“PAPA SEHAT" Kontrol Kesehatan Peserta Didik di Sekolah
Penulis : H. Abdul Azis
  • Foto: Pokja AMPL/ampl.or.id
    Foto: Pokja AMPL/ampl.or.id

Sebagai wadah pendidikan, sekolah memang merupakan tempat paling tepat untuk memberikan pengetahuan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan kepada anak. Apalagi  kini sebagian besar anak menghabiskan waktunya di sekolah, baik untuk belajar maupun bermain. Kendati demikian, sangat disayangkan sampai saat ini kesehatan sekolah belum banyak dilirik maupun diperhatikan. Padahal, potensi sekolah untuk mempromosikan kesehatan, termasuk kebersihan sanitasi sangat besar. Melihat kenyataan, bahwa selain berfungsi sebagai tempat pembelajaran, sekolah juga dapat menjadi ancaman penularan penyakit jika tidak dikelola dengan baik. Warga sekolah beranggapan bahwa kebersihan dan kesehatan sekolah hanya dilakukan oleh bujang sekolah dan guru olahraga. Lebih dari itu, usia sekolah bagi anak juga merupakan masa rawan terserang berbagai penyakit.

Belum dilakukannya kebiasaan hidup bersih dan sehat oleh peserta didik di sekolah maupun di rumah, menjadi salah satu penyebab gangguan kesehatan seperti diare, demam berdarah, infeksi saluran pernapasan, dan lainnya.  Fasilitas jamban sekolah tidak mencukupi rasio peserta didik, air bersih tidak tersedia, dan berbagai penyakit berbasis lingkungan seperti diare, DBD, ISPA dan peserta didik belum terlibat dalam kegiatan bersih sehat di sekolah. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak dan dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah.

PHBS di sekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS, dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Lingkungan sekolah selayaknya harus memiliki standar sarana dan prasarana yang dapat mendukung tercapainya PHBS. Pendidikan dan tenaga kependidikan juga perlu memahami PHBS.

Sebelum tahun 2009 tidak satupun sekolah dari 248 SD di Kabupaten Takalar yang menganjurkan pola PHBS terhadap anak didiknya. Pola hidup bersih sehat baru mulai digalakkan di kabupaten ini setelah diluncurkannya program inovatif Papan Kontrol Kesehatan atau PAPA SEHAT.

PAPA SEHAT merupakan penerapan metode pelibatan peserta didik dalam melakukan monitoring secara partisipatif. Uji coba dimulai pada 37 siswa Kelas 6 SDN 81 Kalukubodo  Kabupaten Takalar. Mereka diajak berpartisipasi dalam pembuatan Papan Kontrol Sehat di kelas dengan menggunakan alat  sederhana  dan  bahan  bekas.

Seorang Jenderal Sehat dipilih untuk memimpin dan mengajak kawan-kawannya melakukan pola hidup bersih sehat. Untuk menjadi Jenderal Sehat, siswa harus memenuhi kriteria berpenampilan bersih, rapih, dapat memimpin dan memengaruhi temannya untuk melakukan PHBS. Siswa-siswi Kelas 6 sekolah ini juga membentuk kelompok kelompok sehat di kelas yang secara bergilir mengontrol kebersihan diri, teman, kelas, toilet, dan lingkungan sekolah.

Pada tahun 2010, inovasi ini berhasil diterapkan di semua kelas bahkan sampai di tingkat gugus. Inovasi ini berawal dari inisiatif salah seorang guru di SD. Kalukubodo Kec. Galesong Selatan Kab. Takalar H. Abdul Azis Dg. Rani, di tahun 2009. Setelah mengikuti kegiatan pelatihan MPA-PHAST dan CLTS, beliau memiliki ide untuk memberdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih sehat serta berperan dan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.

Tak hanya dalam hal mempraktikkan, tapi juga mampu mengedukasi dan menginovasi peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah dalam meningkatkan kesehatannya. Caranya dengan mengontrol kesehatan peserta didik dalam bentuk papan kontrol kesehatan yang dibuat secara sederhana. Maka dimulailah pembuatan papan kontrol sehat di sekolah.

