Semangat Mama Emi Memperkenalkan BANGGA Papua
Penulis : Syaifullah
  • Foto: Syaifullah/Yayasan BaKTI
    Foto: Syaifullah/Yayasan BaKTI

Enarotali adalah ibu kota Kabupaten Paniai, Papua yang terletak di ketinggian 1.700 meter di atas permukaan laut. Kota kecil yang biasanya sejuk, siang itu terasa gerah. Namun, tidak menghalangi ratusan orang yang berkumpul di halaman Bank Papua yang berada di lingkungan pasar Enarotali, tepat di jantung kota itu. Sebagian besarnya adalah ibu-ibu. Ada yang datang sendirian, ada pula yang datang dengan membawa anak mereka yang masih kecil.

Di bawah tenda yang dibangun di atas lantai semen di halaman Bank Papua, para ibu duduk tenang dan rapi. Tetap tenang dan menuruti instruksi dari seorang perempuan bertubuh kecil yang sedari tadi nampak sibuk berteriak mengatur mereka dalam bahasa Moni.

Perempuan itu adalah Emiliana Zonggonau, kerap disapa Mama Emi. Usianya 50an tahun, berperawakan mungil dengan rambut keriting halus yang dipotong pendek. Berkaos polo warna biru lengan panjang dengan topi berlogo BANGGA Papua di kepalanya, Mama Emi memegang beberapa lembar kertas dan berdiri di depan ibu-ibu yang duduk di bawah tenda. Kertas yang dipegangnya berisi nama-nama ibu penerima manfaat BANGGA Papua dari tempat tinggalnya, Distrik Bibida di Paniai.

Kamis, 13 Desember 2018 adalah hari pertama pembayaran dana BANGGA Papua kepada penerima manfaat di Kabupaten Paniai. Pembayaran tersebut dilakukan di halaman samping kantor Bank Papua Cabang Enarotali. Selama seminggu lebih, Sekretariat Bersama (Sekber) BANGGA Papua Kabupaten Paniai bekerjasama dengan Bank Papua membayarkan dana untuk 2.711 penerima manfaat di titik pembayaran Enarotali. Para penerima manfaat itu datang dari 13 distrik yang berada di sekitar Enarotali. Bibida salah satunya.

Mama Emi, meski bertubuh kecil, suaranya lantang dan berkarisma kuat. Tegas namun tetap ramah, ia mengatur ibu-ibu itu, meminta mereka duduk rapi berjajar dan tetap tenang menunggu giliran dipanggil. Tidak ada yang membantah, tidak ada yang mengeluh. 

“Pelatihan ini sangat membantu meningkatkan kemampuan saya dalam melakukan sosialisasi. Terutama dalam melakukan pendekatanpendekatan persuasif kepada calon penerima manfaat BANGGA Papua”, kata Mama Emi ketika mengikuti pelatihan ToT komunikasi tingkat lanjut.
“Pelatihan ini sangat membantu meningkatkan kemampuan saya dalam melakukan sosialisasi. Terutama dalam melakukan pendekatan-pendekatan persuasif kepada calon penerima manfaat BANGGA Papua”, kata Mama Emi ketika mengikuti pelatihan ToT komunikasi tingkat lanjut.
Foto: Syaifullah/Yayasan BaKTI


Nasi  Hangus  pun  Tak  Disadarinya
“Saya sudah jadi kader Posyandu sejak 1989 sampai 2014,” kata Mama Emi ketika menceritakan keterlibatannya dalam program kesehatan masyarakat. Selama menjadi kader Posyandu itu, Mama Emi sudah akrab menggeluti beragam masalah kesehatan dan gizi anak, dan terlibat aktif dalam beragam upaya mensosialisasikan perbaikan gizi dan kesehatan anak.

Tahun 2014 ketika berhenti menjadi kader Posyandu di Bibida, ia kemudian menjadi kader pelayanan kesehatan anak dan ibu di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Paniai. Perannya tidak jauh-jauh dari mempromosikan kesehatan dan gizi anak serta ibu. Selama tiga tahun ia menjalani peran itu dengan senang hati, sambil sesekali masih tetap membantu Posyandu di Bibida, kampung kelahirannya.

Ketika program BANGGA Papua mulai dilaksanakan di Paniai, Mama Emi kemudian diajak untuk ikut bergabung. Pengalaman panjangnya sebagai kader Posyandu dan perannya sebagai salah satu tokoh perempuan yang dihormati di kampungnya, adalah bekal paling pas untuk menjadi anggota Sekber BANGGA Papua, yang di akhir tahun 2017 baru mulai dibentuk. Di program ini, menurut Mama Emi, ia mendapatkan banyak pengalaman baru yang melengkapi pengalaman panjangnya sebagai tenaga kesehatan sukarela.

