinya bagi pembuat kebijakan, khususnya dalam konteks pendidikan, keterampilan dan pelatihan.
Kemitraan Riset Australia-Indonesia (PAIR) meneliti empat lokasi - Barugae, Salenrang, Pajukukang, dan Pallantikang - yang mewakili tiga latar berbeda: pedesaan pedalaman, pinggiran kota, dan pesisir. Area pedesaan pedalaman didominasi oleh petani kecil dengan produksi komoditas seperti beras, tanaman musiman, atau kemiri. Area pinggiran kota mencerminkan lanskap yang bertransisi cepat dengan mengintensifkan pertanian komersial, seperti pertanian padi, ke pariwisata, pembangunan perkotaan dan industri, kereta api dan pertambangan. Pengaturan pesisir didominasi oleh budidaya perairan dan mata pencaharian berbasis perikanan. Mewawancarai 90 orang - dari pria dan wanita muda hingga lansia - di empat desa. Kami juga menganalisis data penggunaan lahan, mewawancarai pejabat pemerintah, melakukan diskusi kelompok terarah dan mengunjungi sekolah menengah kejuruan. Keanekaragaman kelompok dan situasi ini membuka perspektif yang luas tentang tantangan yang dihadapi.
Tantangan
Daerah pedesaan sedang mengalami perubahan agraria besar- besaran yang mempersulit generasi muda untuk bertani atau bahkan mempertahankan penghidupan dari pertanian, budidaya air atau perikanan. Misalnya, sejak 2014, jumlah sawah di Maros semakin berkurang sementara permukiman perkotaan semakin meluas. Perkembangan pesat ini menciptakan kondisi sosial dan ekonomi yang mempersulit kalangan muda untuk memiliki tanah yang produktif atau berukuran memadai, mencari pekerjaan yang berarti atau mempertahankan penghidupan dalam penangkapan ikan dan budidaya perairan karena hasil panen menurun.
Perempuan dan laki-laki muda memandang mata pencaharian berbasis pertanian atau perikanan kurang menguntungkan. Mereka malah mencari pekerjaan di sektor jasa di kota-kota atau mencari peluang ekonomi di luar negeri. Namun, beberapa tetap tinggal di desa, mendirikan bisnis pedesaan baru, seperti merambah ke ekowisata untuk menentukan masa depan mereka. Semakin banyak laki-laki muda yang bermigrasi untuk bekerja sebagai buruh perkebunan (kelapa sawit) di Malaysia dan Kalimantan, dan perempuan pergi ke Arab Saudi untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Namun kondisi tenaga kerja di luar negeri tetap buruk, dengan banyak perempuan mengalami diskriminasi gender, kekerasan, dan kehilangan akses ke fasilitas pendidikan (bagi yang memiliki tanggungan anak).
Populasi Maros terus bertambah. Separuh penduduk (166.466 jiwa pada tahun 2020) berada pada usia kerja produktif. Sementara jumlah laki-laki lebih dari setengah (61,8 persen), dan perempuan 36 persen dari angkatan kerja, kalangan muda (usia 15-24 tahun) terdiri dari 16 persen dan proporsi ini terus meningkat. Namun, tenaga kerja Maros didominasi oleh pekerja yang mengenyam pendidikan terbatas. Misalnya, 43 persen angkatan kerja memiliki pendidikan sekolah dasar, khususnya persentase perempuan kurang terwakili dari sekolah dasar hingga sekolah kejuruan.
Grafik: Angka Partisipasi Murni Sulawesi Selatan, 2016-2021 (Sumber: Sulawesi Selatan Dalam Angka 2016-2021 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Sulawesi Selatan 2018-2023).
Sektor jasa dan industri lainnya mendominasi tenaga kerja, mempekerjakan lebih dari 50 persen pekerja. Pertanian adalah yang kedua, diikuti oleh manufaktur. Telah terjadi pertumbuhan pesat di bidang manufaktur sejak 2019 karena pembangunan pabrik baru. Sementara pekerjaan jasa dan manufaktur meningkat, kalangan muda dengan tingkat pendidikan rendah berjuang untuk mendapatkan pekerjaan, sehingga meningkatkan frustasi dan ketidakberdayaan.
Grafik: Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Maros atas dasar harga berlaku tahun 2020, data bersumber dari BPS Sulawesi Selatan (2020).