Papan kontrol kesehatan berisi beragam kegiatan perilaku bersih dan sehat yang dapat di lakukan peserta didik seperti mandi menggunakan sabun dan shampoo, menggosok gigi, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, memotong dan membersihkan kuku, mencukur dan merapikan rambut, membersihkan telinga dan hidung, buang air besar dan kecil di jamban, hanya meminum air yang sudah dimasak, berpakaian bersih dan rapi, membuang sampah pada tempatnya, tidak jajan di sembarang tempat, selalu makan pagi sebelum memulai aktivitas sehari-hari, membimbing dan mengawasi adik kelas untuk berperilaku hidup bersih dan sehat, serta menyampaikan pesan-pesan perilaku hidup bersih dan sehat kepada keluarga di rumah.

Langkah konkret pun diambil. Visi besarnya adalah menjadikan sekolah sebagai tempat untuk memberdayakan peserta didik agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat, dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat melalui papan kontrol kesehatan. Sebab, kawasan sekolah adalah media penyampaian informasi kesehatan yang secara tidak langsung bisa dilakukan oleh peserta didik sangat cocok untuk perubahan perilaku hidup bersih dan sehat. Mulai dari kelas 1 sampai kelas 6 SD, memiliki papan kontrol sehat. Kuncinya adalah papan kontrol kesehatan ini bisa dijadikan alat untuk mengubah perilaku hidup bersih dan kesehatan peserta didik. Tujuannya, untuk mencegah banyaknya penyakit yang bisa menyerang peserta didik, sehingga kesehatannya semakin meningkat.

Agar program  Papan Kontrol Sehat ini bisa terlaksana, maka perlu adanya prioritas dukungan dari pihak sekolah. Tujuannya, untuk membiayai para guru dalam membuat papan kontrol sehat. Sebab, tidak mungkin para guru kelas bisa berbuat tanpa adanya dukungan dari pihak sekolah sebagai penentu kebijakan.

Awalnya H. Abdul Azis hanya membuat papan kontrol sehat di Kelas 6, setelah berjalan 1 bulan praktik bersih sehat di kelas, kepala sekolah merespon dan meminta kepada seluruh guru kelas yang lain untuk mereplikasi papan kontrol sehat di kelasnya masing-masing, karena siswa terlibat langsung dalam perilaku bersih dan sehat, seperti kelas bersih, kebersihan pribadi, kebersihan lingkungan sekolah.

Foto: Sulselsatu.com
Bupati Takalar bersama tim dari Dinas Pendidikan Kab. Takalar berfoto bersama di booth pameran. Inovasi PAPA SEHAT
meraih penghargaan dalam Top 40 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2018.
Foto: sulselsatu.com


Dengan keberhasilan yang telah dicapai di tingkat gugus, maka Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kab. Takalar menindak lanjuti dalam bentuk program replikasi papan kontrol sehat pada tahun 2011 ke 90 SD dengan jumlah peserta didik 15.405 orang, sasaran dari 248 sekolah dasar yang ada kabupaten Takalar yang ditandai penandatanganan komitmen bersama antara Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Takalar dengan pihak sekolah yang mewajibkan setiap sekolah mengadakan papan kontrol sehat, membentuk kelompok bersih, memilih Jenderal Sehat, mengintegrasikan perilaku hidup bersih sehat ke dalam mata pelajaran, memilih Dokter Kecil, dan menyiapkan sarana sanitasi.

Pada tahun 2013 direplikasi kepada 152 Sekolah Dasar dengan jumlah peserta didik sebanyak 34.174 orang yang telah paham pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat yang dimulai dari sekolah, di rumah dan di lingkungan masyarakat.

Keberhasilan kegiatan papan kontrol sehat kelas di kabupaten Takalar semakin menarik perhatian dari kabupaten lain seperti Barru, Luwu Utara dan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Timur Tengah Selatan dan Provinsi Papua di beberapa distrik, yang difasilitasi oleh WISE Consorsium (Pemerintah Kabupaten, Dubai Care, CARE, UNICEF, Save The Children).

Penggunaan papan kontrol sehat kelas semakin nampak hasilnya di dalam penerapan perilaku hidup bersih dan sehat bagi peserta didik yang menjadi kegiatan rutinitas di sekolah replikasi.

Penggunaan PAPA SEHAT semakin nampak hasilnya di dalam penerapan PHBS bagi peserta didik dan menjadi kegiatan rutinitas yang dilakukan sampai sekarang.