“Dari dulu saya terbiasa sosialisasi soal gizi dan kesehatan anak, tapi sekarang pengalaman saya bertambah,” ujarnya. Mama Emi adalah salah satu peserta Training of Trainer Komunikasi Persuasif yang difasilitasi BaKTI di Paniai pada bulan April 2018. Tepatnya 23-26 April 2018 di Enarotali.

“Pelatihan itu sangat membantu meningkatkan kemampuan saya dalam melakukan sosialisasi. Terutama dalam melakukan pendekatan-pendekatan persuasif kepada calon penerima manfaat BANGGA Papua.  Saya jadi tambah tahu bagaimana cara melakukan sosialisasi yang baik,” sambungnya. Sosialisasi yang baik yang dimaksud Mama Emi adalah sosialisasi dengan pendekatan persuasif dan dua arah.

“Saya mempraktikkan semua ilmu yang saya dapat dari pelatihan, kapan saja dan di mana saja. Bukan hanya ketika Sekber Paniai melakukan kegiatan sosialisasi,” ceritanya. Warga calon penerima manfaat di kampungnya menjadi target utama. Apalagi, masyarakat sudah sejak lama mengenal Mama Emi sebagai tenaga kesehatan sukarela dan salah satu tokoh terpandang di kampungnya.

“Saya selalu bilang ke mereka, anak-anak itu harus dikasih cukup gizinya supaya jadi anak pintar, anak cerdas,” kata Mama Emi menirukan pesan yang kerap disampaikannya kepada ibu-ibu di kampungnya.

Pesan itu selalu diulangnya, utamanya ketika ada kesempatan berbicara dengan sekumpulan ibu-ibu di kampungnya. Pesan untuk menjaga kesehatan anak dan meningkatkan gizi mereka, serta menjauhkan anak dari makanan instan yang tidak sehat. Pesan yang karena diulang terus menerus, sampai tertanam di kepala ibu-ibu itu, dan masuk ke alam bawah sadar mereka.

Ketika BaKTI menanyakan kepada beberapa ibu dari Distrik Bibida yang saat itu sedang antri menerima pembayaran dana, apakah mereka sudah paham tentang bagaimana menggunakan dana BANGGA Papua yang disediakan, mereka menjawab dengan benar. “Siapa yang kasih tahu?” tanya BaKTI lagi. “Mama Emi,” jawab mereka.  

“Sekarang ibu-ibu sudah tidak mau lagi kasih makan anak-anak itu mi bungkus-bungkus sama itu minuman energi,” kata Mama Emi. Mi bungkus yang ia maksud adalah mi instan yang sebelumnya memang kerap dihidangkan orang tua untuk anak-anaknya.

Sebagai gantinya, menurut Mama Emi, ibu-ibu itu sudah rajin menghidangkan makanan bergizi seperti daging ayam, telur, ikan dan udang. Padahal menurut Mama Emi lagi, orang Moni itu tidak terlalu suka udang. Bibida yang jadi kampung Mama Emi memang didominasi warga dari suku Moni, salah satu suku mayoritas di Paniai, selain suku Mee.

Saking getolnya melakukan sosialisasi, ada kejadian lucu yang dialami Mama Emi. Saat itu rumahnya kedatangan sekelompok ibu-ibu. Karena sosialisasi seperti sudah mendarah daging dalam dirinya, Mama Emi dengan penuh semangat mulai menjalankan perannya. Dari sosialisasi perihal program BANGGA Papua sampai bagaimana seharusnya ibu-ibu menjamin gizi anak-anaknya agar selalu baik. Saking semangatnya, ia sampai lupa kalau sedang menanak nasi.  “Sa pu nasi itu sampai hangus, hahaha,” katanya sambil tertawa geli mengingat kejadian itu.

Mama Emi mengatur ibu-ibu dari Distrik Bibida yang sedang antri menerima pembayaran dana BANGGA Papua. Sosialisasi yang dilakukan mama Emi telah membuat mereka paham tentang bagaimana menggunakan dana tersebut.
Mama Emi mengatur ibu-ibu dari Distrik Bibida yang sedang antri menerima pembayaran dana BANGGA Papua. Sosialisasi yang dilakukan mama Emi telah membuat mereka paham tentang bagaimana menggunakan dana tersebut.
Foto: Syaifullah/Yayasan BaKTI


Kandang  Ayam  untuk  Gizi  Anak
Tidak hanya berhenti diedukasi tentang makanan bergizi, Mama Emi bahkan mendorong keluarga di kampungnya untuk beternak ayam. Tujuannya agar mereka tidak perlu repot membeli telur dan daging ayam, tapi bisa langsung menikmati hasil ternak mereka sendiri.