Kalangan muda sulit mengakses pendidikan, keterampilan, dan kesempatan pelatihan untuk meningkatkan prospek kerja mereka. Kendala ekonomi menjadi kendala terbesar untuk menyelesaikan sekolah menengah atau bahkan melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi. Keharusan untuk menjaga orang tua dan anggota keluarga atau mengurus tanah mereka merupakan faktor utama bagi kalangan muda untuk melanjutkan pendidikan dan tetap tinggal di desa. Pendidikan diperlukan untuk mencari pekerjaan di sektor pemerintahan, ritel atau bidang mekanik. Bahkan dengan pendidikan sekolah menengah atas, kalangan muda tidak selalu memiliki pengetahuan atau koneksi yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan tetap. Sebagai contoh, banyak pemuda menggambarkan usahanya sering gagal untuk mendaftar ke kepolisian atau militer. Dalam praktiknya, pelatihan kejuruan dilakukan secara informal, dan hubungan sosial membantu mereka dalam memperoleh pekerjaan kejuruan atau ritel.
Harapan dan aspirasi kaum muda, tentu saja, bervariasi tergantung pada jenis kelamin, kelas, dan usia pada tiga lanskap berbeda - pedesaan pedalaman, pinggiran kota, dan pesisir. Pada umumnya, kalangan muda menginginkan pekerjaan tetap yang modern dan mandiri secara finansial dan berkontribusi pada keluarga dan masyarakat. Perpindahan, apakah itu berarti pindah ke kota atau ke luar negeri, dipandang sebagai sarana untuk mengatasi kerawanan penghidupan pedesaan.
Pelatihan kejuruan dipromosikan secara luas oleh pemerintah pusat Indonesia untuk memecahkan masalah terkait mata pencaharian dan aspirasi kalangan muda. Oleh karena itu, ada program untuk memprioritaskan dan merevitalisasi sekolah kejuruan. Misalnya, inisiatif nasional DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri) ditujukan untuk meningkatkan kesiapan kerja lulusan SMK. Gubernur Sulawesi Selatan memprioritaskan pengembangan pendidikan vokasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2018- 2023. Tingginya pengangguran di kalangan lulusan SMK di Sulawesi Selatan dan rendahnya angka partisipasi murni di kalangan siswa SMA tergambar pada grafik ini.
Grafik: Tingkat Pengangguran Sulawesi Selatan Tahun 2019-2021 (Sumber: Situasi Angkatan Kerja Provinsi Sulawesi Selatan Agustus 2019-2021).
Meski lulusan SMK menguasai berbagai keterampilan dan standar sertifikasi, seringkali mereka masih dianggap kurang berkompetensi bagi penyedia lapangan kerja dibandingkan lulusan sekolah menengah atas (SMA). Persepsi ini menimbulkan kesulitan untuk menarik guru dan siswa yang berkualitas, serta untuk mendapatkan pendanaan dari pemerintah. Dalam jangka panjang, ada kebutuhan untuk mengatasi persepsi negatif tentang pendidikan kejuruan dan lebih membekali lulusan SMK dengan pelatihan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk beralih ke pekerjaan dan/ atau usaha yang dapat memberikan upah yang memadai di tempat tinggal mereka.
Temuan
Meskipun kebijakan dan program SMK telah membekali lulusan SMK dengan pelatihan dan keterampilan untuk pekerjaan di beberapa industri, masih ada kesenjangan kebijakan yang signifikan.
Sistem pelatihan: Ada kebutuhan untuk menciptakan sistem pelatihan SMK yang lebih kuat yang didukung oleh kolaborasi, komunikasi, dan kepercayaan yang lebih kuat antara pemangku kepentingan utama. Perlu mempertimbangkan adanya forum dengan multi-stakeholder yang melibatkan lembaga pendidikan, pemerintah, bisnis dan kelompok masyarakat yang menangani peluang pekerjaan di sektor industri, masalah ketenagakerjaan dan mengatasi kesenjangan keterampilan industri secara berkesinambungan.
Memperluas kesempatan pelatihan kejuruan khusus berfokus pada transportasi. Karena infrastruktur konektivitas Sulawesi Selatan terus berkembang, pemerintah harus memperkenalkan kurikulum dan program khusus untuk meningkatkan jumlah lulusan yang siap bekerja di bidang infrastruktur transportasi dan layanan kereta api, bandara serta pelabuhan.