Tidak berhenti sampai disitu. Kegiatan kontrol sehat di setiap sekolah kelas diawasi oleh seorang Jendral Sehat yang dilaporkan langsung kepada guru kelasnya masing-masing yang hasilnya direkap dalam laporan mingguan. Selanjutnya guru merekap laporan mingguan untuk diakumulasi dalam bentuk laporan bulanan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat peserta didik di sekolah.

Kegiatan kontrol sehat kelas di masing-masing kecamatan dimonitoring dan evaluasi oleh Tim Pokja kabupaten. Dengan berjalannya inovasi PAPA SEHAT lebih dari lima tahun sejak masa rintisan hingga masa pengembangan dan replikasi seperti saat ini, sistem pemantauan menjadi lebih mudah. Sebab, semua kegiatan dalam inovasi PAPA SEHAT dilakukan secara mandiri pada sekolah secara keseluruhan. Namun, Dinas Pendidikan terus melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan PAPA SEHAT di masing-masing sekolah.

Evaluasi juga terus dilakukan guna memastikan efektivitas penggunaan PAPA SEHAT dalam meningkatkan taraf kesehatan peserta didik dan warga sekolah. Dengan evaluasi berlapis tersebut, Dinas Pendidikan juga melakukan pemberdayaan bagi peserta didik, guru dan komite. Tujuannya, menumbuhkan kesadaran terhadap pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari.

Secara umum, Inovasi PAPA SEHAT telah memberikan dampak positif dalam meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, warga sekolah, terutama peserta didik sebagai subyek sekaligus obyek dari papan kontrol sehat kelas, karena adanya kegiatan tersebut mereka menjadi sadar akan pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan manapun.

Pembelajaran yang diperoleh dari inovasi ini, peserta didik terbangun rasa percaya diri, tanggung jawab, kejujuran, dan menumbuhkan partisipasi aktif. Sikap ini menjadi modal bagi peserta didik untuk menjadi agen perubahan bagi penerapan PHBS di sekolah, rumah, dan masyarakat. Dari kegiatan pembiasaan di sekolah yang dilakukan secara rutin, diharapkan dapat menjadi budaya hidup bersih dan sehat pada peserta didik, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

Inovasi PAPA SEHAT diikutsertakan dalam Sistem Inovasi Pelayanan Publik (SINOVIK) Kemenpan dan Reformasi Birokrasi. Inovasi ini telah melalui proses seleksi, coaching yang dilakukan tim independen dari GIZ, BaKTI, Kompak, PKP2A LAN, STIA LAN yang dalam prosesnya bekerja sama dengan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan (Ortala) Setda Provinsi Sulawesi Selatan. Biro Ortala bertindak sebagai leading sektor pelayanan publik yang bertanggungjawab untuk mempersiapkan inovasi pelayanan untuk diikutsertakan pada kompetisi tingkat nasional melalui SINOVIK (Sistem Inovasi Pelayanan Publik).

Submission Agreement

Terimakasih atas  ketertarikan Anda untuk mengirimkan artikel ke BaKTINews. Dengan menyetujui pernyataan ini, Anda memberikan izin kepada BaKTINews untuk mengedit dan mempublikasikan artikel Anda di situs web dan situs afiliasinya, dan dalam bentuk publikasi lainnya.
Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuk setiap artikel yang dimuat.  Redaksi akan mempromosikan artikel Anda melalui situs kami dan saluran media sosial kami.
Dengan mengirimkan artikel Anda ke BaKTINews dan menandatangani kesepakatan ini, Anda menegaskan bahwa artikel Anda adalah asli hasil karya Anda, bahwa Anda memiliki hak cipta atas artikel ini, bahwa tidak ada orang lain yang memiliki hak untuk ini, dan bahwa konten Artikel Anda tidak mencemarkan nama baik atau melanggar hak, hak cipta, merek dagang, privasi, atau reputasi pihak ketiga mana pun.

Anda menegaskan bahwa Anda setidaknya berusia 18 tahun dan kemampuan untuk masuk ke dalam kesepakatan ini, atau bahwa Anda adalah orang tua atau wali sah dari anak di bawah umur yang menyerahkan artikel.
 
Satu file saja.
batasnya 24 MB.
Jenis yang diizinkan: txt, rtf, pdf, doc, docx, odt, ppt, pptx, odp, xls, xlsx, ods.