Kebiasaan beternak ayam pernah menjadi kebiasaan orang di Bibida, tapi itu dulu. Suatu waktu, mereka meninggalkan kebiasaan itu. Barulah ketika Mama Emi aktif mendorongnya kembali, mereka mulai lagi melakukan kebiasaan lama itu.  Satu per satu kandang ayam hadir kembali di kampung mereka, lengkap dengan ayam-ayam yang diharapkan bisa jadi pemasok protein bagi mereka dan anak-anak mereka.

“Saya bilang, itu bapak-bapak kalau mau minta uang sama istrinya, harus bangun kandang ayam dulu. Jadi sekarang mereka rajin sekali bikin kandang ayam, hahaha!” ujar Mama Emi sambil tertawa.

Keberhasilannya mendorong warga untuk membuat kandang ayam adalah satu dari sekian banyak kerja keras Mama Emi sebagai anggota Sekber BANGGA Papua Kabupaten Paniai. Ia juga sangat aktif membantu pendaftaran dan pendataan calon penerima manfaat.  Dalam setiap kesempatan mensosialisasikan program BANGGA Papua, Mama Emi juga selalu berusaha mendata calon pemerima manfaat. Utamanya mereka yang baru memiliki anak.

Ketika ditanya kenapa ingin menjadi anggota Sekber, Mama Emi menjawab kalau ia memang sangat peduli pada kesehatan anak. “Saya itu mau anak-anak Papua sehat dan cerdas,” kata Mama Emi.

Nelly Magai, anak ketiganya yang juga menjadi anggota Sekber Paniai. Dia menceritakan, ibunya rajin sekali membawa anak-anaknya imunisasi, bahkan sampai ke Enaro, yang jaraknya jauh dari kampung tempat tinggal mereka.  Menurut Nelly, ibunya punya prinsip, “Pokoknya anak-anaknya harus sehat.”

Saat BaKTI menyelenggarakan pelatihan komunikasi tingkat lanjut untuk Program BANGGA Papua, Mama Emi kembali menjadi peserta pelatihan komunikasi tingkat lanjut, yang difasilitasi BaKTI pada bulan Oktober 2018 di Enarotali, Paniai. Dalam pelatihan itu, Mama Emi dan peserta lainnya berlatih mengantisipasi keluhan-keluhan dari penerima manfaat, saat pembayaran dana dilakukan.  

Menurut Nelly, ibunya itu giat sekali mensosialisasikan BANGGA Papua. Ia cerita, seringkali ada masyarakat dari kampung lain yang menginap di tempat tinggalnya di Bibida. “Kalau sudah begitu, mama pasti menggunakan kesempatan untuk sosialisasi tentang BANGGA Papua.”

Submission Agreement

Terimakasih atas  ketertarikan Anda untuk mengirimkan artikel ke BaKTINews. Dengan menyetujui pernyataan ini, Anda memberikan izin kepada BaKTINews untuk mengedit dan mempublikasikan artikel Anda di situs web dan situs afiliasinya, dan dalam bentuk publikasi lainnya.
Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.  Redaksi akan mempromosikan artikel Anda melalui situs kami dan saluran media sosial kami.
Dengan mengirimkan artikel Anda ke BaKTINews dan menandatangani kesepakatan ini, Anda menegaskan bahwa artikel Anda adalah asli hasil karya Anda, bahwa Anda memiliki hak cipta atas artikel ini, bahwa tidak ada orang lain yang memiliki hak untuk ini, dan bahwa konten Artikel Anda tidak mencemarkan nama baik atau melanggar hak, hak cipta, merek dagang, privasi, atau reputasi pihak ketiga mana pun.

Anda menegaskan bahwa Anda setidaknya berusia 18 tahun dan kemampuan untuk masuk ke dalam kesepakatan ini, atau bahwa Anda adalah orang tua atau wali sah dari anak di bawah umur yang menyerahkan artikel.
 
Satu file saja.
batasnya 24 MB.
Jenis yang diizinkan: txt, rtf, pdf, doc, docx, odt, ppt, pptx, odp, xls, xlsx, ods.