Melaksanakan program (di tingkat provinsi dan kabupaten) yang memberi insentif kepada kalangan muda untuk melanjutkan sekolah kejuruan berkualitas tinggi dan menciptakan beasiswa pendidikan tinggi yang menargetkan kalangan muda dari latar belakang yang kurang beruntung.
Menyesuaikan pelatihan kejuruan dan kesiapan kerja dengan kebutuhan penyedia lapangan kerja untuk meningkatkan transisi lulusan SMK menjadi pekerja terampil.
Meningkatkan kualitas pengajaran terkait industri - Mengenalkan program “guru produktif” dan gabungkan dengan insentif dan tunjangan khusus untuk membantu meningkatkan jumlah guru SMK yang kompeten dan terlibat dengan sektor bisnis. Melaksanakan program pelatihan kursus singkat untuk meningkatkan kompetensi guru SMK dalam bekerjasama dengan dunia usaha.
Mengatasi minimnya jumlah guru di daerah terpencil. Distribusi dan rasio guru dengan murid masih jauh dari ideal, terutama untuk SMK di daerah terpencil. Berikan insentif dan tunjangan demi menarik lebih banyak guru untuk mengajar di daerah terpencil.
Peluang pelatihan keterampilan kejuruan kekurangan sumber daya dan tidak selalu terhubung dengan peluang kerja. Kami menemukan bahwa meskipun kebijakan yang mengadvokasi pelatihan keterampilan kejuruan telah sesuai dan dibutuhkan, masih ada masalah untuk menghubungkan program-program ini dengan peluang kerja berbayar yang lebih baik pada ‘dunia nyata’.
Mengkampanyekan dan mempromosikan kegiatan SMK dengan dukungan dari media untuk mengurangi stereotip negatif SMK di antara pemberi kerja, orang tua, dan siswa.
Mengembangkan insentif dan sanksi, berdasarkan kinerja kelembagaan, yang mencakup sekolah dan dinas terkait. Ini mungkin melibatkan model pendanaan terpadu yang memanfaatkan sumber dana publik dan swasta dan akan membutuhkan kepemimpinan dan keyakinan publik terhadap pemerintah.
Rekomendasi bagi pemerintah provinsi
Beberapa rekomendasi yang diberikan bagi pemerintah provinsi adalah untuk menyediakan beasiswa pendidikan kejuruan dan tersier yang menargetkan kalangan muda dari latar belakang yang kurang beruntung, memanfaatkan rencana pembangunan infrastruktur untuk memberikan pelatihan yang relevan dan peluang kerja bagi kalangan muda, dan menyesuaikan pelatihan kejuruan dan kesiapan kerja dengan kebutuhan penyedia kerja.
Selain itu pemerintah provinsi juga dapat memperkuat komunikasi dan kolaborasi antar tingkat pemerintahan lintas administrasi, dan antara pemerintah dan bisnis meliputi lowongan pekerjaan di industri, serta mendukung redistribusi tanah untuk petani dan kompensasi yang memadai bagi petani yang kehilangan tanah karena pembangunan infrastruktur dan ekonomi.
Rekomendasi bagi pemerintah kabupaten
Penting bagi pemerintah kabupaten untuk dapat menghargai dan mengakui adanya perbedaan aspirasi mata pencaharian kaum muda, mempromosikan manfaat melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi mengingat meningkatnya jumlah siswa yang putus sekolah, dan mempercepat redistribusi lahan yang disewa dan aman kepada petani kecil untuk mendukung mata pencaharian dan ketahanan pangan mereka.
Langkah selanjutnya yang dapat ditempuh oleh pemerintah kabupaten antara lain dengan memberi lebih banyak dukungan pelatihan dan magang (termasuk untuk guru), mengkampanyekan dan promosikan budaya belajar sepanjang hayat, memberi insentif kepada kaum muda untuk melanjutkan sekolah dengan membuka beasiswa pendidikan tinggi yang menargetkan kaum muda dari latar belakang yang kurang beruntung. Selain itu, bagi petani yang lahannya digunakan untuk pembangunan infrastruktur harus diberi kompensasi yang memadai dan diperkenalkan pada alternatif mata pencaharian yang sesuai.
Artikel ini bersumber dari https://pair.australiaindonesiacentre.org/penelitian/kaum-muda/aspirasi-kalangan-muda-pendidikan-keterampilan-dan-pelatihan-dalam-ekonomi-sulawesi-selatan/?lang=id